Bunga Kedua
Kemarin adalah peristiwa bersejarah yang terjadi dalam hidupku. Pastilah kejadian itu akan aku kenang seumur hidup. Bahkan bunga yang dia berikan kemarin masih aku simpan.
Hey, siapa sangka wanita itu bisa sebegitu bencinya denganku? Aku merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bisa membuatku dibenci oleh seseorang. Aku selalu bersikap natural ketika berhubungan dengan orang lain. Natural di sini maksudnya ya seperti bercanda dan sejenisnya tanpa ada niat untuk pencitraan.
Begitu aku tanya kenapa dia membenciku, dia hanya tersenyum. Kalau sudah begitu kan aku jadi tidak mengerti apa penyebabnya.
"Kamu kan memang orangnya menyebalkan."
Temanku yang duduk di sebelahnya tiba-tiba bersuara, seolah-olah bisa membaca pikiranku. Responsku hanyalah berupa dengusan.
Begitu menarik nafas dalam-dalam, aku mengunjurkan kaki, berupaya mendapatkan ketenangan dengan melakukannya. Bersantai di rumah panggung ini sudah sering aku lakukan. Rumah tradisional suku Betawi ini memiliki lantai yang ditinggikan dari tanah dengan menggunakan tiang-tiang kayu. Dari sini, aku bisa menikmati suasana natural berupa pepohonan yang rindang di sekitar.
"Kira-kira sudah berapa kali kita berdua ke rumah ini, ya."
Aku berupaya memulai pembicaraan, berniat sekadar berbasa-basi.
Dia ikut mengunjurkan kaki. "Entah. Sudah sering sekali. Tempat ini punya banyak kenangan untuk kita berdua, kan?"
"Yah, begitulah ...."
Dia tiba-tiba berdiri, lalu beranjak ke dalam rumah. Aku hanya meliriknya sebentar. Setelah itu, aku berbaring hingga pemandangan yang kulihat hanyalah langit dunia.
Memang benar, aku dan dia selalu memilih rumah panggung ini sebagai tempat untuk melepaskan penat. Kalau diingat-ingat, sejak kecil kami sudah bermain bersama dan menghabiskan waktu bersama di sini. Begitu aku mengingat rumah panggung ini, aku pasti ikut mengingat dia.
Langit di hadapanku berganti pada setangkai bunga berwarna ungu. Tentu saja aku tau kalau itu bukan bunga seperti kemarin. Begitu mengamatinya, aku mengerutkan dahi. Biar begini, aku mengetahui banyak jenis bunga. Tidak hanya jenis, tapi juga makna yang sering ditafsirkan terkandung dalam bunga tersebut.
"Ambillah."
Sesuai permintaannya, aku mengambil bunga tersebut, lalu mengambil posisi duduk.
"Ini Lilac?"
Dia mengangguk. Matanya menatap tajam ke arahku.
"Kau mengerti maknanya, kan?"
Lilac ungu ini sering disimbolkan sebagai cinta pertama, kan? Dia kemudian lanjut berujar.
"Kamu adalah cinta pertamaku. Mau kah kamu kekasih--"
Dengan segera, aku menutup mulutnya. Ketakutan mulai menguasaiku. Aku sungguh tidak ingin mendengar kata-kata itu darinya.
"Kamu serius?"
"Iya."
"Tapi kamu laki-laki."
"Lalu kenapa?"
Aku menggaruk-garuk kepalaku. "Mohon maaf, aku masih normal."
========================================================
Hari ke-2: wikipedia.com artikel pilihan hari ini (Rumah Panggung Betawi)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro