Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌹9| s u s p i c i o u s

Beberapa menit sebelum kedatangan Dahyun.

Yoongi tercekik. Ia berusaha menahan kedua lengan Jungkook yang mencekik lehernya di belakang namun tenaga Jungkook sangatlah kuat. Lelaki berkulit pucat itu benar-benar sudah tidak bisa melawan hingga akhirnya Jungkook melepaskan cekikannya seraya menendang tubuh Yoongi supaya menjauh dari tubuhnya.

Yoongi terbatuk. Rasanya seperti lehernya akan terputus jika saja Jungkook tidak melepaskan cekikannya. Ia berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin sementara Jungkook berbaring tak jauh darinya. Yoongi menatap Jungkook geram, “Ya, kau pikir bisa lolos?” ujarnya dengan suara serak. Tenggorokannya masih terasa sakit setiap ia mengucapkan kata.

Jungkook menarik dan membuang napasnya gusar, “Kau berani menusukku dari belakang?”

“Bunuh saja aku!” pekik Yoongi. “Bunuhlah! Bunuh saja aku!” gertaknya lebih kepada mengancam. Jungkook menoleh sinis ke arahnya.

“Aku seorang wartawan,” ujar Yoongi lagi. “Kematianku akan menjadi masalah yang lebih besra daripada kematian mandor desa.”

Jungkook bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk dengan tangan kanannya yang masih memegang palu. “Aku tidak bisa membunuhmu,” terangnya. Jungkook memejamkan matanya, “Polisi mencari keberadaanmu.”

Yoongi mengernyit. Ia lantas mendudukan dirinya walau agak kesulitan. “Polisi mencariku?” tanyanya. “Kenapa?”

“Aku tidak tahu.” Jungkook menunduk, lalu menoleh ke arah Yoongi. “Geuronika neo … cepatlah pergi ke kantor polisi.”

Jungkook menunjuk kepala Yoongi menggunakan palu, “Rapikan rambutmu dan bersihkan darah di pergelangan tanganmu.”

Yoongi mendengus tak percaya lalu terkekeh mendengar hal itu dari Jungkook yang telah menyekapnya selama berhari-hari di sini. “Ya … maksudmu sekarang, situasi kita terbalik?” tanyanya pada Jungkook. “Begitu, kan?”

Jungkook kembali menoleh ke arahnya.

“Kenapa aku harus menurutimu?” terang Yoongi lagi. “Sepertinya kau lupa bahwa kau adalah orang yang mencoba membunuhku. Kau psikopat!”

Jungkook masih menatap Yoongi tanpa ekspresi, membuat lelaki bermarga Kim itu menghela napas lelah. “Pertama, aku ingin kau memberiku … permintaan maaf yang tulus dan sepenuh hati,” ujar Yoongi lagi membuat Jungkook bangkit berdiri seraya menatap ke arahnya yang masih terduduk di lantai.

“Kita tidak punya waktu,” ucap Jungkook.

Yoongi berdecih samar lalu berdiri menghadap Jungkook. “Jika aku pergi ke kantor polisi. Akan ada banyak hal untuk diungkapkan tentangmu,” ujarnya dengan percaya diri.

Jungkook menarik senyum miring samar—nyaris tak terlihat, “Camcorder itu … “ Jungkook berdecih lalu tersenyum. “Sangat menarik,” sambungnya penuh arti seraya kembali menatap Yoongi dengan manik tajamnya.

Yoongi mengernyit samar, sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Jungkook barusan. “Mwo?”

| Flashback |

Beberapa saat lalu saat Jungkook masih berada di dalam flat Yoongi, lelaki itu memejamkan matanya seraya menghela napas lelah. Ia kembali menegakan tubuhnya saat kembali memikirkan tujuan dirinya datang ke tempat ini, “Aku yakin itu ada di sini,” monolognya.

“Bukan ada di laptopnya.” Jungkook menyapu pandangannya ke arah benda-benda yang ada dihadapannya saat ini. Ia berjalan ke dekat televisi lantas berjongkok seraya mengambil salah satu kabel berwarna hijau yang menjuntai di dekat televisi. Jungkook membuka laci yang paling bawah, lalu yang bagian atas, kemudian laci di sisi kiri hingga maniknya menemukan sebuah camcorder yang di letakan di dalamnya.

Jungkook mengambil camcorder itu, lantas menyalakan dan menghubungkannya pada televisi. Sebuah rekaman video langsung terputar, menampilkan beberapa kerajinan logam yang dipajang. “Keren sekali!”

Kim Yoongi! Cepat pergi. Kita tidak punya waktu.” Itu suara Jihyo, kakaknya. Beberapa detik kemudian, video itu menampilkan wajah sang kakak perempuannya. “Ayahku akan marah jika dia tahu.”

Oh … kau terlihat cantik di kamera.” Yoongi malah memuji Jihyo.

Kau ingin mati?” kamera bergeser, menampilkan Jungkook yang masih berseragam sma. “Sudah kubilang jangan bicara kasual padanya,” peringatnya lagi.

Hey, calon adik ipar. Kenapa kau dingin sekali?

Berisik! Ayo kita selesaikan!” sanggah Jihyo seraya berbalik meninggalkan ruangan itu.

Tidak ada yang namanya hantu,” ujar Jungkook. Sementara Yoongi terus mengikuti Jihyo dan Jungkook dari belakang.

Aku mendengarnya sendiri. Biar Yoongi saja yang turun ke bawah sendiri,” ujar Jihyo.

Baiklah, kalian tunggu disini,” sahut Yoongi percaya diri dan rekaman itu perlahan bergerak menuju suatu ruangan. “Wartawan Kim Yoongi akan segera kembali.”

Jungkook terus fokus menonton rekaman video itu dengan tenang. Dalam video, Yoongi membuka pintu dan masuk ke dalam suatu ruangan yang sangat gelap. Ada berbagai macam kerajinan logam yang dipajang seperti pajangan dinding berwajah manusia namun bertelinga besar, kemudian berpindah pada salah satu patung mengerikan yang tidak memiliki kepala, “Tempat ini sangat menyeramkan.”

Video terus berlanjut, memperlihatkan sudut-sudut ruangan lain yang dipenuhi perabotan dan tumpukan buku tua. Sebuah pintu berwarna biru muda terlihat, Yoongi membukanya dan masuk ke dalamnya. Dengan pencahayaan dari senter, ruangan ini hanya terlihat dinding saja, namun ketika diarahkan ke sampingnya, sebuah tangga menuju ruang bawah tanah terlihat, membuat manik Jungkook tanpa sadar langsung membola.

Video itu terus berlanjut namun pemandangan itu seolah-olah menyeret Jungkook ke masa lalu, membuatnya hanya bisa membeku ditempat namun alih-alih merasa kaget justru sirat ketakutan lebih mendominasi dalam maniknya.

| flashback end |

“Kau sudah melihat videonya?” tanya Yoongi membuat bayangan dibenak Jungkook barusan menghilang. Jungkook menatap Yoongi dingin, “Aku akan menyimpan rekamannya.”

Yoongi menghela napas, sementara Jungkook kembali menambahkan, “Jika video itu dipublikasikan … “ lelaki itu berjalan santai seraya memunggungi Yoongi. “Kau pikir kau akan tetap menjadi wartawan?”

“Tidak, tunggu.” Jungkook menoleh ke arah Yoongi yang masih diam seribu bahasa. “Apa kau masih bisa tinggal di Korea setelah semua itu terungkap?” pancing Jungkook lagi tanpa rasa bersalah membuat Yoongi tanpa sadar mengepalkan tangannya menahan kesal.

“Jika kau membuat pilihan yang berbeda …,” Jungkook menatap Yoongi tajam. “Mungkin pembunuhan berantai akan berhenti,” terangnya, seolah menyalahkan Yoongi atas segalanya karena menyimpan video itu sejak belasan tahun lamanya.

Yoongi balas menatap Jungkook sementara lelaki itu kembali mengalihkan pembicaraan, “Sepertinya kau cukup sering menonton video itu.” Jungkook melangkahkan kakinya mendekat sementara Yoongi berjalan mundur. “Wae? Kau memikirkan kembali apa yang terjadi hari itu … dan bergairah?” desak Jungkook lagi seraya menarik senyum miring sementara Yoongi menatapnya geram.

Yoonggi langsung mencengkram kemeja Jungkook seraya balas menatapnya tajam, “Kau pikir aku monster sepertimu?” terangnya. Raut wajah Jungkook kembali menjadi datar, “Lalu? Kau akan melakukan apa yang kusuruh? Atau … kau ingin saling menghancurkan kehidupan?” tawar Jungkook penuh penekanan membuat Yoongi perlahan melepaskan cengkramannya.

“Menurutmu aku harus bagaimana?” tanya Yoongi pasrah. Ia memilih untuk melakukan tawaran yang pertama, alih-alih saling menghancurkan kehidupan mereka. Jungkook tersenyum tipis, “Sebelum itu … aku ingin kau memberiku permintaan maaf yang tulus dan sepenuh hati.”

Yoongi menghela napas pendek. Pada akhirnya, ia tetap tidak bisa terbebas dari Jungkook—dengan segala pemikirannya yang sulit dimengerti olehnya.

Dahyun mengoleskan salep menggunakan cotton bud pada luka di wajah Jungkook. Wanita itu meringis kecil, lalu merekatkan plester lukanya dengan perlahan. “Gopcheonghajima, gwenchana,” ujar Jungkook seraya menatap Dahyun hangat.

Dahyun menghela napas, lalu menatap Yoongi sebal karena lelaki itu bersikap seperti orang yang tidak bersalah, padahal wajah suaminya sampai terluka seperti ini, “Wartawan Kim!”

Yoongi menghela napas kesal, “Aku juga memiliki alasan.” Namun Dahyun langsung bergerak cepat memborgol kedua tangan Yoongi.

Ani, suamimu akan menjelaskan semuanya,” ujar Yoongi panik.

“Kau ditahan tanpa surat perintah atas penyerangan berdasarkan pasal 206 ayat 1,” jelas Dahyun tanpa memedulikan protesan Yoongi.

Yoongi beralih pada Jungkook, meminta pembelaan, “Katakanlah sesuatu, Baek Jungkook-sii!

Jungkook memegang bahu Dahyun, “Dahyun-ah.” Dahyun menoleh, dan lelaki itu melanjutkan, “Kami sudah menyelesaikan semuanya. Selain itu, akulah yang memulai. Aku yang salah.”

Dahyun menatap Jungkook tak percaya namun lelaki itu kembali berujar, “Aku melakukan kesalahan lalu dia marah.”

“Berhenti bicara omong kosong!” balas Dahyun. Ia sangat mengenal Jungkook itu, mana mungkin suaminya itu memukul orang sembarangan. “Kau terlalu baik kepada semua orang,” sambungnya lagi membuat Yoongi mengaga tak percaya saat mendengarnya.

Sementara Jungkook terus mengulas senyum hangatnya, “Dia terus meminta barang gratis dengan imbalan menulis artikel. Jadi aku marah.” Jungkook menoleh pada Yoongi sekilas dan kembali menatap Dahyun, “Aku tidak tahu kalau kalian saling mengenal. Aku menyuruhnya pergi dan mendorongnya lalu dia marah. Aku yang salah.”

Dahyun kembali menoleh ke arah Yoongi seraya melemparkan tatapan kesal untuk yang kesekian kalinya membuat Yoongi langsung menyahut, “Kau baru saja menganggapku sebagai wartawan terburuk, ya? Wah … aku punya banyak sekali hal untuk dikatakan …,” Jungkook langsung menatap Yoongi tajam. “Tapi aku tidak bisa bilang apa-apa,” tambahnya cepat. Sial, ia bahkan tidak bisa memberitahu kejadian yang sesungguhnya pada Dahyun.

Jungkook tersenyum tipis, “Aku minta maaf sekali lagi. Jeoseonghamnida, wartawan Kim,” ujarnya seraya membungkuk sekilas pada Yoongi. Lelaki itu benar-benar pandai berdusta.“Aku sudah keterlaluan. Seandainya aku tahu kalau kau mengenal istriku, aku akan memberimu sesuatu,” tambahnya.

Yoongi menatap takjup kearahnya, “Wahh … Jinjja.”

Melihat reaksi Yoongi, Dahyun kembali melayangkan tatapan sinis padanya,“Wartawan Kim, korban sudah meminta maaf terlebih dahulu tapi pelaku tidak akan meminta maaf?” ujarnya kesal. Dari raut wajahnya kentara sekali kalau ia kecewa pada Yoongi.

Yoongi memejamkan matanya seraya menghela napas. Dengan berat hati, ia berujar, “Jeoseonghamnida.”

Dahyun langsung beralih pada Jungkook. Raut wajahnya langsung berubah khawatir, “Chagiya, rasanya sangat sakit, ya?” tanyanya lembut seraya menangkup wajah Jungkook. “Coba buka mulutmu, aaa—“

Yoongi berdecak, lelah melihat adegan romantis di hadapannya. “Omong-omong, kenapa kau datang menemuiku?” tanyanya, membuat Dahyun yang masih memegang wajah Jungkook langsung mendelik ke arahnya. Dahyun menghela napas, kemudian melepaskan tangkupannya di wajah Jungkook. “Kau mengenal Nam Jeonghan, kan?”

“Masakan Tiongkok Nam Jeonghan?”

Dahyun mengangguk, “Dia dibunuh pagi tadi.”

Yoongi terdiam. Kaget. Ia berpikir sejenak lalu melirik ke arah Jungkook yang juga terlihat tengah memikirkan sesuatu hingga tak menyadari tatapannya.

“Wartawan Kim. Ini Nam Jeonghan.”

Pesan suara yang dikirimkan Jeonghan pada Yoongi diputar. Saat ini Yoongi sudah berada di kantor polisi dan ponselnya di letakan di atas meja dengan volume maksimal supaya pesan suara itu dapat terdengar oleh semua orang yang ada di ruangan itu.

Ada sesuatu yang tidak kukatakan sebelumnya. Sesuatu yang akan membuatmu penasaran.”

Dahyun memfokuskan pendengarannya. Aku belum lama mendengar kalau Do Jeon Soo membantu ayahnya dalam pembunuhan.” Yoongi mendongak, melihat ke arah monitor yang memperlihatkan pelaku pembunuhan di restoran itu yang mengenakan jas dan topi berwarna hitam. “Mengejutkan bukan?”

Yoongi mengernyit, penampilan itu sama persis dengan penampilan Jungkook saat mendatanginya dini hari tadi. Bagaimanapun, karena itulah aku merasa gelisah.” Sangat persis hingga berbagai spekulasi mulai memenuhi pikiran Yoongi saat ini.

Hubungi aku kapan saja jika kau perlu menindak lanjutinya.” Tak lama, terdengar suara pintu yang dibuka. Diikuti suara derap langkah kaki yang semakin terdengar jelas. Wartawan Kim.” Suara Jeonghan terdengar sangat ketakutan. “I-itu Do Jeon Soo.”

Do-Do Jeon Soo datang kesini!” Dahyun melirik ke arah Yoongi yang terlihat tegang sekaligus kebingungan. “Apa kubilang? Aku bilang dia datang untuk balas dendam!”

Tak lama, pesan suara itu berakhir. Yoongi menghela napas sementara Jinyoung langsung menyahut, “Korban tahu pembunuhnya?”

Yoongi menggigit kukunya seraya membuang pandangan.

“Dia bilang, Do Jeon Soo,” tambah Younghoon.

Dahyun menatap ke arah Yoongi, “Siapa Do Jeon Soo?” tanyanya. “Kau sepertinya mengenalinya.”

Yoongi mengalihkan pandangan dari Dahyun seraya terus menggigiti kukunya dengan gelisah. Otaknya tengah berpikir keras mencari alasan.

“Apa ini? Ini akan lebih mudah dari yang kita duga,” ujar Jinyoung percaya diri. “Yang harus kita lakukan hanya menangkap Do Jeon Soo. Apalagi wartawan Kim mengenalnya.”

“Wartawan Kim?” tanya Dahyun lagi, membuat Yoongi yang masih menggigiti kukunya langsung menoleh pada Dahyun yang duduk di hadapannya, “Ya?”

“Siapa Do Jeon Soo?” tanyanya.

Yoongi membasahi bibirnya sekilas, “Ahh ya, dia … “ Lelaki itu berpikir sejenak seraya menenangkan dirinya. “Hoksi, kalian pernah mendengar soal Do Jeon Seok?” tanyanya.

“Pembunuh berantai kota Yeonju, Do Jeon Seok?” tanya Seok Jin memastikan.

Nde,” balas Yoongi. “Do Jeon Soo adalah putra pembunuh berantai Do Jeon Seok itu.”

Keempat detektif itu terlihat kaget sekaligus bingung.

“Aku menulis tentang mereka berdua dalam sebuah artikel,” tambahnya. “Dulu, aku tinggal di kota yang sama dengan mereka.”

“Bukankah Do Jeon Soo membunuh mandor desa, tiga bulan setelah ayahnya meninggal dan melarikan diri?” tanya Younghoon.

“Di dalam tas Do Jeon Soo, mereka menemukan senjata pembunuh yang digunakan untuk membunuh mandor desa. Aku yakin, dia masih dicari karena kejahatan itu,” jelas Yoongi.

“Sudah 14 tahun berlalu dan mereka belum menangkapnya?” pekik Jinyoung tak percaya. “Apa ini kasus jangka panjang yang belum terpecahkan?”

“Lalu apa hubungannya dengan Nam Jeonghan?” tanya Seok Jin.

Yoongi menoleh ke arahnya, “Dia membaca artikelku dan kemudian menghubungiku. Katanya dia memiliki informasi.” Ia melanjutkan, “Katanya, saat musim gugur dia berkerja bersamanya di sebuah restoran tiongkok.”

“Hanya itu saja yang kutahu.” Yoongi langsung membatasi pernyataannya. Dahyun mengernyit tak percaya. “Sungguh,” timpalnya lagi.

“Apa maksudnya Do Jeon Soo membunuh orang dengan ayahnya?” tanya Dahyun.

Ahhh … itu adalah rumor jahat.” Dahyun masih meragukan perkataan Yoongi barusan. “Itu adalah rumor mengerikan yang beredar di kota sesudah Do Jeon Seok bunuh diri.”

“Kenapa rumor seperti itu beredar?” tanya Dahyun lagi.

Yoongi menghela napas, “Itu … Do Jeon Soo—agak aneh. Saat itu, kami tidak tahu istilah tepatnya seperti apa, jadi kami menganggapnya kalau dia kerasukan.”

“Istilah apa?”

“Gangguan kepribadian antisosial.”

Wae?” tanya Jinyoung. “Memangnya apa yang dia lakukan?”

“Jika ada yang membuatnya kesal meski itu sedikit, dia pasti balas dendam,” jelas Yoongi. “Saat itu, aku berpikir kalau ia akan membaik begitu ia bertambah tua tapi dia tetap—ahh ya, begitulah.”

“Saat itu?” Dahyun mengernyit. “Kau terdengar seperti kau mengenalnya saat ini,” ujarnya penuh kecurigaan.

Yoongi menggeleng cepat, agak panik, “Tidak, mana mungkin. Maksudku, aku tidak tahu kalau aku akan bertemu dengannya lagi karena kasus pembunuhan seperti ini,” jelasnya agak gugup—Dahyun benar-benar sulit untuk dibohongi. Yoongi menambahkan, “Itu artinya, aku tidak tahu kalau aku akan mendengar soal Do Jeon Soo lagi.”

Mendengar perkataan Yoongi, entah kenapa Dahyun semakin merasa curiga. Rasanya seperti ada yang lelaki itu tutupi. Sementara Yoongi mengusap lehernya gelisah. Dalam hati, ia benar-benar merasa takjub pada Jungkook yang bisa mendapat kepercayaan Dahyun sepenuhnya karena saat ini ia tahu, kalau wanita ini sangat sulit untuk dibohongi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro