Calon Mertua
Previously on Chapter 16
"Kau ... tidak siap?"
"Ah, aku lupa sesuatu."
"Cukup. Aku belum mau keluar dulu."
"Kondom sialan!"
.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.
Enjoy!
Chanyeol hari ini tengah merenung sambil duduk di meja kerjanya. Matanya melirik ke bawah sebentar, lalu terpejam. Hal itu dilakukannya berulang-ulang. Hingga pajangan di pojok bosan memperhatikannya.
Ia mendesah pasrah mengingat kejadian tadi malam yang membuatnya panik hingga menghubungi ibunya. Oh iya, kemarin ibunya tidak di rumah. Memang diusirnya. Katanya sih begini,
"Ibu, besok ibu pulang dulu, ya? Jangan menginap di rumah ku." Kata Chanyeol. Ibunya menukikkan alis setajam belokan balapan. Memicing kemudian.
"Kau akan tidur dengan Baekhyun, ya?"
Chanyeol melotot kaget. Bagaimana ibunya bisa menebak hingga detail seperti itu!? "K-kau tahu dari—"
"Sudahlah. Ck. Aku akan pulang besok." Balas beliau sambil menyeruput singkat teh manisnya dengan tampang angkuh.
Begitu.
Kekhawatirannya tak lain adalah ketika kondom nya bocor. Entah apa penyebabnya. Namun, kemarin Baekhyun mendiagnosa kalau Chanyeol salah beli ukuran kondom. Ya Tuhan! Penis sendiri dilupakan ukurannya!
Baekhyun tak habis pikir. Mereka berdua harus siap dengan konsekuensi apapun nanti. Ditambah, Baekhyun merasa hangat pada perutnya. Pasti sperma itu telah—Chanyeol menggelengkan kepalanya tiba-tiba. Mengusir pikiran jahatnya.
"Kepala ku panas, badanku pusing." Ujarnya.
Pajangan di pojokan seolah ingin berteriak, "Terbalik bodoh!" Namun apa daya, ia hanya seorang pajangan. Ayo kita mengheningkan cipta atas nasib pajangan.
Tidak. Bercanda.
Chanyeol yang putus asa pun memanggil Sehun dan Kai. Kedua temannya itu sudah sering berpengalaman dalam seks. Mungkin mereka bisa memberikan solusi atas kekhawatirannya. Kai seorang pria beristri dan Sehun pria dengan kekasih super binal.
Itu yang Chanyeol tahu dari Sehun. Luhan di depan kamera dan di ranjang adalah dua sosok yang kontras.
Tanpa menunggu hingga Gunung Fuji tumbuh kaki, kedua pria tampan itu tiba di ruangannya dan langsung beristirahat di sofa. Chanyeol mendekat dan mengambil beberapa minuman di kulkas mini miliknya.
Sejarahnya, ketika sebelum ada Baekhyun, isi kulkas itu hanyalah makanan ringan, dan alkohol. Namun, semenjak Sekretarisnya itu tiba, semua berubah. Isinya adalah makanan sehat, susu. Chanyeol bahkan perlu memohon untuk bisa menyimpan alkohol.
"Kau habis tidur dengan kekasihmu, ya." Ujar Sehun tiba-tiba yang membuat Chanyeol tersedak.
Chanyeol melotot, "Apa-apaan mulutmu itu! Aku jadi kaget." Balasnya.
"Tapi memang benar, wajahmu nampak berseri-seri namun suram di satu waktu." Kata Kai yang dibalas anggukan oleh Chanyeol.
Kedua pria itu melirik satu sama lain. Berarti Chanyeol sudah mengaku kalau ia sudah tidur dengan Baekhyun. Kai bertanya-tanya mengapa kawannya itu nampak murung sekali. "Kondom mu bocor ya?"
Tersedak episode dua.
Chanyeol melotot ke arah Kai dan mengangguk miris. Mengundang gelak tawa kedua pria tampan di ruangan itu.
"Kai. Aku tak tahu kau cenayang."
"Selama ini aku cenayang, apalagi untuk kepolosan kawan kita." Balas Kai sambil tersenyum.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan." Tanya Chanyeol. Kai menegak minumannya sembari berpikir. Sehun berujar, "Tidak ada. Kau hanya perlu berdoa. Dan—"
"Beli testpack, untuk jaga-jaga." Kata Kai tiba-tiba yang direspon anggukan oleh Sehun.
"Testpack, ya."
Benar, lebih baik berjaga-jaga dan menghadapi kemungkinan terburuk dahulu agar tidak panik konyol. Chanyeol benar-benar melakukannya. Ia segera ke apotek untuk membeli testpack saat pulang.
.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.
"Dasar Chanyeol bodoh!" Ujar seorang wanita dengan sedikit kesal yang sedang berjalan menuju pintu utama. Ia adalah Nyonya Park, ibunya Chanyeol.
Tadi pagi, Chanyeol menghubunginya. Meminta ibunya itu untuk menjaga Baekhyun. Ibunya sebenarnya malas disuruh pergi, tapi demi Baekhyun yang menggemaskan ia mau-mau saja. Namun, segala pertanyaan yang sempat memutar di otaknya, terjawab dengan mudah ketika Chanyeol mengatakan, "Ia tidak bisa berjalan setelah kemarin malam."
Sang Ibu sempat memarahinya di telepon, "NYALI MU BESAR SEKALI YA!? BERNIAT MENGHAMILI ANAK ORANG!" Tapi, hanya sebentar saja. Ia juga mengharapkan Baekhyun segera hamil. Ia ingin memiliki cucu dari pria cantik itu.
Ia membuka pintu depan dan langsung disambut beberapa pelayan yang tengah membersihkan rumah. Dibalas senyuman ramah oleh Nyonya Park. Ia pun menaiki tangga dan menuju kamar Chanyeol.
Baekhyun yang sedang membaca buku dengan posisi tertidur pun terkejut dengan suara kenop pintu. Matanya teralihkan pada arah luar dan melihat Nyonya Park tengah menengok ke dalam.
"A—ah! Nyonya Park, maaf—" ucapnya gugup dan hendak bangun dari posisi tidurnya. Nyonya Park yang melihat itu pun panik dan kembali memposisikan Baek dengan tertidur.
"Hei, tidak ada apa-apa." Kata beliau.
Ia tersenyum maklum melihat aura kecanggungan yang dikeluarkan oleh Baekhyun. Lambat laun, bocah itu pasti akan keluar "berisiknya".
"Apa masih sakit?" Tanya Nyonya Park. Dihadiahi pelotottan kaget oleh Baekhyun. Nyonya Park kembali berbicara, "Pasti Chanyeol terlalu kasar kemarin. Kau istirahat saja. Ibu akan merawat mu." Kata beliau.
Baekhyun mempertanyakan soal ini, pasti Chanyeol lah yang telah memberi tahu Nyonya Park soal kemarin malam. Dasar!
"Tidak perlu gugup, Baekhyunnie. Kalau aku punya cucu nanti, aku tidak akan marah kok!" Kata Nyonya Park dengan sangat riang.
Sekretaris Chanyeol itu justru merasa semakin takut. Bagaimana bila Chanyeol malah terpengaruh dan berakhir menyetubuhinya hingga ia hamil!? Astaga! Menakutkan!
"A—ah, soal kemarin. Itu ... kami hanya terbawa suasana, hehe." Balas Baekhyun dengan canggung.
Nyonya Park tersenyum lembut, "Hei, santai saja. Hahaha." Balas beliau.
Tiba-tiba ekspresinya berubah, "CHANYEOL BRENGSEK!" Teriak Nyonya Park. Baekhyun beringsut mundur hingga kepalanya terbentur.
"Bisa-bisanya dia meninggalkanmu ketika kau terbaring lemah seperti ini!? Dia harus kuberi pelajaran." Benar saja, Nyonya Park mengambil smartphone-nya dan berdiri menatap jendela besar. Ia tengah mengumpulkan emosinya untuk diluapkan pada anak bungsunya itu.
.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.
Chanyeol sedang menyimak meeting yang tidak jelas hari ini. Meeting yang diadakan oleh asosiasi pengusaha di Korea Selatan. Sebenarnya, ia teringin kembali pulang dan tidur memeluk Baekhyun. Namun, Si Brengsek Kim Kai malah menyuruhnya untuk duduk seperti penjaga museum disini. Ugh, menyebalkan.
Rapat kala itu diadakan di sebuah casino dengan fasilitas ruang pertemuan. Gaya arsitektur ala victorian terkesima selama beberapa saat.
Drrt... Drtt..
Saku nya bergetar. Seseorang menghubunginya.
Tapi,
"Ahh..."
Rasanya enak sekali ada yang bergetar di dekat penisnya.
Hei!
Ia sadar secepatnya dan mengambil smartphone itu. Ia izin keluar sebentar dan dibalas anggukan oleh pria yang tengah berbicara di depan layar.
"Halo."
"CHANYEOL BRENGSEK!" Telinganya berdengung saat itu juga. Ia mengusap telinganya sebentar dan melirik ke layar. Ternyata ibunya. Ia tebak, pasti ibunya akan memarahinya soal Baekhyun.
"Astaga. Kupingku—"
"Bisa-bisanya kau meninggalkan Baekhyunnie seperti ini!? Ya Tuhan, dimana jiwa mu sebagai laki-laki sejati? Kau ka—"
Tut
Chanyeol menutupnya. Tidak ingin mendengar ocehan melengking ibunya lagi. Bisa saja kupingnya melarikan diri dari anatomi tubuhnya. Ia merasa ia harus pulang dan menjaga Baekhyun.
Juga, membeli testpack. Ia khawatir jika saja Baekhyun hamil secara mendadak dan anaknya lahir saat itu juga. Ya Tuhan.
Ia pun berjalan keluar dan mencari mobilnya. Ia segera berangkat ke apotek terdekat untuk membeli testpack.
Apotek di dekat perempatan menjadi targetnya kali ini. Ia mengenakan kaca mata hitamnya agar terlihat seperti agen mata-mata. Ia ingin orang kagum padanya.
Padahal terlihat, "Lihatlah pria itu norak sekali." Ujar seorang gadis kecil yang digandeng ibunya. Sesak seperti dihujam panah, Chanyeol melepas kaca matanya dan berjalan sewajarnya.
"Selamat datang, adakah yang—"
"Testpack." Jawabnya dengan memotong ucapan petugas.
"Kau ingin membeli testpack, Tuan?" Tanya wanita petugas. Chanyeol hanya mengangguk kecil sebagai respon.
Wanita itu kemudian mencari sekotak testpack dan menyerahkannya pada Chanyeol. "Tidak perlu bayar, Tuan." Ucapnya.
"Tidak perlu bayar? Kenapa?"
"Karena kau tampan, hihi!"
Merasa dipuji Chanyeol menyeringai sok tampan. Ia berjalan keluar bersama testpack di dalam sakunya.
Terlihat seperti ayah yang siaga.
"Bagaimana jika Baekhyun sungguhan hamil." Ucapnya ketika duduk di kursi mobil. Ia melambungkan imajinasinya ke saat saat dimana anak mereka lahir. Ia memimpikan seorang putra yang lucu dan gagah seperti dirinya. Atau, putra yang lucu dan putih dan lembut dan kloningan Baekhyun.
Argh! Gemas sekali!
Karena imajinasi gila nya, ia menjalankan mobilnya dengan cepat. Berharap lebih cepat sampai rumah dan melihat Baekhyun yang ia rindukan.
Ia dikenal sebagai pria dingin di luar, hanya Baekhyun yang tahu ia bodoh di dalam. Ia dikenal tasteless dalam hubungan percintaan. Namun kini, ia justru tenggelam di dalamnya.
Hanya satu hal yang ia doakan tiap malamnya, ia berdoa, ia tidak ingin rasa cinta yang kini ada memudar seiring waktu berjalan.
Ia ingin cintanya abadi dengan Baekhyun, ia memiliki feeling yang kuat soal Baekhyun.
"Aku pulang! Baekhyun!" Teriaknya dari pintu depan. Ia bergegas menuju kamarnya untuk melihat Baekhyun.
Ia bingung. Baekhyun tidak ada di kamarnya. Ia menatap penjuru lorong dan hidungnya menangkap aroma manis khas kue. Ia segera mengganti bajunya lalu berlari ke arah dapur.
Dengan stelan kaus dan celana training, ia menangkap sosok kekasihnya tengah memotong pie. Terlihat pie itu sepertinya baru keluar dari oven. "Kau membuat pie nanas?" Tanya Chanyeol.
Baekhyun melirik sekilas pria besar yang bertanya padanya, lalu mengangguk sebagai respon. Chanyeol memutuskan mendekat dan memeluk kekasihnya itu dari belakang. Membuat Baekhyun terkejut begitu juga dengan Nyonya Park yang sembunyi di balik pilar dengan kamera di tangannya.
"Aku lebih rela membiarkan anakku menjadi gay asal aku melihat kelucuan ini tiap hari!" Ujarnya dalam hati.
Chanyeol melirik pie nanas itu dan menciumnya. Ahh, aroma khas nanas manis menusuk hingga ke lambungnya.
"Aku jadi lapar." Katanya.
"Lalu makanlah. Aku sudah potongkan untukmu."
Chanyeol mengalihkan perhatiannya ke tangan Baekhyun yang memegang piring. Ia mengambilnya dan memotong sebagian kecil makanan kesukaannya itu.
"Rasanya ... enak sekali, sayang." Ucapnya yang membuat Baekhyun tersenyum.
Melupakan keberadaanya Nyonya Park yang sedang bertarung dengan dewa maut, tidak tahan dengan kelucuan yang ia pelototi sejak tadi.
Namun, dibalik keberlebihannya itu, Nyonya Park berdoa dalam hati.
"Chanyeol. Baekhyun. Kalian adalah sepasang pria paling serasi yang pernah aku temui. Baekhyun, cepatlah hamil. Supaya Chanyeol tidak bisa pergi darimu dan Chanyeol, cepat hamili Baekhyun. Sekian doa penuh dosa ku, kabulkanlah."
Tbc
Btw eniwey buswey, ini alurnya rada cepet ya mungkin selesai 2-4 chap lagi, gua merencanakan sequel tapi bentuk webtoon wkwk, gmn menurut klen Cok, tr gua taroh di wp atau twit sih
Gmn bgst nyaut
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro