Bab 2 🔞🔞
Segalanya Tentang Him
Neil Pov
"Kita harus membuka pintunya sekarang."
Meskipun.. Him tetap bertahan tidak mau membuka pintunya, tetapi mau tidak mau aku mengagumi kegigihan sahabatnya yang ada di balik pintu. 😅
“Tapi aku benar-benar tidak ingin membukanya…”
"Apa kamu tidak ingin tahu kenapa sahabat-sahabatmu datang?"
Yeah.. Biasanya setiap sahabatku ingin datang mengunjungi aku, mereka akan memberitahukan padaku terlebih dulu jika ingin menemuiku.
Jika Him tahu bahwa sahabat-sahabatnya akan datang, dia pasti tidak akan mengundangku untuk datang ke apartmentnya.
Oleh karena itu, aku tidak bisa memikirkan hal lain.. selain sahabat-sahabatnya datang tanpa memberitahukan hal ini kepadanya dulu..🙄
Pasti ada alasannya bukan?
"Aku sudah tahu kenapa mereka datang ke sini."
"..."
Aku mengangkat alisku karena terkejut. Tapi aku tetap tidak bertanya kepadanya. 🤨
Dia sudah tahu? 🤔
Cklek!
Him lalu membuka pintu apartmentnya sedikit dan menyembunyikan badannya dari para sahabatnya agar mereka tidak melihatku. Him tidak membuka pintunya lebar-lebar dan dia hanya menghela napas lelah untuk menyambut tamunya.
Begitu Him menunjukkan wajahnya, terdengar ketiga temannya seger berteriak agar dia membukakan pintunya dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Aku segera mengerti mengapa para sahabatnya ada di sini.
Dan aku mengerti kenapa Him sudah tahu kenapa para sahabatnya datang.
Setelah lagu ulang tahun berakhir, salah satu temannya berkata.
“Selamat Ulang tahun Pho.. Ayo tiup lilinnya..”
“Huf..”
Him lalu segera meniup lilinya sampai padam sebelum dia mengusir para sahabatnya.
“Apakah kalian sudah puas?”
“Yeah.. sudah puas..”
"Kalian bisa kembali".
“Kenapa kamu jadi jahat?”
“Kami membawa alkohol..”
Aku mendengar suara lain dari balik pintu.
“Ayo buka pintunya cepat! Hari ini kami akan tinggal bersama-sama dengan Pho Him..”
Aku diam-diam tersenyum saat mendengar suara yang dalam sekarang berpura-pura menjadi suara anak kecil. ☺️
“Ayo..buka..buka.. buka..”
Aku merasakan pintu di belakangku mulai didorong, tetapi tetap tidak bisa terbuka lebar.
Him segera memeluk tubuhku dan saat inilah aku baru menyadari bahwa aku tidak berpakaian dengan benar. 😣
"Tunggu sebentar.."
Him tersenyum pada para sahabatnya, tapi kemudian dia segera menutup pintunya lagi.
Brak!
Aku mendengar Him menghela nafas pelan sebelum berbalik untuk berbicara denganku. Dia mengatakannya dengan nada yang terdengar lebih lembut.
“Apakah tidak apa-apa?”
“Yeah.. Hari ini adalah hari ulang tahunmu... akan lebih baik jika kamu bersenang-senang bersama teman-temanmu. Kita bisa melakukannya nanti..”
“Tetapi.. aku ingin bersama-sama denganmu..”
Him mendekatkan tubuhnya ke tubuhku sambil mengusap pipiku dengan hidungnya dengan cara yang menggoda.
“Mungkin lain kali..”
“Tetapi aku maunya sekarang..”
Tentu saja aku merasa sangat gembira, begitu pula dia.
“Jadi… apa kamu ingin bersama-sama denganku dulu?”
Him bertanya pelan dan pertanyannya terdengar penuh kasih sayang.
“…”
“Kamu cukup diam saja dan minum-minum bersama dengan kami..”
"Tapi aku sama sekali tidak mengenal teman-temanmu itu. Jadi bukankah nanti akan terasa canggung?"
“Bersama-sama dengan mereka, aku yakin kamu tidak akan merasa tidak nyaman.”
Aku lalu berpikir sejenak... Aku tahu bahwa tidak seharusnya aku tetap disini, tetapi.. sepertinya menyenangkan.
Lalu satu hal lagi.. saat aku kembali ke asramaku saat ini, aku juga tidak akan melakukan apapun. Aku mungkin hanya akan duduk sendirian dan menonton TV sampai tertidur..🙄
Sekarang sudah tidak ada lagi Jay yang menemani aku duduk dan menonton film bersama-sama denganku atau berbicara denganku. Hal ini karena hubungan kami sudah benar-benar berakhir. 🙁
“Baiklah kalau begitu..”
Aku menyetujui ajakkannya dan melihat wajah tampan Him tersenyum. ☺️
Aku suka melihat Him tersenyum karena dia mempunyai lesung pipit di pipinya.
"Jadi.. pertama-tama kamu harus berpakaian yang rapih dulu..."
Him segera mengulurkan tangannya dan mulai mengancingkan bajuku satu per satu. Pada saat yang sama, aku memakai kembali celanaku.
“Apakah kamu ingin mengganti celanamu? Bukankah akan jauh lebih nyaman memakai celana pendek?”
“Baiklah..”
“Pakailah celana ini..”
“Um..”
Aku segera mengangguk sedikit sebagai jawabannya dan mengganti celanaku.
“Apakah kamu sudah selesai mengganti celanamu?”
“Hm.. sudah selesai..”
Aku kembali mengangguk pelan sebagai konfirmasi.
“Bagus..”
Him bergumam di samping telingaku dan dia mencium leherku. Dia melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan tiga hari yang lalu. Dia hanya memberikan aku kiss mark sedikit lalu dia berbalik, tetapi bekasnya masih terlihat.
“Apakah kamu merasa cemburu?”
“Yeah.. aku rasa begitu..”
“Apakah kamu mempunyai hak merasa seperti itu?”
Aku mengatakan hal itu sambil bercanda dan kami berdua tahu bahwa kami tidak mempunyai hak semacam itu.
Hubungan yang sedang kami jalani saat ini adalah hubungan yang tidak bisa membuat kami merasa cemburu satu sama lain. 😟
“Apa pun yang kamu lakukan bila dengan orang lain, aku tidak peduli..”
Him mengatakan itu lalu menatap lurus ke wajahku dan berkata dengan nada serius.
“Tetapi.. kamu tidak bisa melakukannya saat bersama-sama denganku..”
Him tampak sangat serius, tapi suaranya tidak terlalu keras atau kaku sehingga membuatku merasa tidak enak.
Meski begitu, aku tetap saja mengolok-oloknya.
"Bagaimana kalau kita buka pintunya dan ternyata aku menyukai salah satu temanmu?"
"Itu tidak baik. Bukankah lebih baik aku segera menendang mereka sekarang?"
Him mengangkat alisnya dan bertanya, ekspresinya tampak sedikit frustrasi, aku tidak lagi mempertahankan senyumanku. 🤨
“Hahhahaha…”
Aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku dan saat melihat Him merasa kesal, ada sesuatu yang sangat membuatku senang. ☺️
"Tapi serius, kalau Neil benar-benar menyukai temanku..."
Him mengatakan itu sambil menunduk menghindari tatapanku sebelum melanjutkan perkataannya lagi. 😔
"Kita hentikan saja hubungan ini.."
Sekali lagi, aku mendengar namaku keluar dari mulutnya.
Kalimat yang Him ucapkan beberapa saat lalu terkesan serius, seolah-olah dia menggil namaku setiap kali dia mengatakan sesuatu yang serius. Itu sebabnya aku akhirnya berhenti bermain-main.
"Tidak.."
Aku lalu mengangkat dagu pria yang lebih tinggi dariku untuk menatap langsung ke matanya lalu berkata lagi.
“Aku tidak ingin memiliki hubungan dengan siapa pun saat ini dan kamu sudah tahu itu bukan?”
"Ya aku sudah tahu.."
"Bahkan dengan dirimu, aku tetap tidak menginginkan apa pun. Aku tidak akan mudah menyukai siapa pun lagi..."
Uh... Sekarang sepertinya Him memahami perkataanku dengan sangat baik. ☺️
Tapi sepertinya… aku tidak menyadari bahwa aku sangat menyukainya. Kalau tidak, aku tidak akan bertahan dalam hubungan ini meskipun aku tidak ingin berhubungan dengan siapa pun.
Him menatapku dan ketika dia melihat bahwa aku sudah berpakaian. Him segera berjalan ke depan pintu apartemennya lagi dan akan sebelum membiarkan temannya masuk, Him tersenyum dan berkata lagi kepadaku.
"Neil.. Cukup diam saja dan tersenyumlah."
Clek!
“Neil..”
Him memangilku yang saat ini ada di balik pintu untuk bertemu dengan teman-temannya.
Aku melihat ada orang yang menatapku dan membuat aku merasa sedikit tegang. Meskipun begitu, aku tetap menyapa mereka.
“Hai.. Hallo..” 🙂
“Ini Cream..”
Him menunjuk ke arah pria yang terlihat tinggi yang masih berdiri di depan apartmentnya dan wajahnya terlihat cantik. Dia sedang tersenyum manis dan menyapaku dengan sopan.
“Hallo..”
“☺️”
Aku hanya bisa tersenyum menanggapi balasan dari Cream. Dia sepertinya terlihat sangat ramah dan mudah bergaul.
“Dia adalah Leng..”
Him kembali menunjuk ke arah temannya yang lain yang berdiri di sampingnya dan tampaknya lebih mudah diajak bergaul daripada Cream.
“Hallo cantik..”
Leng tampak seperti orang yang berpikiran terbuka dan matanya menunjukkan kekaguman.
“☺️”
Dia membuatku tersenyum padanya tanpa ada yang memaksakannya.
“Sedangkan dia adalah Techint..”
“Hai..”
Suara Techint terdengar berat, wajahnya tampan, menawan dan tinggi badannya hampir sama denganku, jelas lebih tinggi dari Cream.
Keempatnya berbeda dari segi penampilan tetapi sangat baik.
Bagiku mereka semua ganteng, pasti Tuhan menghendaki mereka karena mereka semua terlihat menarik.
"Dia adalah Neil.."
Him memperkenalkan aku kepada teman-temannya.
“Siapa dia?”
“Dia…”
Him lalu berhenti sejenak untuk menunggu menjawab ada hubungan apa kami sebenarnya. Namun Him menoleh ke arahku dan membiarkan aku menjawabnya.
"Kami hanya berteman.."
Him menjawab tanpa berpikir.
Yeah… kami adalah teman untuk berhubungan seks. Bukankah itu di sebut dengan friends with benefits. 😏
“Hm.. Tetapi kami tidak melihat kalian hanya berteman saja? Kamu pasti sudah genit padanya..”
“Tetapi dia cantik..”
Teman-temannya Him tersenyum dan melambaikan tangannya di depanku, tapi ini belum waktunya untuk mengagumi mereka semua.
Him mendorong tangan mereka untuk menjauh dariku. 😅
“Kalian hanya akan menganggunya saja..”
Him mengatakan itu dan mendekatiku.
“Saat kamu berbicara dengan kami teman-temanmu sangat berbeda saat kamu berbicara dengannya..”
“Bolehkah kami masuk Pho? Kaki Cream sudah pegal..”
“Hm…”
Him lalu segera bergerak untuk memberi jalan bagi ketiga temannya untuk memasuki ruangan apartmentnya.
Brak!
Mereka langsung duduk di sudut sofa.
Hanya Techint yang memilih untuk duduk secara terpisah dari mereka.
Him lalu mengambil gelas dan wadah berisi es dan dia selalu tersenyum.
“Jika mereka menanyakan sesuatu padamu dan kamu tidak mau menjawab, katakan saja tidak, katakan tidak ingin menjawab..”
Him memiringkan kepalanya untuk berbisik pelan sambil tersenyum. ☺️
“Jangan biarkan siapa pun membuatmu merasa tidak nyaman..”
Him mungkin tahu betul kebiasaan teman-temannya, jadi dia berkata seperti itu padaku..
Aku bukan tipe orang yang membiarkan siapa pun membuatku merasa tidak nyaman.
“Iya…” jawabku.
Aku terdiam sejenak lalu melanjutkan bercanda dengannya.
Aku melihat Him mengangkat alisnya seperti bertanya-tanya. 🤨
Dia mengulurkan tangannya dan berbicara di dekatku.
"Lambat dan kasar…"
Perkataannya diakhiri dengan usapan ke tempat yang provokatif.
Aku mulai tahu maksudnya, keterikatannya seperti apa.
Wajah tampannya tersenyum begitu aku melakukan gestur itu, aku mungkin tidak menyangka Him akan berkata seperti itu padahal kami baru saja mengajak teman-temannya masuk ke dalam apartmentnya ini.
"Kamu membuatku kenyang. Apakah kamu ingin menendang teman-temanmu?"
Aku hanya mengejek ketika Him mengatakan perkataan itu.
Aku menjauh darinya untuk bergabung dengan tiga teman-temannya yang sudah afa di dalam ruangan ini. Aku tersenyum dan kami duduk di sofa yang sama. ☺️
Meskiipun kami tidak duduk berdekatan, Him meletakkan tangannya yang panjang di sandaran sofa yang aku duduki dan hal itu membuat aku merasa seperti dia sedang memelukku. ☺️
"Kami belum pernah bertemu dengan Nail. Apakah kamu sudah lama menjadi temannya?"
Mereka mulai berbicara , sambil menyerahkan segelas wine.
"Uh...”
Aku berpikir sejenak sebelum menoleh ke arah Him.
Him menggoyangkan bahunya seolah-olah mengatakan jawab saja apapun yang mau kamu jawab.
Aku memutuskan untuk menjawab dengan jujur.
“Kami baru bertemu tiga atau empat hari yang lalu..”
Jawabanku membuat semua teman-temannya segera mengalihkan pandangan mereka untuk melihat ke arah Him yang duduk di sebelah mereka.
"Oh.."
Mereka segera mengangguk mengerti.
“Teman selama empat hari?”
"Kalian…"
Him lalu menggunakan sikunya untuk memukul lengan berat yang ada di dekatnya, yang juga dibalas oleh temannya. 😅
Mereka berdua saling memberi tanda karena tahu hubunganku dengannya lalu tersenyum. 🙂
“Pantas saja Him memasang wajah seperti ingin membunuhku saat aku bilang akan menggoda Neil...”
Leng mengatakan itu sambil bercanda.
Hubunganku dengan Him sepertinya tidak sulit.Kami tidak berusaha untuk menutup-nutupi.
Tapi Him juga tidak mengumumkan hubungan seperti apa yang kami miliki, siapapun bisa melihatnya dan dia tidak duduk untuk menjelaskan hal itu kepada mereka.
"Yah, aku ingin tahu siapa di antara kalian yang menjadi milikmu."
Aku merasa sedikit tertarik dengan perkataan ‘siapa di antara kalian?’, tapi itu tidak masalah.
Tapi.. aku ingin tanyakan apa yang ingin aku ketahui?
“Mengapa kalian memanggilnya dengan sebutan Pho?"
Mereka bertiga saling memandang lalu tersenyum. ☺️
“Baiklah.. aku akan menjelaskannya dengan segala hormat..”
Temannya menjawab sambil meletakkan gelas alkohol yang baru saja dituangkannya. Dia lalu berkata lagi.
"Him benar-benar terlihat seperti seorang Pho.."
“…”
"Kalau kamu sudah bersamanya cukup lama, kamu pasti tahu..”
Apakah hubungan kami akan bertahan lama? Apakah kami tidak akan merasa bosan? 🤔
Saat ini kami berlima duduk minum dan mengobrol dari sekitar jam 8 malam sampai malam.
Cream dan aku sangat bersenang-senang sambil mengobrol.
Mereka tidak bertanya tentang hubunganku dengan Him dan mereka juga tidak menanyakan apapun yang membuatku merasa tidak nyaman. ☺️
Ketika aku bersama-sama dengan mereka, sangat menyenangkan karena aku mempunyai banyak teman.
Rasanya tidak sepi, entahlah.
Aku tidak selalu merasa bebas untuk duduk dan ngobrol bersama teman-temanku seperti ini.
Kadang-kadang, Chao Chom harus melakukan pekerjaan ekstra dan aku mengerti. Aku sering pergi mencarinya dan menunggu dia bekerja dan itu adalah hal yang normal.
Saat berbincang-bincang dengan teman-temannya membuat aku sadar bahwa kami satu universitas.
Mereka berempat kuliah di jurusan Bisnis dan gedung Fakultasnya sangat jauh dari gedung Fakultas Ilmu Komunikasi.
Pantas saja kami tidak pernah bertemu.
Awalnya aku mengira mereka berempat berasal dari angkatan yang sama atau lebih tua dariku. Namun aku tidak menyangka, mereka baru duduk di tingkat dua, yaitu satu tahun lebih muda dariku. 😅
Wajah mereka semua terlihat jauh lebih tua dariku. Semakin penampilan mereka terlihat baik, semakin dewasa penampilannya, entahlah...
Aku tidak berpikir bahwa Him lebih muda sama sekali.
"Kamu mabuk?"
Leng mendekat hingga bahu kami saling bersentuhan..
“Yeah.. sedikit..” jawabku jujur.
Kami sudah minum banyak sejak tadi dan sudah menghabiskan dua setengah botol minuman keras. Cream dan aku bertugas menyiapkan minuman keras dan membuat mereka mulai mabuk sampai leher tertekuk.
Sedangkan Techint.. dia hanya duduk dan minum sendirian dan asyik dengan ponselnya dia masih terlihat normal, tidak seperti Leng dan Cream.
“Kamu akan menginap disini?”
“…”
“Sudah sangat larut sekarang..”
Yeah.. Gedung asramaku tidak ada jam malam sehingga aku bisa saja kembali ke asramaku dan kembali sendirian bukan masalah besar sama sekali untukku.
“Tapi aku tidak ingin kamu pergi..”
“Hm? Apa?”
“Jangan pergi.. Neil..”
“Apakah kamu yakin?”
“Hm.. sangat yakin..”
“Iya.. Baiklah..”
Aku akhirnya menyetujuinya karena aku merasa tidak tahan saat melihat tatapan mata Him yang terlihat memohon kepadaku. 🥺
Tatapan matanya membuat aku sangat mudah menyerah kepadanya.
Him tidak berkata apa-apa setelah aku mengiyakan, dia hanya tersenyum hingga pipinya terlihat lesung pipit. ☺️
Hal itu untuk mengungkapkan perasaannya.
Biarkan aku menegaskan sekali lagi.
Senyuman Him terlihat bagus sekali... Aku suka kalau pipinya terlihat lesung pipit.
“Kami juga tidak akan pulang..”
Itu adalah perkataan Techint yang duduk dengan kepala tertunduk kerena bermain dengan ponselnya. Dia berbicara kepada Him dan melanjutkannya lagi.
“Aku tidak ingin mengantarkan kedua orang ini pulang..”
Kami bertiga lalu segera menatap kedua orang yang sudah tidur dengan leher ditekuk di atas sofa.
“Baiklah..”
Him menjawab dengan suara lembut dan berkata lagi.
“Tetapi.. aku tidak akan membiarkan kamu tidur di dalam kamarku..”
“…”
“Aku akan mengambilkan kamu selimut..”
“Hm…”
“Kamu bisa menendang mereka agar tidur di lantai dan kamu bisa tidur di sofa..”
Jika saja Leng dan Cream sadar, mereka pasti akan marah mendengar perkataan Him, tetapi.. mereka berdua sudah tertidur sekarang. 😅
“Bisakah aku mandi?”
Perkataanku menarik perhatian Him dan Techint. Sebelum aku melanjutkan lagi.
“Aku merasa badanku sangat lengket..”
“Iya..”
Him segera berbalik dan berbicara kepadaku dengan nada yang berbeda dari saat dia berbicara kepada temannya. Perbedaannya begitu jelas sehingga aku bisa melihat Techint menggelengkan kepalanya.
"Aku akan mengambilkan kamu pakaian."
"Ya terima kasih..”
“Apakah kamu tidak ingin menggunakan pakaian?”
Aku segera menaikkan alisku bertanya-tanya karena aku masih belum memahami perkataannya. 🤨
Mengapa Him tidak mau aku memakai pakaian?🤔
Aku tidak punya baju ganti.
"Kamu harus melepasnya sebentar lagi."
Him mengatakan itu sambil tersenyum dan membuat wajahku memanas tidak ada henti-hentinya. Ditambah aku melihat tatapan Techint juga membuatku merasa malu. Dia tidak memandang dan mengejekku seperti yang dilakukan Cream. ☺️
Dia hanya menatapku.
Aku tidak tahu apa yang Techint pikirkan saat ini. Dia sangat cukup sulit untuk dibaca, tidak seperti teman-teman Him yang lain. 🙄
Setelah aku mendapatkan pakaian dari Him, aku tersenyum dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah aku selesai mandi, aku melihat Leng, Cream dan Techint tertidur tanpa peduli dengan aku dan Him.
Aku segera berjalan masuk ke dalam kamar Him.
---
Kamar Him
Neil Pov
“Apa bajunya kebesaran?”
Him baru saja masuk ke dalam kamar saat aku masih duduk untuk mengeringkan rambutku di ujung tempat tidurnya.
Aku melihat tubuh Him hanya di balut dengan handuk putih bersih yang melingkari pinggangnya.
Him tidak merasa malu sama sekali saat dia masuk ke dalam kamarnya dan ada aku yang melihatnya.
Him langsung masuk begitu saja kedalam kamar dan aku bisa melihat badannya yang bagus sampai pusar.
“Hm..”
Aku menjawabnya sambil tersenyum. ☺️
Aku menatap Him sambil menunjukkan kerah kaos yang aku kenakan kepadanya. Aku bisa melihat kebawah karena kaos ini benar-benar sangat besar.
Ada perbedaan besar antara ukuran tubuh Him dengan ukuran tubuhku. 🙁
“Benar-benar kebesaran..” Kata Him.
“Iya.. tetapi aku tidak suka telanjang seperti dirimu sekarang..”
Aku mengatakan itu setelah memandangi tubuh kekar Him yang berada di depanku.
Dia sangat seksi.. 😍
Apa yang harus aku lakukan untuk memiliki tubuh seperti dia?
“Kalau begitu.. lepaskan bajumu agar kita sama..”
Him membungkuk untuk berbicara berbicara lebih dekat dan tangannya yang nakal menyentuh paha putihku, meskipun dia menyentuh kain celanaku, tetapi.. hal itu memberikan aku perasaan hangat yang aneh.
“…”
"Celana ini tidak cocok untukmu."
Saat ini aku sedang memakai celana pendek sepak bola yang nyaman. Aku tidak bisa memakai satu pun celananya, karena celananya terlalu besar dan pinggangnya tidak memiliki karet yang elastis tetapi memiliki tali jadi ini pilihan terakhir.
Aku pura-pura tidak mengerti apa yang Him katakan.
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Bagaimana kalau kamu ganti baju?"
“Apakah kamu ingin aku menggantinya, atau kamu hanya ingin aku melepasnya?”
"Um..."
Him membuat wajah berpikir. Pada saat yang sama, aku menggerakkan jari telunjukku di sepanjang tepi handuknya.
"Kamu bilang.. Kamu ingin melepasnya bukan?”
Yeah.. Hal itu memang benar. Jika tidak ada gangguan dari ketiga temannya yang datang kesini duluan, aku dan Him…sudah sampai dimana? 😏
Aku suka saat kami berdua ngobrol.
Him terlihat genit dan sensual.
Hal ini ide yang baik bukan? 😏
Ayo kita lanjutkan apa yang tertunda karena ketiga temannya ada di luar dan tidak akan mempedulikan kami yang berhubungan seks di dalam kamarnya.
Yeah.. aku sangat ingin merayunya.
Aku mendekatinya dan menciumnya. Aku sekaligus memohon agar Him menyentuhku. Sampai aku merasakan udara dingin dari AC menerpa tubuhku hingga membuatku merasa pusing. 😣
Ternyata keadaan kami sekarang hampir sama. Saat ini tubuhku hanya ditutupi oleh kain kecil, yaitu celana dalam, sedangkan Him.. hanya handuk.
Sangat mudah untuk melepaskannya.
Kiss 😘
Saat ini kami sedang berciuman dan lidah kami berdua terjalin sangat erat. Ciuman kami sangat lama dari yang bisa aku tahan dan Him nyaris saja terkesiap.
Him lalu menarik bibirnya dan terlihat air liur menempel menempel di bibir yang seksi, dia memakai lidahnya untuk membersihkannya, seolah-olah dia merasa sayang kalau dibiarkan mengering.
“Apakah kamu sudah siap?”
“Siap untuk apa?”
Aku bertanya dan mengangkat alisku. 🤨
“Siap untuk bermain denganku..”
"Aku siap.."
Aku merasakan junior di bawah pusarku sudah membesar hingga memenuhi tanganku.
"Lihat, dia sangat siap..."
“🤨”
Mungkin karena tidak ada satupun dari kami berdua yang melakukan pelepasan sebelumnya sehingga mood kami meningkat dengan pesat.
Saat kami berciuman dan bertukar lidah saja sudah membuat juniorku terbangun. Jika dia langsung menyerangku, aku mempunyai harapan Him segera menyelesaikannya karena aku belum melepaskannya.
“Apakah kamu ingin aku memasukkannya ke dalam mulutku?"
Aku membuka mataku dan menatapnya dengan tanganku yang masih meremas bagian juniornya itu.
"Yeah..Kalau begitu, duduklah di sini.."
Him menepuk pelan tempat di mana dia duduk di tempat tidurnya dan tersenyum. ☺️
Him memperhatikan setiap gerakanku. Saat aku mulai berlutut di antara kedua kakinya atau bahkan saat aku membenamkan wajahku ke dalam handuk putih yang biasa dia gunakan untuk menutupi tubuhnya.
Saat ini wajahku sudah menempel di selangkangannya. Him mengulurkan tangan dan mengusap kepalaku, dengan lembut saat aku mulai membuka handuk yang dia kenakan di tubuhnya. Aku langsung bisa melihat juniornya yang sudah membengkak di hadapanku. 😳
Juniornya segera merespon sentuhanku dengan sangat baik. Hanya aku pegang saja dengan tanganku, juniornya sudah menggeliat.
“Um…”
Aku mendengar Him mengerang karena merasa puas sementara aku mulai menjilati juniornya dengan lidahku, matanya tidak lepas memperhatikan diriku dan juniornya belum masuk semua kedalam mulutku.
Ukuran juniornya jauh lebih besar dari mulutku.
Jika aku ingin memasukkan semuanya ke dalam mulutku, pastinya akan masuk sangat dalam dan menantang.
“Jika aku melakukan pelepasan di dalam mulutmu, apakah kamu akan baik-baik saja?”
Saat mendengar pertanyaan Him, aku segera melepaskan juniornya dari mulutku dan mencium juniornya sebelum memberikan dia jawaban.
“Tidak masalah..”
Aku lalu menjilat ujung kepala juniornya dengan lidahku sebelum berbicara lagi.
“Aku bisa menelan semuanya..”
Setelah aku selesai berbicara, aku segera menyapukan lidahku dari akar hingga ujung juniornya, lalu aku kembali memasukkannya ke dalam mulutku lagi.
“Um.. ah. Kamu sangat pintar sekali menggunakan mulutmu.. ah..”
Him berbicara sambil mengerang puas.
“slup.. slup..”
“Kamu menghisapnya seolah-olah juniorku terasa ah.. um....”
“Slurp.. Slurp.. Slurp..”
“Yeah.. ah.. mulutmu benar-benar ah.. um.. pintar sekali..”
Him mengerang puas saat aku menggunakan bibirku untuk memanjakan juniornya. Aku menganggap juniornya enak. 😅
Jarang sekali aku ingin membuktikan bahwa aku ahli dalam hal jilat menjilat batang besar.😏
Semakin aku melihat Him tersenyum, semakin aku ingin berbuat lebih baik lagi dan lagi. Aku mendengar suara terengah-engahnya semakin sering terdengar dan hal itu membuat jantungku berdebar lebih cepat dari sebelumnya.
“Um.. um.. ah..ah..ah..”
Aku mencoba menghisap dan tidak membiarkan gigiku menggerogoti juniornya. Aku melakukannya dengan sangat baik, sangat pintar sampai aku merasakan spermanya muncat di dalam mulutku.
Aku menelannya ke tenggorokanku seperti yang sudah aku katakan. Tentu saja rasanya tidak enak dan jika aku mengatakan pujian, maka akan terasa tidak jujur. 😣
Him tersenyum dan pada saat yang sama, dia mencondongkan tubuh hingga wajah kami saling berdekatan. ☺️
Tangannya yang kasar menangkup wajahku dan menggunakan ibu jarinya untuk menyapu spermanya yang tertinggal di bibirku.
“Aku menelan semuanya..”
Aku menelan setiap tetes spermanya yang masuk ke dalam mulutku. Jarinya mengusap bibirku sebelum dia menarik tangannya, seolah-olah tubuhnya merespons secara otomatis.
Him memainkan ujung jarinya dan menghisap sisa spermanya itu tanpa mengalihkan pandangannya dari mataku.
Sepertinya dia sangat senang melakukan hal itu.
"Anak baik.."
Him mengulurkan tangannya dan menarik tubuhku agar setinggi dia.
“Siapa yang kamu sebut anak baik itu?”
“Hm..”
Aku melihat Him berbalik dan wajahnya terlihat cemberut sebelum dia menjawab dengan santai. 🙁
“Bukankah itu aku?”
“…”
“Yeah.. anak yang baik itu..”
Hm.. Yeah. Perkataannya benar karena Him lebih muda dariku. 😅
“Kamu tidak masalah dengan hal ini bukan?”
Him bertanya sambil tersenyum. ☺️
Pada saat yang sama, Him melingkarkan lengannya di pinggangku dan membuat aku bergerak untuk mendekati tubuhnya sehingga aku harus duduk di atas pangkuannya sambil mengangkang.
Tubuh kami bergesekan satu sama lain, hanya terhalang oleh celana dalam kecil yang aku kenakan saat ini.
Him terlihat merasa cukup puas dan aku melingkarkan lenganku di lehernya yang kuat.
Aku mendengar Him berpura-pura bersikap acuh tak acuh sambil bertanya.
“Apakah Neil suka dengan anak yang lebih muda?”
Hal ini mungkin terdengar aneh. Tapi rasanya sangat menyenangkan sekali saat Him memanggilku "Neil..".
“Aku tidak pernah berpacaran dengan anak yang lebih muda dariku..”
Aku menjawab lalu mendekatkan wajahku dan menggunakan ujung hidungku untuk menempelkannya pada batang hidung yang menonjol.
Aku memberikan...jawaban yang jujur, aku tidak suka anak yang lebih muda dan aku tidak pernah punya pacar yang lebih muda dariku. Pacarku biasanya seumuran atau lebih tua dariku.
“Apakah kamu pernah memakan anak yang lebih muda?”
“Hm…Tidak pernah..”
“…”
“Aku kebanyakan dimakan oleh yang bukan anak-anak.”
Dulu, ketika aku sering pergi ke klub. Aku bertemu dengan beberapa orang yang menyukaiku.
Tetapi.. baru kali ini aku dimakan oleh anak yang lebih muda dariku.
Tubuhku saat ini segera di balikkan ke bawah dan di kangkangi oleh tubuh besar Him. 😅
"Aku akan membuatmu melupakan semua orang yang pernah kamu makan.." hanya itu yang dia katakan.
Kiss 😘
Him lalu segera menekankan bibirnya ke bibirku, ciuman manis kali ini terasa sangat nikmat.
Hal ini seperti pertama kalinya kami berhubungan seks. 🥰
Aku bisa merasakan bau samar alkohol dan rokok masih tertinggal di mulutnya, bahkan saat Him sudah menyikat giginya.
Celana dalam kecilku segera terlepas bersamaan dengan gerakan tubuh Him. Bibirnya bergerak ke bawah untuk menghisap tenggorokanku, bajuku ditarik ke atas dan ditumpuk di dadaku, dan Him mengangkat kedua kakiku ke atas.
Him menggerakkan wajahnya ke bawah dan menggunakan mulutnya untuk menggoda juniorku. Dia menciumnya dari ujung pangkal hingga ujung. Hal ini terasa sangat geli sehingga aku tidak sengaja menghimpitkan kedua kakiku beberapa kali, setiap kali Him menghisap juniorku dan tangannya yang kasar menahan kedua kakiku seperti biasa. 😣
Him sangat pintar menggunakan mulutnya dan dia memanfaatkan hal itu untuk memanjakan aku sampai akhir.
Aku mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya lagi. Tetapi.. kali ini Him tidak mengatakan rasanya seperti yang terakhir kali dan hal ini sangat baik karena aku merasa malu mendengar perkataannya.
Dia mencium tubuhku, meninggalkan kiss mark berwarna merah di sudut dalam kakiku, paha dan perutku. Dia sekaligus mendorong jarinya yang besar ke lubangku.
“Kamu…”
Him yang berwajah tampan segera berbalik dan mengeluarkan suaranya yang terdengar serak.
“Hum?!”
“Apakah kamu sudah menyiapkan lubangmu?”
Saat mendengar perkataannya, aku hanya bisa menjawab..
“Oh.. Iya.. Aku mempersiapkannya tadi di dalam kamar mandi..”
Karena aku tahu kami berdua pasti akan berakhir dengan melakukan seks, makanya karena aku sudah tahu…Aku bersedia untuk tetap tinggal disini bersama-sama dengannya sampai sekarang. ☺️
Aku sudah siap, bukankah itu hal yang baik? 😏
“Kamu sangat lucu sekali saat kamu melakukan hal ini. Kalau begitu aku bisa bermain kasar kan?”
“Ahh..”
Di akhir kalimatnya, Him segera memasukkan jarinya ke dalam lubangku tanpa berkata apa-apa dia mendorong jarinya sampai ke inti tubuhku.
Aku saat ini hanya bisa mengangkat tanganku untuk menutup mulutku ketika aku menyadari bahwa suara eranganku terdengar terlalu keras.
“Jangan mengeluh nanti..”
“Aku tidak akan mengeluh karena aku juga menyukainya..”
"Apakah kamu suka melihat aku tersenyum, apakah kamu suka aku tersenyum lebar?”
“Yeah.. aku suka senyumanmu.. Ah…ah..”
Aku harus mengangkat tanganku untuk menutup mulutku lagi ketika Him menggerakkan jarinya lebih cepat daripada sebelumnya.
"Tidak bisakah aku memasukan lebih banyak jariku?"
“Yeah.. Lakukan saja aku siap..”
Aku memohon dan memang hal itu yang aku inginkan.
Perkataanku membuat Him segera bangun untuk mengambil kondom di atas kepala tempat tidur sebelum mengangkangiku lagi seperti sebelumnya.
Juniornya saat ini sudah ditutupi kondom. Aku melihat Him berkonsentrasi dengan juniornya dan sedang bersiap-siap untuk memasukkannya ke dalam tubuhku.
Meskipun aku sudah mempersiapkan lubangku untuk dimasuki oleh juniornya, aku tetap tidak bisa tersenyum saat melihat wajahnya. 😣
Him menekan kepalanya terlebih dahulu untuk masuk ke dalam lubangku, lalu perlahan mulai mendorong juniornya untuk masuk secara perlahan.
Aku segera meraih lehernya yang kuat dan memeluknya. Kedua lengan Him membelai tubuhku.
Saat ini aku merasakan bahwa punggungku hampir tidak menyentuh tempat tidur. Aku tidak tahu apakah hal ini aneh tapi aku suka kalau Him memelukku seperti ini. ☺️
Aku mulai merasakan panas menyebar ke mana-mana. Tubuh kami terikat erat, dan tubuh Him bergerak masuk dan keluar secara ritmis.
Saat juniornya berada di dalam diriku, rasanya sangat menyenangkan. Semuanya terasa besar.
Tubuhku bergoyang karena kekuatan senyumannya. Bagian dari diri kami berdua terlihat sangat cocok.
Ada kalanya aku baru saja menerimanya ketika juniornya kembali masuk ke dalam lubanku. Aku merasakan seakan-akan ada semut di dalam tubuhku. 😣
Him biasa memegang juniorku dan memukulku tanpa henti dengan ritme yang cepat dan kuat.
“Ah…ah.. ah…”
Aku mengerang saat Him mulai begerak dengan cepat dan tidak ada waktu bagiku untuk mengatur nafas.
Karena ukuran juniornya yang sudah besar dan menyenangkan hati, juniornya benar-benar membuatku sangat senang. 🥰
Sehingga aku tersentak dan mengeluarkan spermaku di tangannya yang besar.
"Apakah ini berakhir begitu cepat?"
“Apakah kamu benar-benar menyukai juniorku?”
Him bertanya sambil bercanda. Tetapi aku mengerang dan menyentuh wajahnya karena tubuhku meresponsnya dengan baik.
“Um.. Juniormu sangat besar dan rasanya enak..”
TBc
Vote and comment ok 😊🙏
Bab awal for him so hot ya.. 🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro