Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sebuah Lamaran [END]

Previously on Chapter 18

"Dia ... Hamil."

"Benar. Baby yang akan lahir di keluarga kita."

"Aku tidak menyuruhmu berbicara."

"Ahh! Sehu-Mhh! Ahhh! Hangat!"

.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.

"Ini adalah sebuah misi!"

Chanyeol fokus berpikir namun juga berceloteh pada tempat duduknya.

Sehun yang ada di depannya pun mulai berbicara, "Itu adalah rencana pernikahan." Kata dia.

"Benar."

Segitiga Bermuda Tampan dan Gay ini sedang duduk saling berhadapan di kantor "SewUp". Chanyeol memintanya seperti itu agar ia bisa lepas dari Baekhyun untuk sehari.

Mereka berdua telah kembali bekerja dan Chanyeol meminta bantuan teman-temannya untuk merencanakan pernikahan secepatnya.

"Santai saja Chanyeol, urusan pesta itu sangat mudah. Kau hanya perlu mengkhawatirkan satu hal." Kata Kai.

Chanyeol mengangkat sebelah alisnya, "Apa itu?"

"Bertemu ayah Baekhyun!"

Sehun tiba-tiba saja terkejut, "Astaga! Chan! Habislah kau!"

"Jangan menakut-nakuti ku!"

Pria beralis indah itu pun bangkit mendekat ke arah Chanyeol dan memasang ekspresi menyeringai, "Karena kau menghamili anak orang!"

Chanyeol ingin menangis saat ini juga, Tuhan tolong lah dia.

"Bagaimana ini! Apa yang harus aku katakan?!" Teriaknya kalut. Sayangnya, kedua temannya itu hanya membalas dengan tatapan kasian dan remeh seakan berkata, "Rasakan!"

Oke, misi bersama teman berarti gagal dan kini hanya ada dirinya dengan Baekhyun. Ia pu mengusir kedua temannya keluar karena ingin menenangkan pikiran. Ia sedikit tidak punya nyali untuk bertemu ayah Baekhyun. Bukan sedikit, memang tidak punya.

Sementara itu, Baekhyun tengah dipelototi oleh Eunha.

Benar-benar gadis ini! Membuatnya sangat pusing!

"Jadi ... Apa yang ingin kau katakan? Byun. Baek. Hyun?" Tanya Eunha.

Baekhyun jadi sedikit terintimidasi. Ia pun mendorong dahi Eunha hingga wanita itu berdiri tegap. "Aku akan menikah." Ucap Baekhyun pelan.

Sayang sekali, sayang sekali. Justru yang terkejut bukan wanita menyebalkan di hadapannya, namun semua orang yang hadir disana. Sial.

"Wah! Selamat Sekretaris Byun!"

"Semoga pernikahanmu lancar!"

"Dia wanita yang sangat beruntung!"

"Hei! Dia gay! Kau bodoh, ya?"

"Baru bekerja beberapa bulan kau sudah menikah saja."

Orang-orang memberinya ucapan selamat namun tak sedikit ada yang berkomentar tidak jelas. Lagi pula apa hubungan usia karir dengan pernikahan? Ada-ada saja!

Eunha masih mematung.

Astaga bocah ini. "Sadarlah, Eunha." Ucap Baekhyun sambil mengetuk dahi putih Eunha.

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya upaya menyadarkan diri. Ia pun memandang Baekhyun dengan tatapan kaget.

"Baek, kau-"

"Ah, Baekhyun." Panggil Kai yang baru saja diusir dari ruangan Chanyeol. Ia kemudian melanjutkan, "Kau bantu lah dia untuk mengatakannya pada ayahmu. Ia begitu tertekan saat memikirkan bagaimana cara melamarmu." Kata Kai.

Dihadiahi tinju kilat oleh Eunha ke arah pamannya itu. Jongin tersungkur sedikit dan Sehun menolah menopangnya. "Eunha!" Teriak Baekhyun.

"Oh! Astaga! Aku kira itu hanya mimpi!" Balas Eunha. Ah, jadi dia meninju Jongin untuk tau ini mimpi atau bukan. Astaga, durhaka.

"Sesuai dugaan ku 'kan ... fufufu~" Wanita dengan blus hijau mint itu menatap Baekhyun dengan pandangan yang mencurigakan.

"Aku sudah menduga kau punya hubungan dengan TUA-" ucapannya terputus begitu Kai membekap mulut keponakannya itu.

"Dua iblis ini tidak akan pernah akur."

"Jadi, Tuan Oh. Ada apa dengan Tuan Park?" Tanya ku. Abai terhadap dua setan itu yang bertengkar. Ugh, aku harap penis Tuan Kim akan baik-baik saja.

Sehun menghela napas, "Kau harus membantunya meminta izin pada ayahmu. Since, yeah. Kau kan- maka dari itu bantulah dia." Kata Sehun.

Sekretaris Tuan Park itu mengangguk. "Sebenarnya aku juga takut, nanti kalau ayahku mengus-"

"Kau kan tinggal dengan Chanyeol, Baek." Potong Sehun. Benar juga. Apa yang harus dikhawatirkan?

Uang sudah ada, tempat tinggal, maupun rasa diterima di tempat baru sudah ia dapatkan. Lantas apa?

Ah, bagaimana kalau ayahnya tidak ingin menemuinya lagi?

Ia akan sangat kecewa pada dirinya sendiri.

Baekhyun terendam dalam lamunannya. Sampai tak sadar Eunha memanggil-manggil namanya sejak tadi. "Baek!"

Seketika ia sadar, "Um? Ada apa?"

"Aku sudah menyebut namamu tiga kali! Astaga kau ini kenapa?" Eunha merasa heran.

"Aku hanya gugup soal pernikahan ini."

Eunha membawa Baekhyun untuk duduk kembali ke kursinya dan Eunha berdiri di pojok meja. "Ceritakan lah padaku!"

"Um ... Mulai darimana, ya?"

Wanita itu memutar matanya jengah, "Ayolah! Dari-Ah! Kau akan menikah dengan siapa?"

"Tuan Park."

"Hahaha! Jangan berca-APA!?"

Eunha menganga karena terkejut. Jadi, pria idaman satu Korea kini akan memperistri seorang laki-laki yang sialnya sangat cantik, montok, cantik, baik, montok, cantik.

"Kenapa mendadak?" Tanya Eunha lagi.

"Aku ... hamil."

Sebelum Eunha berteriak. Baekhyun sudah menutup mulut Eunha dengan gumpalan kertas. "Jangan berisik!"

"KAU HA-mil ..."

"Aku tahu, sialan."

Eunha sangat menyangka. Dua iblis ini memiliki hubungan-ah! Berarti rumor yang beredar di seantero kantor memang valid. Wah! Ia bersyukur saat ini ia teman paling dekat yang dimiliki Baekhyun di kantor itu! Selain Luhan dan Kyungsoo tentunya.

"Tapi, masalahnya-" Baekhyun kembali berbicara. Eunha meresponnya dengan tatapan 'ada apa?'

"Bagaimana cara memberitahu ayahku?" Lanjutnya.

Eunha tertawa cekikikan, "Bilang saja! Ayah! Aku hamil anak seorang pria kaya raya dan tampan!"

Baekhyun mengernyit jijik. Bagaimana bisa image nya jadi runtuh dengan tingkah binal seperti kupu-kupu malam itu, astaga.

"Segeralah mendaftar ke rumah sakit jiwa." Balasnya.

Ah, lagipula. Apa yang ia harapkan dari ayah nya yang tegas, menyeramkan, ugh.

.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.

Siap tidak siap, harus siap. Chanyeol menjemputnya setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya. Mereka bersama pergi ke rumah yang bisa dibilang kampung halaman Baekhyun. Untuk bertemu Tuan Byun tentunya.

Chanyeol berkata, lebih baik mengurusi ini dulu daripada urusan untuk acara nanti. Karena ini lebih mengganjal pikirannya.

Ia sebenarnya takut, tapi ia harus buktikan kalau keberaniannya tidak dikalahkan oleh penis yang berani menghamili anak orang!

Kalian para pria contohlah Tuan Chanyeol, kecuali yang bottom.

"Baek, kau hubungilah ayahmu." Kata Chanyeol sambil fokus menyetir. Baekhyun mengangguk dan meraih ponselnya.

Astaga! Astaga! Astaga!

Ini adalah waktunya, waktu dimana ia harus mengaku hamil ke ayahnya! Ia tidak sabar namun takut juga!

Dengan dramatis diiringi lagu ala-ala perang, Baekhyun mencari-cari kontak ayahnya. Perlu beberapa tetes keringat dulu, baru ia menekan tombol hijau untuk menelpon.

Sambungan ternyata berhasil. Suara tut tut terdengar berulang kali.

Hingga-

"Nomor yang anda tuju sedang memakan kepiting."

Chanyeol melotot tanpa menoleh. Apa-apaan operator itu?

"Ayah, jangan bercanda." Balas Baekhyun.

"Hahaha! Maafkan, ayah. Ayah sedang makan kepiting tapi kau mengganggu! Ada apa?"

Baekhyun melirik sekilas ke arah Chanyeol, "Apa ayah ada di rumah?"

"Ah, iya! Ayah membeli kepiting ini untuk dibawa pulang, jadi ..."

"Baguslah. Ada yang ingin aku bicarakan."

"Terdengar serius."

"Benar. Ini soal um- pernikahan."

Tut.

Astaga! Baekhyun terkejut. Setelah berbicara soal pernikahan, ayahnya malah mematikan sambungannya. Ini pasti pertanda buruk.

"Ada apa, baby?"

Baekhyun cemberut, "Ayah mematikan sambungannya, setelah aku berbicara soal menikah."

"Begitukah? Semoga aku bisa pulang hidup-hidup."

.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.

Gerbang rumah kayu dengan tembok rendah mulai nampak dari sisi jalan. Mereka harus melewati jalan kecil untuk sampai ke rumah sederhana nan damai milik Baekhyun.

-dan, Tuan Byun.

Baekhyun membuka jendela mobilnya, lalu kepalanya keluar begitu saja, "Ahh ..."

"Kenapa kau mendesah?" Tanya Chanyeol.

"Aku menghirup udara segar, tau." Balasnya.

Mereka pun tiba dengan memakirkan mobil itu di lahan kosong di samping rumah. "Baekhyun aku takut."

Sekretarisnya itu keluar dan menutup pintu mobil, "Kau takut? Kemana perginya nyalimu ketika penismu menusuk lubang ku?"

Chanyeol pun mematung dengan wajah yang bodoh—seperti biasa.

"Ahh! Aku rindu wangi angin segar." Ujar Baekhyun sambil berjalan ke arah pintu gerbang rumahnya.

.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.

"AYAH! AKU PULANG!" Teriaknya hingga membuat pria buncit berambut gondrong itu terjungkal ke belakang.

Dia sedang membaca koran di halaman belakang dengan meletakkan pantatnya di kursi rotan yang kini telah mendarat pada lantai.

"Bocah itu ..." Ujar Tuan Byun.

"AYAH! BUKA PINTUNYA! KENAPA KAU MENGUNCINYA!?" teriakan itu masih berlanjut rupanya.

Dengan ogah-ogahan, Tuan Byun berjalan keluar. Walau hanya menggunakan kaos tanpa lengan juga celana training  beliau nampan biasa saja.

Biasa saja.

Sebelum benar-benar melewati pintu bangunan ini, ia sempat mengintip keluar dulu. Ternyata, Baekhyun tidak sendirian.

"Aku punya firasat aku akan menjadi seorang kakek. Aku tidak akan terkejut nantinya."

Hirau dengan rasa takutnya akan suara berisik anaknya itu, ia muncul dan membuka gerbang dengan wajah datar.

Begitu gerbang digeser, Baekhyun menghamburkan dirinya sendiri untuk berpelukan dengan pria buncit itu, "Ayah!" Ucapnya.

"Aku yakin ayah sangat merindukanku, aku benar kan? Hahaha! Tidak usah malu begitu." Kata Baekhyun dengan riang.

Sedangkan, ayahnya hanya menatap datar seolah menyerah dengan keadaan berisik ini. Lalu, ia membisikan sesuatu pada pria yang tidak ia kenal sekaligus pria yang datang bersama putranya ini.

"Aku bahkan harus tinggal dengannya."

Chanyeol yang paham kemudian membalas, "Aku pun begitu." Dengan bisikan.

"Chan! Ayo masuk!" Baekhyun meraih pergelangan bos nya itu dan berlari masuk ke dalam rumah. Meninggalkan pria buncit itu dengan pandangan datar.

"Baru saja aku merasa damai."

Begitu Chanyeol memasuki ruang tamu. Kesannya—um ... simpel, lagipula ini bukan rumah yang besar. Ia kemudian mengarahkan pandangannya ke rak dekat pintu.

Foto Baekhyun.

Telanjang.

"Astaga, penismu memang kecil sedari lahir, ya?"

"Bicara lagi, aku pukul kepala mu." Balas Baekhyun.

Sekretaris muda itu mengajak bos nya untuk duduk dulu di sofa. Sekedar beristirahat dari perjalanan jauh. Lalu ia izin mengambil minuman untuk mereka.

Di saat yang sama, Tuan Byun datang sambil menggaruk ketiaknya.

Pria itu kemudian mengambil tempat di kursi—yang sendirian entah apa sebutannya. Lalu, menatap Chanyeol dari atas ke bawah seolah baru pertama kali menatap pria tampan.

"Ugh, kapan anakku bisa tampan sepertimu, ya?" Ujar pria itu.

"Haha. Aku Park Chanyeol, Tuan—"

"Panggil aku ayah saja, Park." Balas Tuan Byun dengan senyum yang kini tiba-tiba muncul.

Wah! Lampu hijau!

Chanyeol tersenyum malu, "Tentu, Ayah. Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku ikut—"

"Kau kekasihnya kan? Aku tahu itu."

Bapak tua ini gemar sekali memotong perkataan orang.

"Kau mengetahuinya?"

Tuan Byun kemudian tertawa sombong, "Baekhyun ku tidak pernah membawa pulang teman laki-laki jantan ke rumahnya. Kalau sampai ia membawa seorang, berarti ada yang aneh."

"Ahh, begitu."

Tepat setelah itu, Baekhyun datang dengan nampan yang di atasnya terdapat tiga gelas tinggi orange juice.

"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Baekhyun.

"Kau belum setahun bekerja tapi sudah menjalin kasih dengan bosnya, luar biasa." Ujar ayahnya.

Baekhyun kemudian mengambil duduk di sebelah Chanyeol. "Sudah berapa lama kalian berhubungan?" Tanya Tuan Byun.

"Kami baru memulainya, Ayah." Balas Sekretaris muda yang tengah hamil muda itu.

Baekhyun melirik Chanyeol yang nampak sangat gugup. Memberinya kode untuk segera meminta izin pada ayahnya.

Chanyeol membalasnya hanya dengan tegukan ludah. Suasana jadi sepi seketika.

"Ayah, aku kemari ingin meminta izin." Kata Chanyeol.

"Untuk apa?"

Bos dan Sekretaris itu menatap satu sama lain.

"Untuk menikahi Baekhyun."

"APA!?—Um, maaf. Menikahi Baekhyun?"

Aku sudah menduganya.

Tuan Byun memperbaiki duduknya. Kenapa sekarang malah menjadi canggung?

Ia terbatuk untuk mengurangi rasa gugupnya. "Mendadak sekali." Lanjutnya.

Namun, respon takut dan gugup justru yang ia dapatkan dari sepasang pria di depannya ini.

"Apa kalian yakin dengan keputusan kalian?" Tanya Pria itu.

Keduanya mengangguk bersamaan.

"Tentu saja. Kalian boleh menikah."

Apa?

Cepat sekali?

Ini tidak seperti apa yang dibayangkan Chanyeol sebagai sumber paranoid nya. Baekhyun pun dibuat bingung.

Ia hendak bertanya namun ragu-ragu. Tapi, ia harus!

"Kenapa Ayah mengizinkan dengan begitu mudah?"

"Ayah mana bisa membiarkan anak ayah yang hamil menjadi bujang, bukan?"

"Ayah benar—"

"HAH!?" KEDUANYA—maaf. Keduanya terkejut. Bagaimana? Bagaimana bisa?

Baekhyun menatap perut ratanya itu dan bertanya-tanya. Perutnya bahkan terlihat tidak buncit, bagaimana ayahnya bisa berkata begitu?

"Ayah mu membuat ku takut, Baek." Ujar Chanyeol.

"Hahaha, santai saja anak-anak. Memang feeling seorang ayah tidak pernah meleset."

Syukurlah. Baekhyun kira ia akan ditampar lalu pantatnya akan ditampar pula beberapa kali dan Chanyeol bisa saja diikat di depan pagar sebagai hukuman.

Namun, sikap hangat ayahnya ini membuat mereka tenang.

"Lagipula, Baekhyun sudah cukup umur untuk menikah. Asalkan, kalian bisa saling menjaga."

"Tentu Ayah."

"Park, Ayah minta untuk jangan pernah membuat Baekhyun ku menangis. Bukan apa-apa, kalau sedih dia jadi menjengkelkan."

Yang benar saja ...

"Juga, jangan terlalu emosi pada anakku, dia memang menyebalkan jadi Ayah rasa kau harus sedikit bersabar seperti Ayah."

Baekhyun membuang muka seolah kesal. Ugh, ingin sekali Tuan Byun melemparnya ke danau.

"Untuk kau, Baekhyun. Jangan menyusahkan Park, jangan brengsek dengan mertuamu, jaga anakmu dengan baik, jangan menyusahkan Park, jangan berfoya-foya, jangan menyusahkan Park."

"Kau menyebut 'Jangan menyusahkan' tiga kali ayah, apa maksudnya?"

Tuan Byun menghela napas lelah, "Kau kan benar-benar-benar menyusahkan, Baekhyun."

Astaga.

Jadi begitulah, stage yang benar-benar merubah hidup Baekhyun. Suatu hari datang dengan baju badut, hampir dijual bos sendiri, bertemu mantan pacar yang brengsek, tinggal bersama bos, bersetubuh, dan kini menikah.

Hidup memang tidak mudah ditebak. Apalagi oleh orang seperti Baekhyun, Chanyeol lebih parah.

Intinya, kita mengharapkan kehidupan pernikahan yang aman damai dan tanpa teriakan menjengkelkan dari Baekhyun juga tanpa kebodohan dari Chanyeol.

Ah, semoga anak mereka bisa tahan hidup dengan orang tua kacau seperti itu.

"Aku sering menonton drama soal sekretaris yang memiliki hubungan spesial dengan bosnya. Menurutku, itu sangat cringe dan menjijikan dan biasa saja dan tidak ada indah-indahnya. Namun, kini aku paham. Aku mengalaminya dan aku merasa ini perjalanan yang sangat indah walau hanya sebentar.

Aku mencintaimu, Bos bodoh."

The End.

Yay, akhirnya end anjir cape bgt gua hidup setaun dengan ff ini ya allah maafkan hamba.

Maaf ya kalo endingnya ga sesuai harapan kalian huhu tapi serah sih gua cape juga kalo ngegantung lama lama kalian paham lah ya.

Mungkin bisa aja gua ngasi Special chapter kalau gua kangen sama cerita ini wkwk, entah scene pernikahan atau what, ya doain aja kemalesan gua ngga selalu ngerasuki gua, ya.

Btw, mampir ke spirit visualizen, kuy!  See u there, sayank sayank muach

- Tya atau Dapa serahlah anjing.


Mampus lu semua gua gantung amjink

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro