Episode 14
*Film Dokumenter The Sadness*
......***......
Setelah kembali ke kamar aku meletakan kotak besi itu di bawah kasur dan menyimpan fotoku ke dalam laci. Aku mengambil leptop untuk memutar kaset film dokumenter itu. Astaga kenapa leptopku mati, tidak mau menyala sama sekali. Apa karena terjatuh kemarin malam saat bercinta dengan Orlan. Aku mendengus kesal karena saat membutuhaknya malah rusak seperti ini. Lalu dengan apa aku harus memutar film ini. Aku akan meminjam leptop Ned untuk menonton film ini besok.
Saat aku ingin menyimpan kaset film itu ke dalam tas, aku mendengar ketukan di jendelaku. Seperti ada yang melempari batu dari bawah. Siapa yang melakukan hal itu. Menghampiri dan membuka jendela, aku terkejut karena ada yang melempar batu ke dadaku. Aku mengambil batu itu. Batu ini sama persis seperti batu yang dilempar ke loteng kamarku. Siapa yang melakukan ini.
Aku medekat ke jedela, berusaha ingin mencari seseorang yang melakukannya. Aku sungguh terkejut karena ada sebuah jari-jari yang mulai merangkak naik ke atas balkonku. Tangan yang panjang hitam dan terlihat membusuk itu sangat menakutkan. Aku langsung berjalan ke dalam dan menutup jendelaku. Aku sudah membayangkan sesuat yang seram akan muncul dari bawah balkonku. Aku takut melihat tubuh hantu yang menyeramkan yang akan muncul dari bawah itu. Astaga apakah aku melihat hantu lagi. Hantu apa lagi yang aku lihat kali ini. Dengan jantungku yang bergetar aku berjalan mundur perlahan-lahan. Aku terkejut karena mendengar suara bola berguling ke arahku. Sebuah bola hitam menabrak kakiku sampai aku benar-benar ketakutan karena melihat bola itu perlahan memutar dan menampakkan sebuah kepala dengan wajah mengerikan. Sontak aku berlari naik ke kasurku menghindari kepala hantu itu. Aku melihatnya lagi namun secepat kilat sudah menghilang entah kemana.
Nafasku masih memburu namun aku berusaha untuk bersikap tenang. Aku meraba-raba kasurku yang terasa basah. Benar saja kasurku basah. Ada tetesan air yang jatuh dari atas kasurku. Aku melihat sumber air yang jatuh di atasku, aku langsung terlonjat kaget sampai aku bergeses dari kasur dan terjatuh. Aku melihat hantu mengerikan tergantung di atas kasurku. Aku berdiri dan bersandar di pintu kamarku. Aku melihat lagi ke sekeliling kamarku, memastikan ada hantu yang datang lagi untuk mengganggu. Seketika kamarku terasa kosong kembali. Aku langsung berusaha mengambil kalung jimat yang diberikan Elliedi dalam laci meja kamarku. Aku terperanjak kaget karena pintu kamarku tiba-tiba terbuka. Ada mama yang terlihat kaget juga karena melihat aku terkaget ketika melihat mama.
"Kau Kenapa sayang?!" Tanya mama heran dengan sikapku yang terlihat ketakutan. Aku masih merasakan nafasku yang memburu karena ketakutan. Ingin rasanya pindah dari kamarku.
"Tidak ada apa-apa ma, aku hanya kaget karena mama tiba-tiba masuk ke kamarku!" Jawab yang berusaha bersikap tenang kembali.
"Mama bawakan susu hangat untukmu agar kau bisa nyaman tidur malam ini. Bukannya kau sering bermimpi buruk, segelas susu akan merilekskan tubuh dan pikiranmu!" Seru mama memberikan segelas susu di atas nampan itu padaku.
"Kenapa repot-repot ma, aku bukan anak kecik lagi!" Tolakku karena tidak biasanya aku minim susu sebelum tidur.
"Mama tahu, bibi Stella habis panen susu sapi dan memberi lumayan banyak. Makanya mama buatkan untukmu juga, mama takut susunya cepat basi. Minumlah keburu dingin!" Ucap mama meyakinkanku. Aku heran sejak kapan bibi Stella punya ternak.
"Taruh di meja saja ma nanti biar aku minum." Kataku menyuruh mama meletakan susu itu di atas meja.
"Minumlah sekarang, biar mama cuci sekalian gelasnya! Ayolah papa sudah menunggu di bawah hehehe." Paksa mama, yahh pasti papa dan mama tidak sabaran untuk melakukannya. Kenapa tidak melakukanya saja tidak perlu memberikanku susu terlebih dahulu.
"Baiklah!" Aku mengambil segelas susu yang dibawa mama dan meminumnya. Sekali teguk aku merasakan sesuat yang aneh. Aku memuntahkanya setelah menyentuh lidahku. Aku seperti meminum darah.
"Kau kenapa Elian!" Mama nampak terkejut karena melihat aku memutahkan susu itu ke lantai. Mama yang panik mengambil keset di depan kamarku dan membersihkan bekas muntahanku dengan keset itu.
"Kenapa rasanya seperti aku meminum darah!" Kataku memberikan susu itu kepada mama agar membuangnya. Sepertinya susunya basi jadi terasa aneh di mulutku.
"Kau bilang apa Elian. Lihat! Ini susu warnanya putih, kenapa kau bisa mengatakannya darah. Mana mana cium baunya juga bau susu. Ayo cepat habiskan jangan mengatakan hal aneh lagi." Perintah mama memberikan susu itu padaku lagi.
"Mungkin basi ma!" Tolakku enggan meminumnya.
"Basi dari mana, mama baru aja minum juga. Cepat minum Elian, mama mau mencuci gelasnya sekalian. Jangan bicara sesuatu yang aneh lagi, mama jadi khawatir denganmu!" Mama melihatku dengan tatapan sedih. Memang akhir-akhir ini aku selalu berkata aneh seperti sering bermimpi buruk, mendapatkan barang-barang dari Lilian Gleeson yang mama bilang terkutuk, serta sering melamun di balkon. Aku yakin mama khawatir tentang itu semua.
Aku langsung meminumnya karena mama memaksaku. Jujur saja yang aku rasakan adalah darah. Aku seperti meminum darah bukan susu. Walaupun warna dan baunya seperti susu putih yang kental namun rasanya sangat aneh seperti darah. Entah apa yang tubuhku rasakan sekarang. Setelah menghabiskan susu itu dan mama pergi aku menutup pintu kamarku.
Aku memakai kalung jimat Ellie semoga saja tidak ada hantu yang menakutiku lagi. Aku berbaring di kasurku. Nampaknya jimatnya bekerja, hantu itu tidak menampakkan wujudnya kembali. Kenapa sekarang banyak hantu yang mengikutiku. Apa karena ruangan rahasia itu. Sepertinya banyak hantu di bawah sana sudah keluar karena aku membuka pintunya. Apa semua ini adalah salahku. Apakah hantu-hantu itu jahat, bagaimana jika mereka semua menyakiti keluargaku. Kenapa masalah ini semakin runyam. Kenapa semakin banyak hantu yang datang ke rumahku. Kasurku tidak basah lagi. Mungkin karena hantu itu telah pergi. Apa rumahku bekas seorang penyihir sehingga ruang bawah tanah dijadikan tempat untuk mengurung para hantu itu dan sekarang malah aku yang membebaskannya.
Aku menutup mataku untuk beristirahat. Lampu kamar sengaja aku biarkan menyala karena takut jika hantu-hantu itu menggangguku lagi. Namun perlahan perutku terasa sakit dan melilit. Rasanya benar-benar sakit sekali. Aku merasakan seperti ada yang bergerak di dalam perutku dan membuatnya terasa sakit. Astaga apa yang terjadi padaku. Ini rasanya sakit sekali. Aku menahan sakit sambil pergi ke kamar mandi, berusaha mengeluarkan semua yang membuat perurku sakit. Namun rasa sakit ini seakan bertambah membuat perutku benar-benar terasa sakit. Aku mencengkram kuat apa pun yang bisa aku raih, sambil berusaha mengeluarkannya.
Aku menarik nafas dengan gusar dan melihat perutku yang nampak bergerak bergejola di dalam sana. Aku panik dan ketajutan. Dengan sekali hentakan aku mengeluarkanya. Akhirnya bisa keluar juga, perutku terasa ringan sekarang. Alangkah terkejutnya ada darah keluar dari bagian bawahku. Aku berdiri dan melihat wc-nya penuh dengan darah menyiprat ke mana-mana bahkan darah dari selangkangan turun meleleh sampai ke bawah kakiku. Darah itu mengalir dengan derasnya. Apa yang terjadi denganku sekarang. Aku membesihkan darah itu sampai tidak tersisa. Aku keluar kamar mandi setelah aku yakini darahnya berhenti mengalir. Astaga apa yang terjadi dengan tubuhku. Kenapa aku jadi seperti ini.
.....***....
Di sekolah saat jam istirahat aku mengajak Ned ikut menemaniku menonton film dokumenter itu. Ned mengeluarkan leptopnya seperti apa yang aku katakan ditelfon. Aku meminta Ned membawakan leptopnya untuk menonton sebuah film yang aku temukan di ruang bawah tanah itu.
"Film apa yang ingin kau tonton!" Tanya Ned sambil membuka cemilannya. Sedangkan aku masih sibuk menyalakan leptopnya.
"Jika tidak suka tidak perlu ditonton?!" Kataku memperingatinya.
"Kenapa wallpepermu menakutkan seperti ini?!" Tanyaku terkejut karena melihat wallpaper leptop Ned bergambar lambang iblis.
"Ellie yang melakukannya. Aku jarang memakai leptopku. Aku lebih sering mencontek tugasmu. Kau tahu sendiri Ellie suka sekali tentang hal-hal mistis seperti itu." Jelas Ned padaku. Aku lupa jika Ellie penggemar dunia mistis. Tetapi tidak seharusnya memasang wallpaper menakutkan seperti ini.
"Sampai sebegitunya memasang wallpaper seperti ini." Tukasku heran.
"Biasalah anak itu!" Seru Ned tidak perduli.
"Syukurlah kasetnya tidak rusak. Kau mau menonton atau tidak Ned, kalau tidak suka tidak perlu perdulikan filmnya." Kataku langsung menggeser leptop ke depan dan fokus melihat tayangan di layar leptop.
Aku dan Ned duduk berdua mengamati detik-detik Film menayangkan sebuah video. Di mana videonya mengezoom sebuah foto persis yang aku temukan di gudang dan ruang bawah tanah sehingga aku bisa melihat wajah cantik wanita itu. Kemudian shin beralih di mana mereka berkumpul lalu berpose seperti foto itu dan 'ckrek' berganti Shin kembali. Video dimulai di mana dia membawa kamera dan berkeliling menyuruh yang lain mengenalkan diri masing-masing yang berjumlah 7 anggota dua dari mereka adalah papa dan mama.
"Ayo kenalkan dirimu bos!" Seru seseorang yang membawa kamera itu kepada papa.
"Apa yang sedang kau lakukan?!" Tanya papa heran dengan kelakuan orang itu.
"Aku sedang membuat Film dokumenter kita. Kita telah berhasil membuat Film yang sangat keren." Tukasnya yang membuat papa tertawa senang.
"Baiklah. Hallo semua apa kabar, namaku Allan Hemswarth dan aku berharap filmku selanjutnya akan sukses lagi." Jawab papa tersenyum tampan. Aura ketampanan papa sudah terlihat sejak masih muda. Kenapa aku bisa bangga seperti ini.
"Oke terimakasih Allan, selanjutnya hai nona cantik!" Sapanya lagi kepada wanita di samping papa. Aku tahu wanita cantik itu adalah Lilian Gleeson, hantu yang berada di rumahku.
"Hai Bob!" Sapanya balik. Astaga suaranya lembut dan indah sekali.
"Kenalkan dirimu sekarang cantik!" Perintahnya yang diJawab kekehan kecil oleh Lilian.
"Hallo perkenalan namaku Lilian Gleeson aku suka sekali membuat Film hahaha." Jawab Lilian Gleeson dengan tersenyum manis. Aku sempat bertanya-tanya Kenapa ada orang yang mau membunuh wanita secantik dan sebaik dia.
"Yayaya, itu bagus sekali Lilian semoga sukses. Aku selalu mendukungmu!"
"Terima kasih."
"Selanjutnya hai nona yang sibuk. Ayo perkenalkan dirimu!"
"Kau banyak maunya. Hai namaku Sarah Sheika Sheikh. Aku tidak suka kau menggangguku Bob kau terlalu berisik." Seru mama tidak mau diganggu. Sepertinya mama tidak suka dengan orang itu yang bernama Bob. Mama juga terlihat cantik waktu masih muda.
"Hahahaha Ok cantik dan selanjutnya hai cowok yang kekar dan tangguh. Ayo perkenalkan dirimu agar banyak cewek yang jatuh hati padamu hahahaha." Sekarang dia berpindah ke lelaki kekar di samping mama.
"Tentu saja namaku Mac Marlon yang kekar dan perkasa aku suka nge-gym. Ingat namaku jika kalian tertarik padaku, aku sangat setia." Tukasnya menunjukan otot-otot di lengannya yang kekar. Nampaknya orang yang bernama Mac Marlon dia sangat percaya diri.
"Kau terlalu banyak membual. Selanjutnya hai nona berkacamata kau sedang apa!"
"Aku sedang membuat efek dalam gambar videonya. Dan lihat akulah yang bertugas mengeditnya itu sangat melelahkan."
"Semoga berhasil, ayo perkenalkan dirimu agar kau bisa terkenal!"
"Hei kita masih mahasiswa dan kita dari berbagai program studi yang berbeda. Itu tidak menjamin akan sukses tapi aku sangat senang mendapat satu tim bersama kalian. Ngomong-ngomong namaku Harley Saath aku tim editor senang bertemu kalian."
"Aku juga senang satu tim denganmu Harley. Kau pekerja keras, sukses selalu. Selanjutnya Perkenalkan dirimu Nona kribo, hahaha."
"Menjauhlah dariku jika kau hanya menghinaku."
"Kenapa kau jahat sekali aku hanya memintamu mengenalkan dirimu hahaha."
"Tapi kau memanggilku krebo, aku tidak suka itu. Rambutku kriting bukan krebo."
"Tapi kau cantik dengan rambut itu. Ayo perkenalkan dirimu."
"Hemm, namaku Pamela Anderson dan aku suka sekali memakai sesuatu berwarna pink. Itu cantik sekali dan aku...."
"Oke oke sudah selesai sekarang selanjutnya..."
"Cihh kau jahat sekali."
"Kau terlalu cerewet di grub kita Hahaha akan lama jika menunggumu bicara."
"Dan yang terakhir adalah aku, namaku adalah Boby Hanson dan aku yang paling tampan di sini."
"Kau terlalu banyak membual Bob." Cibir mereka bersama.
"Hahahaha yang paling aku suka adalah Lilian. Dia wanita yang membuatku jatuh cinta, aku mencintaimu Lilian!"
"Selajutnya akan aku beritahu bagaimana rumitnya kita dalam membaut film singkat kami yang berjudul 'The Sedness' Selamat menyaksikan!"
Kemudian video berganti shin yang memutarkan sebuah video di mana mereka sangat ceria dan bekerja keras dalam membuat sebuah karya Film untuk tugas yang mereka dapat dan selanjutnya akan menuju Film yang telah mereka buat. Aku langsung mematikannya. Tidak ada gunanya menonton film yang terpenting adalah identitas mereka.
"Kenapa kau menghentikan filmnya, filmnya belum selesai!" Seru Ned kaget karena aku mematikan filmnya dan mematikan leptopnya.
"Hantu wanita itu bernama Lilian. Aku tahu sekarang dia adalah salah satu pembuat Film The sedness dan aku akan mencaritahu identitasnya melalui film itu." Jelasku pada Ned.
"Maksudmu wanita yang kedua dan cantik itu, aku akui dia sangat cantik dan agak mirip...." Tukas Ned terpotong.
"Padahal aku juga menikmati filmnya!" Seru seorang wanita di belakang kami. Ternyata dia Arash teman sekelas kami. Padahal aku tadi yakin kelas kosong karena sedang istirahat. Ternyata dia masih ada di sini.
"Arash kenapa kau ada di sini juga?" Tanyaku heran.
"Dasar bodoh! Aku duduk di belakangmu!" Cibirnya dengan wajah setengah mengantuk.
"Kalau itu aku tahu!" Kataku tidak perduli.
"Aku rasa tadi kelasnya sepi hanya ada kita berdua lalu dari mana datangnya makluk alien ini!" Cibir Ned balik.
"Hahaha, dasar gendut berani menghinaku. Aku tadi tidur di kursi terbangun karena mendengar kalian memutar film. Ngomong-ngomong aku tahu film itu. Mamaku salah satu pembuatnya!" Serunya yang membuatku langsung semangat ingin tahu.
"Siapa?!" Tanyaku antusias.
"Wanita yang terakhir! Nama ibuku Pamela Anderson. Bukanya namanku Arash Anderson berarti aku dari keluarga Anderson." Jelasnya.
"Lalu untuk apa kau memberi tahu kami. Ibumu tidak ada hubungannya dengan orang yang Elian cari, benarkan Elian?!" Tukas Ned dengan sinis. Memang benar jika Pamela Anderson tidak ada hubungannya dengan Lilian Gleeson. Tetapi setidaknya ada hubungan jauh diantara mereka berdua seperti mereka pernah saling mengenal dan berkerja sama. Yang mungkin saja ibunya Arash tahu tentang Lilian setidaknya sedikit saja yang bisa menjadi petunjuk.
"Iya, tapi aku bisa menanyakan seseorang yang aku cari pada ibunya Arash." Kataku tidak sepenuhnya berpihak pada Ned.
"Bengitulah orang pintar berfikir, bukan seperti kamu cuma cemilan yang ada di otakmu!" Cibir Arash pada Ned. Ned hanya membuang muka tidak suka.
"Terserah kalian saja. Aku tidak perduli!" Seru Ned enggan mendengarkan obrolan kami berdua.
"Untuk apa kau mencari wanita yang bernama Lilian Gleeson, apa dia ibumu atau bibimu mungkin?" Tanya Arash ingin tahu tentang Lilian Gleeson.
"Bukan itu, dia bekas penghuni di rumahku. Hanya saja dia meninggal dengan tidak wajar. Aku hanya ingin mrmbantunya." Jelasku tentang siapa itu Lilian Gleeson. Yang aku tahu dia hantu di rumahku.
"Waow mengerikan sekali, apa kau indigo?!" Tanyanya lagi. Aku tidak benar-benar memiliki kemampuan itu. Karena sejak awal aku tidak bisa melihat makhluk halus sejenis hantu. Tapi akhir-akhir ini aku bisa melihat hantu lain dirumahku. Itu sangat melelahkan membuat senam jantung setiap hari.
"Tidak! Aku tidak memiliki kemampuan seperti itu, hanya terkadang dia menakutiku." Kataku dengan santai. Berusaha mengelak semua tuduhan aku seorang anak yang indigo. Aku tidak ingin memiliki kemampuan mengerikam seperti itu.
"Pasti mama akan sedih mendengar berita ini!" Gumannya yang masih bisa aku dengar dengan jelas.
"Kenapa?!" Tanyaku penasaran.
"Karena mama pernah bilang jika wanita itu adalah sahabat baiknya. Mama bahkan masih memajang foto mereka bersama di rumah. Kau bisa menemui ibuku akhir pekan ini. Setidaknya dia sudah mendengar kabar dari sahabat lamanya yang dia tunggu-tunggu." Serunya menjelaskan bahwab ibunya dan Lilian adalah sahabat. Itu adalah langkah yang baik dalam mencari informasi tentang siapa wanita Lilian itu sampai dia harus mati dengan mengerikan. Mungkin ada dendam sebelum dia mati.
"Baiklah aku akan ke rumahmu, bisakah aku mendapatkan alamat rumahmu." Kataku meminta alamat rumah Arash.
"Tenang saja, nanti akan aku share lokasi ke nomermu." Jawabnya dengan santai.
"Terimakasih!"
"Sama-sama tenang saja. Oh ya bukanya Erisha Forest itu adalah pacarmu?!" Serunya tiba-tiba membahas tentang pacarku Erisha.
"Iya!" Jawabku singkat.
"Bukanya aku membuat hatimu memanas, tapi aku melihatnya kemarin dia kelar dari bar bersama laki-laki lain dengan mesra. Jangan berburuk sangka dulu, kau bisa tanyakan baik-baik dengan pacarmu takutnya aku memberikan berita bohong padamu." Ungkapnya dengan sedikit takut jika dia menyinggung perasaanku karena dia mengatakan hal buruk tentang Erisha.
"Sudah biasalah, dari dulu Erisha memang jalang!" Seru Ned menghina pacarku Erisha. Dia tidak henti-hentinya menghina Erisha.
"Ned jangan bilang seperti itu!" Seruku memperingatinya.
"Iya iya!" Tukasnya sedikit kesal karena aku lebih memihak Erisha dari pada Ned.
"Kenapa kau bisa melihatnya!" Tanyaku penasaran kenapa Arash bisa mengatakanya. Jangan-jangan dia sama seperti Ned ingin mengatakan hal buruk tentang Erisha padaku.
"Ya aku juga baru dari sana bersama pacarku!" Jawabnya dengan santai. Walaupun aku tidak bisa percaya seratus persen padanya tetapi aku khawatir dengan keadaan Erisha. Aku enggan mendengar sesuatu buruk tentang Erisha karena aku mencintainya.
.......***......
Setelah pulang sekolah aku mencoba pergi ke rumah nyonya Lhara Diandra sesuai alamat yang diberikan oleh Serena. Sampai sekarang Serena juga belum menghubungiku. Apa yang dia takutkan sampai begitu menghindariku.
Dalam perjalanan pergi ke rumah nyonya Lhara tanpa sengaja aku menabrak seekor rusa karena dia tiba-tiba menyebrang di depan mobilku. Aku langsung menghentikan mobilku. Aku melihat jauh ke belakang ada rusa yang tidak bergerak karena aku tabrak. Apakah rusa itu mati, sunggu kasihan sekali. Aku menghamiri dan melihat rusa itu, apa yang harus aku lakukan dengan rusa ini. Aku akan mendorongnya sampai agak jauh dari jalan agar bangkainya tidak menimbulkan bau busuk di sekitar jalan. Bahkan aku menariknya dengan sekuat tenaga karena rusa itu cukup besar dan berat. Astaga ternyata berat juga. Setelah aku rasa agak jauh dari jalan aku meninggalkanya di sana, tidak lupa mendoakannya agar dia tenang di alam sana. Sambil meminta maaf karena sudah menabraknya sampai terbunuh.
Aku kembali lagi ke mobilku. Aku melanjutkan perjalananku menuju ke rumah nyonya Lhara. Beberapa menit aku mencari dengan gps, akhirnya aku bisa menemukan rumahnya yang bercat merah jambu dan ungu pastel. Cukup bagus dan cantik untuk ukuran rumah seorang dukun. Aku masuk ke perkarangan rumahnya dan memencet bel pintu. Tidak berapa lama seorang wanita cantik keluar dan menyapaku.
"Hai siapa ini yang berkunjung ke rumahku!" Sapanya dengan logat yang terdengar berbeda. Sepertinya dia bukan berasal dari negaraku.
"Hallo bibi namaku Elian Hemswarth, ingin bertemu dengan nyonya Lhara. Apakah nyonya Lhara ada di rumah?!" Tanyaku dengan sopan.
"Hai juga, aku Lhara. Hahhaha ada keperluan apa kau datang menemuiku?!" Jawabnya yang membuatku terkejut. Aku pikir nyonya Lhara dia sudah tua dan berpakaian gotik. Tapi yang aku lihat dia berpakaian dengan sangat modis dan cantik. Apa yang salah dengan otakku, apakkah aku terlalu banyak menonton film.
"Berarti anda nyonya Lhara, seorang dukun?!" Tanyaku memastikan. Atau jangan-jangan aku salah rumah.
"Siapa bilang aku seorang dukun, masuklah! Kita bicarakan di dalam!" Serunya mempersilahkan aku untuk masuk ke rumahnya. Astaga mungkin aku salah orang karena dia bukan seorang dukun seperti apa yang dikatakan Serena.
"Terimakasih bi, tetapi maaf mungkin aku salah orang. Aku mencari dukun bernama nyonya Lhara bukan bibi, hahaha!" Kataku menolak untuk masuk ke rumahnya. Aku benar-benar salah rumah ternyata.
"Aku bukan seorang dukun dan di kota ini hanya aku yang bernama Lhara. Kalau bukan aku yang kau cari lalu siapa?!" Serunya yang membuatku terkejut. Jika di kota ini hanya ada satu nama Lhara namun dia bukan seorang dukun lalu siapa yang salah sekarang. Apa Serena salah menyebut nama atau salah alamat, atau aku yang tertipu oleh map.
"Tapi Aku mendapat nama nyonya Lhara dan alamat ini dari temanku, namanya Serena." Jelasku menunjukan kertas bertuliskan alamat yang diberikan Serena.
"Serena Werless kan! Ayo cepat masuklah! Jangan sungkan!" Bibi Lhara memaksaku masuk ke dalam rumahnya. Aku mengikuti apa yang dia katakan, karena aku tidak enak hati menolaknya. Dia mengetahui nama Serena mungkin saja memang dia yang dikatakan oleh Serena, hanya saja mungkin dia bukan seorang dukun. Aku duduk di kursi sama seperti dia. Kami duduk saling berhadapan. Astaga cara duduknya seperti laki-laki bahkan tatapannya sungguh tajam. Aku curiga Benarkah dia seorang wanita.
"Ada apa kau mencariku. Astaga kalau anakku ada di sini dia pasti akan suka denganmu Elian hahaha." Serunya tersenyum lebar memujiku.
"Bibi bisa saja! Aku ke sini hanya ingin meminta bantuan bibi soal temanku yang kerasukan iblis jahat." Jelasku meminta bantuanya.
"Setan mana yang berani mengganggu manusia ganteng seperti kamu itu biar aku tendang dia sekarang!" Tukasnya dengan gagah berani. Yang diganggu setan itu sahabatku bukan aku.
"Kau bicara apa?" Seru seorang nenek-nenek yang baru datang dari dalam dan duduk di samping bibi Lhara.
"Hai nenek! Bukanya anak ini manis sekali, Mara pasti menyukai anak tampan seperti ini hahaha." Tukas bibi Lhara dengan antusias, aku hanya bisa tersenyum tipis menanggapinya.
"Mara masih umur 3 tahun, kau sudah menjodohkanya pada anak yang sudah cukup besar ini." Timpal nenek tua itu dengan ramah.
"Aku tahu nek. Elian Kenapa kau mencariku? Perasaan aku tidak pernah bertemu denganmu. Apa, Serena yang menyuruhmu datang ke rumah nenekku. Apa anak itu bicara hal aneh tentang aku." Serunya dengan khawatir.
"Hahaha. Dia hanya bilang anda bisa membantuku melawan hantu jahat." Jelasku seperti apa yang aku dengar dari Serena.
"Kemaren aku membantunya yang sedang dikejar-kejar hantu anak kecil hahaha. Dia lucu sekali persis seperti temanku!" Tukasnya terkekeh geli membayangkan Serena yang sedang diganggu hantu anak kecil.
"Itu maksud saya datang ke sini, meminta bantuan anda untuk membantu teman saya yang sedang kerasukan roh jahat. Anda pasti orang yang sangat hebat!" Kataku meminta bantuanya lagi.
"Boleh juga. Tetapi aku bukan dukun, nenekku yang sebenarnya seorang dukun. Aku hanya mewarisi kekuatanya saja hahaha." Jelasnya mengatakan jika dia bukan seorang dukun melainkan neneknya yang seorang dukun. Berarti Serena salah menyebut bibi Lhara seorang dukun. Jadi nenek di sampingku adalah seorang dukun, mungkin saja aku bisa meminta bantuanya.
"Biar aku saja yang membantu anak ini." Ucap nenek itu dengan lembah lembut.
"Besok aku akan kembali lagi ke indonesia. Nenek baik-baik di rumah sendirian ya, sejak kakek meninggal nenek tidak mau ditemani. Aku jadi sangat khawatir, nenek sudah sangat tua." Seru bibi Lhara khawatir pada neneknya. Aku jadi ragu meminta bantuan padanya karena aku juga takut terjadi apa-apa pada orang lain karena salahku.
"Aku baik-baik saja!" Ucap nenek itu dengan tenang sambil mengusap kepala bibi Lhara dengan sayang. Nenek itu ternyata baik dan penuh kasih sayang. Aku jadi merasa iri ingin memiliki seorang nenek dan kakek yang menyayangiku ketika berkunjung ke rumah mereka. Tapi sayangnya aku tidak memiliki mereka sama sekali.
"Aku akan membuatkan teh untuk kalian berdua." Tukas bibi Lhara berdiri dan masuk ke dalam rumah.
"Tidak perlu repot-repot bibi Lhara, aku tidak akan lama di sini!" Tolakku merasa merepotkan bibi Lhara.
"Kau ini, aku baru saja mempunyai dua anak umur 3 tahun kau panggil aku bibi. Panggil aku kakak, oke!" Serunya mengintip dari balik tembok.
"Iya kak. Anda mempunyai dua anak pasti lucu sekali!" Seruku tersenyum kikuk, mungkin saja sifat mereka berdua bisa sama menakutkannya seperti kak Lhara.
"Ya, mereka berdua kembar. Namanya Mara dan Rama mereka lucu sekali seperti aku, hahaha." Tukasnya tertawa geli masuk ke dalam rumah lagi.
"Berikan tanganmu nak!" Pinta nenek itu padaku. Aku langsung memberikan tangan kananku padanya. Dia memegangnya dengan lembut walaupun yang aku rasakan hanya tangan kasar dan kriputnya. Dia seolah sedang meramalkan kehidupanku.
"Astaga! Aku hampir tidak percaya ini." Seru nenek itu khawatir. Dia melepaskan tanganku dan melihatku dengan tatapan penuh kekhawatiran.
"Ada apa nek! Sebenarnya aku ingin meminta bantuan nenek untuk membantu temanku bukan aku." Jelasku sambil mengambil tanganku yang dipegang nenek itu.
"Semua masalah ini berasal darimu nak!" Tukasnya yang membuatku terkejut. Kenapa bisa aku.
"Aku?!" Kataku terkejut.
"Iya, pantas saja dari tadi aku mencium bau wangi ternyata dari dirimu." Serunya yang membuatku bingung lagi. Sebenarnya apa yang ingin dia sampaikan padaku. Aku tidak mengerti sama sekali.
"Aku tidak mengerti apa yang nyonya katakan!" Tanyaku heran.
"Aku akan mengatakan semuanya. Kau adalah salah satu wadah untuk menampung anak iblis." Serunya yang membuatku tidak percaya. Aku hampir tertawa mendengar lelucon ini. Aku laki-laki, seorang laki-laki tidak bisa melahirkan anak.
"Apa?! Kenapa bisa? Apa tubuhku akan diambil alih oleh Iblis seperti temanku." Tanyaku memastikan, aku hampir tidak percaya dengan apa yang nenek itu katakan.
"Tidak! Secara perlahan kamu sudah dibuat hampir sempurna untuk menampung anak Iblis. Tinggal langkah terakhir kau akan sepenuhnya mengandung anak Iblis." Jelasnya lagi.
"Kenapa bisa semengerikan itu, minumlah agar kalian tidak tegang!" Sela kak Lhara menawarkan secangkir teh hangat padaku.
"Terimakasih kak!" Ucapku berterimakasih.
"Mungin kau memanga sudah diciptakan untuk menampung anak iblis." Nenek itu mengelus lenganku.
"Kenapa bisa?!" Tanyaku lagi. Aku sungguh tidak ingin percaya ini. Terlalu banyak tipuan. Seharusnya aku tidak datang ke sini jika mereka hanya mengatakan lelucon yang menggelikan.
"Salah memakan benih bisa mejadikanmu berbeda. Bunga Must Flurehill akan merubahmu mejadi iblis seperti mereka. Sedangkan Carvona Lorea akan memperkuat rahimmu." Apa nenek itu mengatakan tentang bunga. Aku pernah membaca bunga-bunga itu. Bunga-bunga itu tidak ada hubunganya denganku.
"Maaf nek, anda mengatakan sesuat yang tidak masuk akal. Aku tidak bisa mempercayainya. Seperti aku harus segera pergi dari sini." Kataku tidak ingin mendengar perkataan aneh lagi dari nenek itu. Dia terlalu banyak berhalusinasi bahwa laki-laki bisa melahirkan seorang anak, apa lagi anak seorang iblis. Itu semua sangat mengerikan.
"Sudah sebuah kutukan bahwa iblis tidak akan mendapatkan anak dari bangsa manusia. Makanya mereka menebar benih-benih mereka dari sebuah perjanjian dengan manusia, berharap mendapatkan anak perempuan yang akan bisa menampung bayi-bayi mereka. Namun tuhan tidak mengijinkannya, memberikan anak laki-laki bagi manusia yang menanam benih iblis itu. Dimana anak laki-laki akan menjadi anak manusia biasa yang tidak akan bisa disetubuhi Iblis itu dan melahirkan anak-anak mereka. Aku tahu Iblis itu tidak memiliki gender sehingga bisa menghasilkan anak-anak dengan berbagai cara. Namun batasan bagi manusia adalah yang memiliki dua gender. Maka dari itu merekan sangat menginginkan bunganya seorang wanita yang bisa menghasilkan anak mereka. Mereka sangat menginginkan anak dari manusia untuk mengangkat derajat mereka di depan tuhan karena manusia memiliki kasih sayang yang lebih dari tuhan. Aku berharap kau bisa berhati-hati." Jelasnya panjang lebar padaku. Aku tidak perduli akan hal itu. Yang aku perdulikan saat ini hanyalah Orlan. Aku ingin Orlan sembuh, kembali lagi seperti Orlan sahabatku yang dulu.
"Aku, walaupun belum mempercayai 100% apa yang nenek katakan. Aku akan berhati-hati. Aku datang ke sini bukan untukku tetapi untuk sahabatku Orlan yang dirasuki Iblis jahat sehingga dia membunuh temanku. Aku tidak perduli walaupun aku seorang bunga iblis sekalipun yang terpenting adalah sahabatku." Kataku menjelaskan tujuan awal aku datang ke sini hanyalah demi Orlan.
"Aku harus memastikannya dahulu. Kau bisa bawa dia kemari atau antar aku ke rumahnya. Sehingga aku bisa tahu masalah yang terjadi. Aku akan mencoba membantu sahabatmu!" Tukas nenek itu menyuruhku membawa Orlan ke hadapannya.
"Untuk itu, aku saja tidak berani bertemu dengannya karena aku takut dia membunuhku." Aku bingung harus membawa Orlan ke sini dengan apa karena aku masih takut padanya.
"Nenek tidak perlu melakukan sejauh Itu. Ingat, nenek sudah terlalu tua untuk melawan para setan yang kuat itu." Cegah bibi Lhara karena khawatir.
"Maka dari itu aku tidak ingin kau mengikuti jejakku. Aku ingin kau hidup bahagia menjadi orang biasa." Seru nenek itu tersenyum ramah sambil mencubit hidung Kak Lhara gemas. Mereka berdua sangat dekat.
"Tentu saja nenek, aku akan menjauhi dunia mistis. Tapi aku takut terjadi apa-apa dengan nenek." Bibi Lhara masih saja khawatir tentang keadaan neneknya.
"Aku ingin membantu orang lain untuk sisa-sisa hidupku." Serunya sambil menengadah ke atas mengingat sesuatu.
"Adakah caranya untuk aku mengusir roh jahat itu dari tubuh sahabatku Orlan. Apakah jimat ini berfungsi." Kataku menunjukan jimat yang diberikan Ellie padanya. Nenek itu dengan perlahan mengambil jimat itu dan menelitinya.
"Jimat ini bisa melindungimu dari berbagai roh jahat tetapi tidak bisa melindungimu dari raja Iblis. Untuk sementara waktu kau bisa menggunakkannya sebagai pelindung diri. Jika terjadi sesuatu kau bisa datang kemari lagi." Jelasnya memberikan kalung jimat itu padaku. Aku langsung memakainya kembali.
"Terimakasih atas bantuanya nek." Ucapku berterimakasih sebelum pergi. Langit sudah nampak gelap, aku harus segera pulang.
"Panggil aku nenek Samara. Namaku Samara Ergyn." Serunya dengan senyum manis.
"Terimakasih nenek Samara! Berapa aku harus membayar untuk bantuannya nek?!" Kataku sambil mengeluarkan dompetku untuk membayar informasi dan bantuan yang diberikan nenek Samara.
"Apa yang kau katakan, aku tulus membantu kalian yang sedang kesusahan. Aku tidak mengharap imbalan darimu. Simpan saja untuk uang jajan." Tukasnya menepuk-nepuk tanganku dan meyakinkanku jika aku tidak perlu membayar atas kebaikannya. Nenek samara sangat baik sekali walaupun kata-kata yang dia ucapkan sangat aneh. Aku tahu sebenarnya dia orang yang sangat baik.
"Terimakasih nek! Aku permisi dulu nek. Terimakasih banyak atas bantuanyan nek! Kak Lhara terimakasih!" Pamitku sebelum pulang.
"Iya sama-sama tidak perlu sungkan untuk datang kemari menemani nenekku!"
Setelah berpamitan dengan kak Lhara dan nenek Samara aku bergegas pulang ke rumah sebelum langit mulai gelap. Aku mengemudikan mobilku dengan cepat karena takut telat sampai rumah dan membuat mama khawatir.
Aku terkejut tiba-tiba ban mobilku oleng. Sepertinya ban belakang bocor. Aku memperlambat laju mobilku dan menepikannya di pinggiran jalan. Aku keluar untuk memastikan keadaan ban mobilku. Ternyata ban belakang sisi kanan memang bocor. Astaga di jalan sepi seperti ini kenapa bocor di sini. Aku mencoba melihat ke dalam bagasi mobil, ternyata ada ban serep, syukurlah.
Aku mengeluarkan ban serep serta alat untuk memasang ban. Aku terkejut ada yang menepuk bahuku. Aku berbalik dan melihat orang itu. Aku hampir mati karna terkejut. Ada wajah menakutkan yang aku lihat. Orlan yang berada di depan mataku tersenyum mengerikan.
"Orlan!" Seruku menghindarinya.
"Kenapa Elian, apa kau begitu takut padaku!" Serunya perlahan mendekatiku.
Dia mulai mendekatkan badan dan wajahnya padaku, sontak aku pergi menghindarinya. Dia tetap mendekatiku lagi dan lagi. Sampai dia memegang tangan kananku dan menariknya mendekatkan aku padanya. Aku sekarang sudah dikunci oleh tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan!" Kataku gemetaran karena takut.
"Apa yang kau takutkan dariku?!" Bisiknya di telingaku.
"Kau iblis jahat. Siapa yang tidak takut padamu." Seruku mendorong dadanya menjauh dariku. Kenapa dia terus saja mengikutiku kemana aku pergi. Apa yang dia inginkan dariku.
"Begitukah!" Tukasnya menarik tanganku lagi bahkan tatapan kami sekarang saling bertemu. Wajah tampan yang aku rindukan ada di depan mataku. Namun apa dayaku jika dia bukan Orlan sahabat baikku.
"Ya lepaskan aku sekarang!" Marahku berusaha melepaskan tanganku darinya. Namun dia tetap tidak mau melepaskanya.
"Tidak akan! Dulu aku mengingatkan yang lain darimu tapi sekarang aku menginginkanmu seutuhnya." Serunya menenggelamkan wajahnya di leherku. Yang membuatku terkejut adalah dia menggigit leherku.
"Lepaskan aku! Astaga kau menggigit leherku." Sekuat tenaga aku mendorongnya menjauh dariku. Aku langsung mengeluarkan jimat Itu dan menempelkanya ke wajah Orlan. Namun tidak terjadi apa-apa. Aku kaget kenapa jimat itu tidak bereaksi sama sekali. Bukannya iblis akan bereaksi dengan jimat itu seperti yang nenek Samara katakan.
"Jimat yang bagus!" Dia mengambil jimat itu dari tanganku lalu melemparkanya entah kemana.
"Apa yang kau inginkan dariku, menjauhlah dariku!" Bentakku lagi.
"Kau tidak mengerti juga!" Aku langsung berbalik pergi namun langkahku terhenti karena ada banyak orang yang sudah berada di hadapanku. Mereka semua memakai penutup kepala. Siapa mereka, apa mereka ingin merampokku.
"Wahh wahh aku pikir dia sendirian ternyata membawa teman." Serunya perlahan mendekat. Aku pun juga perlahan mundur.
"Bagaimana bos, kita habisi sekalian bos." Seru seseorang disampingnya yang memanggil bos. Berarti yang bicara itu adalah bosnya.
"Boleh juga! Setelah mati buang mayatnya di dalam hutan." Tukas bosnya dengan kejam. Apa yang mereka akan lakukan pada kami berdua.
"Tunggu bos, orang itu sangat kuat, kemaren dia mematahkan tulang rusuk Marlin."
"Benarkah! coba aku lihat seberapa kuat anak ini. Serang mereka berdua!"
Aku bersiap melawan para penjahat itu namun dengan gesit Orlan menarikku masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Dia dengan gagah menjaga pintu mobil. Melawan penjahat itu dengan hebat sendirian. Sampai beberapa dari mereka langsung kabur masuk ke hutan sedangkan yang terluka harus berjalan tertatih-tatih menjauh dari Orlan. Sang ketua juga pergi dengan mobilnya. Setelah mereka terlihat pergi menjauh aku berusaha keluar dari mobil namun Orlan menahannya.
"Jangan keluar!" Perintahnya sambil menunduk. Kemudian dia menghilang entah kemana.
Dia tidak mengijinkan aku keluar. Kemudian aku merasakan mobil terasa bergoyang beberapa kali. Aku pergi melangkah ke kursi paling belakang dan melihat Orlan sedang memperbaiki ban mobilku yang kempes. Sejenak aku heran kenapa Orlan melakukan itu semua untukku. Kenapa hatiku terasa sakit sekali saat menuduhnya menjadi iblis jahat. Seakan aku memang sejak awal salah menuduhnya. Jika dia iblis jahat dia tidak akan melindungiku bahkan memperbaiki mobilku. Benarkan Orlan yang sekarang ini adalah iblis atau memang dia Orlan yang selama ini aku kenal.
"Orlan ada apa denganmu sekarang! Kenapa kau membuatku bingung!" Gumanku menatap orlan dengan sedih dibalik kaca mobil.
"Karena aku menyukaimu!" Tukasnya berada dibalik kaca jendela mobil tersenyum padaku. Aku tercengang dengan wajahnya yang sangat aku rindukan itu. Aku seperti menyadari jika diriku sendir yang telah bodoh menuduhnya.
"Jangan katakan itu!" Seruku tidak ingin mendengar apapun darinya.
"Memang kenapa?" Tanyanya sambil menempelkan keningnya di kaca pintu mobil. Matanya terpejam. Aku pun melakukan hal yang sama seperti dirinya, mendekatkan keningku ke kaca pintu mobil.
"Itu memalukan!" Jawabku dengan wajah memerah.
"Apa kau tidak takut lagi padaku!" Serunya ternyum sinis padaku lalu pergi ke bagasi mobil. Sepertinya dia membereskan alat-alat untuk memperbaiki ban mobilku ke dalam bagasi.
"Tidak juga!" Gumanku tersenyum tipis.
"Keluarlah!" Perintahnya mengulurkan tangannya di depan kaca mobil.
"Kenapa!" Tanyaku penasaran. Atau bisa dibilang bingung, karena aku masih syok dengan perasaanku yang masih kacau.
Dia membuka pintu mobil dan menyeretku keluar. Dia mengajakku berjalan menyusuri hutan sampai ke sebuah sungai kecil di pedalam hutan. Airnya jernih sekali. Banyak bebatuan sungai yang licin menghiasi sungai.
"Ayo mandi di sini!" Serunya tersenyum lebar padaku. Ada apa denganku, kenapa hatiku rasanya aneh sekali seperti ada ribuan batu besar menghimpitnya.
"Sebentar lagi akan menjelang malam tidak baik jika kita mandi di luar dengan air dingin." Tolakku. Sekarang aku seperti tidak merasakan rasa takut lagi pada Orlan tetapi rasa malu yang luar biasa memenuhi tubuhku.
"Aku akan menghangatkan airnya untukmu!" Tukasnya lagi tidak masuk akal.
"Mana mungkin bisa, akhh!" Dia menarikku masuk ke dalam sungai yang dingin. Astaga airnya benar-benar dingin, aku sampai menggigil kedinginan.
"Apa yang kau lakukan!" Seruku tidak suka dengan kelakuannya. Aku memeluk diriku sendiri berharap akan menjadi lebih hangat. Aku tahu yang aku lakukan adalah sia-sia karena ini adalah respon dari tubuhku yang kedinginan.
"Lihatlah aku! Apa kau masih takut padaku?!" Dia mendekatkan wajahnya ke hadapanku. Aku semakin dibuat bingung dengan kelakuan anehnya. Kenapa perasaanku terasa berbeda. Wajahku memanas, pasti rona wajahku terlihat memerah.
"Apa aku terlihat seperti iblis yang kejam di matamu!" Serunya memeluk tubuhku dan menengelamkan wajahnya di leherku. Pelukanya terasa hangat. Kenapa rasanya begitu sakit mengatakan dia adalah iblis kejam. Apa aku salah berpikiran seperti itu. Orlan kenapa kau bersikap aneh dan membuatku bingung. Aku hampir menangis merasakan hatiku yang sakit akan kehilanganmu Orlan.
"Kau membunuh temanku!" Gumanku gemetaran. Aku tidak kuasa mengatakan itu semua padamu Orlan.
"Tapi aku menyukaimu!" Bisiknya di telingaku yang membuatku merinding kegelian. Wajahku memerah karena perlakuanya yang aneh itu.
"Jangan konyol, lepaskan aku!" Aku bergeliat berusaha melepas pelukannya.
"Apa kau benar-benar seorang iblis atau Orlan sahabat baikku?!" Gumanku lagi berusaha untuk menghilangkan kebingunganku.
"Coba tebaklah siapa aku?!" Bisiknya lagi. Aku tidak bisa membedakan kalian berdua. Iblis dan Orlan. Perlakuan kalian sama padaku.
Aku berbalik karena tidak bisa menjawabnya. Mengalihkan pandanganku pada bunga berwarna putih yang indah bersinar di sampingku. Aku terpesona dengan warnanya yang indah.
"Apa kau menyukainya, di sini banyak tumbuh bunga itu. Ambilah satu!" Aku masih asyik melihat bunga putih yang bercahaya itu. Sangat disayangkan jika aku memetiknya dan membuatnya layu.
"Tidak! Biarkan bunga ini tumbuh indah di sini." Ucapku masih mengagumi bunga-bunga itu.
"Ayo kita pulang!" Tukasnya sambil memelukku dari belakang dia ingin mengajakku pulang.
"Tapi kau!" Kataku terhenti karena aku masih ragu antara percaya atau tidak percaya dia Orlan yang asli atau palsu.
"Seburuk Apa pun aku. Aku tetap menyukaimu!" Serunya mengecup pipiku singkat, lalu memeluku kembali. Entah perasaan apa yang sekarang bergejola dihatiku. Yang aku tahu Orlan yang asli dan palsu terlihat sama, mereka berdua sangat menyayangiku. Aku tidak ingin kehilangan kalian berdua.
.......***.......
.
.
.
.
To be continue
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro