Episode 12
*IBLIS ITU MENODAIKU*
.......***......
Aku sudah berlari dengan ngos-ngosan menuju ke perpustakaan. Aku lupa jika aku punya janji dengan Rhein bertemu di depan perpustakaan. Ini sudah jam 3 lebih. Rhein bilang harus secepatnya pulang karena dia tidak boleh pulang telat oleh ayahnya. Bagaimana ini, apa dia akan pulang duluan. Aku sudah sangat merepotkannya. Jika aku tidak bisa bertemu dengannya sekarang, mungkin besok aku akan mengambilnya di rumahnya.
"Rhein!" Panggilku dengan ngos-ngosan. Ternyata dia masih di sana menungguku. Ternyata Rhein menungguku bersama temannya.
"Kak Elian lama sekali." Tukasnya terlihat kesal karena lama menungguku.
"Maafkan Aku Rhein, aku lupa jika ada janji denganmu. Terimakasih sudah mengingatkanku." Aku meminta maaf karena telat datang, jika dia tidak memberiku pesan untuk mengingatkan jianjian kita aku pasti tidak akan datang karena lupa.
"Tidak apa-apa kak, ini bukunya." Tukasnya memberikan buku itu padaku sambil tersenyum manis. Sudah aku duga Rhein dia memang anak yang baik, dia tidak akan mudah marah karena hal kecil seperti ini. Aku sangat berterimakasih karena dia mau membantuku.
"Terimakasih! Terimakasih banyak kau telah membantuku. Aku pasti sangat merepotkanmu." Seruku berterimaksih karena dia telah membantuku mendapatkan buku yang aku cari.
"Tidak juga kak. Aku sunggu senang bisa membantu kak Elian." Tukasnya tersenyum ramah.
"Dari mana kau mendapatkan buku itu Rhein." Tanya temannya Rhein yang tinggi dan berambut pirang itu. Dia nampak terkejut Rhein mendapatkan buku ini. Sebenarnya buku apa ini sampai banyak yang terlihat ketakutan ketika melihatnya.
"Dari pak tua, memang Kenapa?" Timpal Rhein dengan polos. Dia seakan tidak perduli bagaimana dia bisa mendapatkan buku ini. Walau aku tahu jika Rhein mencurinya dari pak tua. Setidaknya aku akan mengembalikan buku ini segera karena aku hanya meminjamnya sebentar.
"Tidak apa-apa, lupakan saja. Baunya harum." Jawab temanya Rhein tidak ingin membahas buku ini lagi. Dia juga menajamkan penciumannya. Mengatakan mencium bau harum. Aku bingung kenapa dia berkata seperti itu.
"Hei aku belum mandi dan ketiakku bau!" Ucap Rhein mengendus mencari asal bau harum yang dimaksud temannya.
"Bukan kau, tapi dia!" Timpal temannya Rhein menunjuk ke arahku. Dia mengatakan aku bau wangi. Aku juga melakukan hal sama dengan Rhein menciumi diriku sendiri apakah bauku masih harum. Tapi tetap saja bau khas keringat sepanjang pagi masih menempel di badanku. Kenapa temannya Rhein berkata aneh seperti itu.
"Hei! Kak Elian selalu rapi dan wangi." Puji Rhein yang menbuatku malu. Aku jarang sekali dipuji.
"Tidak juga kok!" Timpalku mengelak jika aku bukan orang yang rapi dan wangi.
"Lupakan saja dia kak! Dia memang suka menggoda. Kak Elian ini temanku yang aku ceritakan kemarin, namanya Steffan. Benarkan kataku, matanya jelalatan dan suka menggoda." Seru Rhein mengenalkan temannya yang tinggi itu ke padaku. Sampai aku tahu jika orang yang namanya Steffan yang dulu Rhein ceritakan adalah dia. Steffan yang pintar namun mesum yang menjadi guru les privat Rhein.
"Hahaha tidak juga. Dia anak yang terlihat ramah." Jawabku sekenanya. Karena memang dia terlihat ramah tidak ada ekpresi cabul dan mencurigakan. Walaupun kata-katanya aneh untuk sekedar menggoda.
"Aku rasa matamu kelilipan batu sampai melihat wajah mesum ini orang yang ramah." Tukas Rhein tidak suka aku memuji Steffan. Rhein lucu sekali aku sampai terkekeh geli. Mungkin saja dia memang mesum karena aku tidak mengenalnya sama sekali jadi aku hanya bisa berkata apa yang aku lihat saja. Yang aku lihat dia anak yang pintar dan ramah.
"Hahaha aku melihatnya seperti itu. Sekali lagi terimakasih Elian sudah membantuku, aku akan mengembalikannya segera." Ucapku lagi memberikan ucapan terimakasih kepada Rhein karena sudah mau membantuku tanpa imbalan.
"Tidak apa-apa nanti kau bisa menghubungiku jika ingin mengembalikan bukunya." Seru Rhein tersenyum manis.
"Tuan anda harus segera pulang, tuan sudah menunggu." Panggil seseorang yang aku pikir jemputan Rhein. Namun rhein nampak acuh dan tidak memperdulikannya. Rhein ternyata dari keluarga yang berada.
"Kak Elian besok di dekat kotaku ada festival kebun. Kak Elian mau ikut tidak? Seru lho! Kak Elian suka sekali menanam bunga kan. Pasti kak Elian akan suka keliling festival membeli banyak tanaman di sana." Ajak Rhein padaku. Aku tidak terlalu suka mengoleksi bunga, kalau bukan Orlan mungkin kamarku tidak akan dipenuhi bunga. Ternyata Rhein juga salah menganggapku menyukai bunga karena buku ini.
"Sepertinya bagus, aku akan berusaha ke sana jika bisa." Kataku tidak mau membuat Rhein kecewa karena penolakkanku. Mungkin saja aku bisa ke sana di waktu senggang bersama Erisha.
"T-tuan!" Panggil pria setengah baya itu sedikit memaksa. Dia seakan takut telat dan dimarahi oleh majikannya.
"Iya, bawel amat!" Seru Rhein tidak suka. Rhein sepetinya tidak suka dikekang seperti aku. Kehidupan kita berbeda, kedua orang tuaku membiarkanku melakukan apa yang aku mau sedangkan Rhein terlihat harus di batasi kegiatannya. Setidaknya aku bersyukur karena aku memiliki keluarga yang baik dan sayang denganku.
"Aku pergi dulu ya kak." Pamit Rhein sebelum pulang.
"Iya sampai bertemu kembali." Sapaku balik. Terlihat Rhein, Steffan dan sopirnya berjalan menjauh sampai mereka hilang di belokan gedung.
Akhirnya aku mendapatkan buku yang selama ini aku cari. Aku mengamati dari depan sampai belakang terlihat sama dengan buku yang aku temukan dulu. Aku langsung memasukannya ke dalam tas dan bergegas pulang untuk membacanya di rumah.
.......***.......
Malam ini begitu nyaman. Mungkin aku akan tidur nyenyak karena tidak ada gangguan apapun. Hantu Lilian itu juga tidak nampak sama sekali. Aku kirim pesan selamat malam untuk pacarku Erisha. Dia juga membalasnya.
Aku mengganti hpku dengan buku yang baru aku dapatkan dari Rhein. membaca buku itu satu persatu bunga yang menurutku aku memilikinya. Aku hanya melewati gambar-gambar bunga yang menurutku tidak penting. Namun aku yang mulai mengantuk kaget dengan suara jendelaku yang bergetar seperti ada yang memaksa untuk masuk.
Aku meletakkan buku itu di dalam laci dan menghampiri jendela. Aku takut dengan apa yang ada dibalik jendela. Apa mungkin hantu Lilian itu lagi. Aku membukanya berlahan-lahan, ternyata Orlan. Bukan, tetapi Orlan yang dirasuki iblis jahat. Seketika jantungku sudah memompa darah begitu cepat membuatku susah bernafas.
"Apa yang kau lakukan di sini?!." Tanyaku terbata-bata karena takut ibkis itu ada di rumahku.
"Apa yang aku lakukan?!/Tentu saja memenuhi janjiku." Serujya sambil tersenyum lebar yang mengerikan.
"Janji apa? Perasaan kita tidak ada janji sama sekali." Kataku berusaha menutup jendela agar dia tidak bisa masuk. Dia menghentikan jendelaku dengan tangannya sebagai tumpuan agar jendela tidak tertutup. Aku berusaha untuk sekuat tenaga mendorongnya agar jendelaku bisa tertutup.
Orlan masih memaksa untuk membukanya, dengan secepat angin dia masuk ke kamarku. Menarik lalu melemparkanku ke kasur dengan kasar. Secepat kilat Orlan sudah ada di atasku dan menindihku. Jarak jendela dengan kasur cukup jauh, tapi dia melemparkan aku dari sana. Secepat kilat dia langsung menindihku. Apa yang akan iblis itu lakukan padaku, apa dia akan membunuhku sekarang.
Aku berusaha bergeser untuh lepas darinya. Tetapi dia terus meraih wajahku untuk tetap menatap matanya yang hitam. Sampai sekarang warna pupilnya tidak berubah juga. Masih hitam persis saat aku menemukannya. Warna matanya hijau yang menenangkan itu kemana perginya. Orlan aku merindukan, seketika dadaku terasa sakit sekali. Air mataku tiba-tiba tumbah bengitu saja. Rasanya aku benar-benar rindu pada Orlan. Aku ingin bertemu Orlan.
Iblis itu mencengkram ke dua tanganku dengan kuat sampai aku tidak bisa memberontak. Pupilnya mulai memanjang persis seperti mata hewan. Kenapa bisa berubah seperti itu. Aku menelan ludahku hati-hati karena takut. Aku tidak bisa bergerak matanya mengintimidasiku.
"Aku sudah tidak sabar. Waktunya melihat dunia kenikmatan." Serunya lalu mengambil kacamataku dan melemparkannya hingga terdengar bunyi pecah. Apa yang dia inginkan dariku. Aku harus kabur dari sini, aku tidak mau menjadi salah satu korbannya.
Dia lalu berniat untuk menciumku tapi aku langsung memalingkan wajahku ke samping agar dia tidak bisa mencium ku. Namun dia malah tersenyum miring seakan aku sudah kalah dan tidak bisa melawan. Oh tuhan tolong aku, selamatkan aku dari Iblis jahat ini.
"Tenanglah kita akan bersenang-senang melebihi yang kau lakukan dengan pacarmu. Kau tidak bisa menolak diriku sama sekali karena kau adalah milikku. Rilekskan tubuhmu, kenikmatan akan menjalar ke seluruh tubuh mu." Serunya sambil tersenyum mengerikan. Kenapa tubuhku terasa berbeda? Apa yang terjadi dengan tubuhku?!
Aku hanyut dalam buaianya. Tubuhku melemas seakan tidak bertenaga, pandanganku kabur entah ke mana. Nafasku memburu. Aku merasa geli di seluruh tubuhku seperti ada yang kurang. Tubuhku memanas aku seperti butuh sentuhan. Bahkan aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sendiri. Apa yang terjadi denganku.
Orlan lalu menciumku degan pelan-pelan kemudian berubah menjadi ciuman panas dan ganas. Mulutku membalas ciumannya dengan sendirinya. Aku seperti boneka yang tidak bisa bergerak dengan kemauannya sendiri, seperti ada orang lain yang menggerakkan tubuhku sesuka hatinya. Seluruh tubuhku seperti sudah dikendalikan. Ciuman kami pun berhenti dengan nafas kami yang sama-sama ngos-ngosan karena kekurangan asupan udara.
Orlan kini menyerang leherku, kanan dan kiri bergantian sampai ke telingaku. Semua dia lakukan berkali kali sampai aku kegelian mengerang keenakan. Sekarang tangannya sudah masuk ke dalam bajuku membuat sentuhan di sana. Tanganku memegang rambutnya dan pundaknya merasakan kenikmatan. Orlan menelanjangi tubuhnya sendiri lalu kini menelanjangiku sampai aku tidak mengenakkan sehelai benang pun.
Wajahku memerah karena malu. Orlan melakukan semua tanpa banyak bicara yang dia lakukan hanya menatap nafsu padaku. Apakah aku akan berhubungan sex dengan Orlan padahal kita sama-sama laki-laki bahkan dia bukan Orlan lagi melainkan Iblis jahat. Aku belum pernah melakukanya dengan laki-laki. Apa yang harus aku lakukan sekarang?!
Hal seperti ini tidak pantas untuk di lakukan. Tapi kenapa tubuhku hanya kaku tidak bisa bergerak. Nafasku ngos-ngosan karena bernafsu melihat wajah Orlan dan tubuhnya yang atletis. Ada apa dengan diriku, aku tidak mungkin melakukannya dengan laki-laki, semua itu sangat memalukan. Orlan menciumi leherku dengan ganas lagi sampai ke ke puting susuku. Digigit disedot dan dijilat sesuka hatinya. Aku hanya mengerang keenakan.
......***......
Aku seperti mendengar sebuah benda jatuh. Karena penasaran aku pun membuka mata dengan sangat berat. Terang begitu terang. Kurasa hari sudah pagi. Mataku masih merasa kantuk sampai aku tidak ingin bangun sama sekali. Aku coba mengerakan badanku namun rasa sakit yang aku dapatkan. Badanku seakan tidak bertenaga dan tulangku seakan remuk. Kepalaku pusing mengingat kejadian semalam. Kenapa aku bisa melakukan hal menjijikan seperti itu.
Apa yang aku lakukan dengan Orlan itu salah. Kenapa aku tidak bisa menolaknya. Sekarang aku sedang tidur dengan keadaan mengenaskan. Aku telanjang dan hanya tertutupi selimutku. Bagian bawahku sangat sakit untuk digerakkan. Aku mencoba membuka selimut ku dengan perlahan-lahan melihat keadaan bawahku yang benar-benar terasa sakit.
Darah? Aku kaget bukan main, bagian bawahku berlumuran darah bahkan seprai dan selimutku juga dipenuh dengan darah. Apa aku mengalami pendarahan, Aku menyapukan pandanganku ke seluruh sudut kamarku. Orlan tidak ada, dia hilang maksudku dia pergi. Iblis itu pergi. Kenapa dia pergi begitu saja. Kamarku seperti terkena gempa, semua berantakan dan rusak.
Kami melakukan kegiatan mesum itu dengan sangat keras. Tak heran jika aku sampai berdarah-darah seperti ini. Lalu bagaimana aku harus membersihkan semua ini dan bagaimana aku harus menjelaskan semua ini pada Mama. Kepalaku pusing memikirkan hal itu. Aku berusaha bangun dan berjalan ke kamar mandi. Namun apa daya badanku sakit sekali apa lagi di bagian selangkangan, rasanya benar-benar menyiksa.
Bagaimana ini bisa terjadi. Aku sekarang hanya bisa duduk merenungi apa yang aku lakukan semalam. Kenapa Iblis itu bisa melakukan hal semacam itu padaku. Tapi, kenapa di sela-sela kejadian itu aku seperti melihat wajah menakutkan di hadapanku. Apakah wajah menakutkan yang aku lihat adalah wajah iblis jahat itu.
Aku terbangun dari lamunanku. Aku ikat selimut di pinggangku untuk menutupi bagian bawahku. Astaga sakit sekali bahkan kasurku sudah jebol berlubang sangat besar. Lalu aku berjalan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Jalanku tertatih-tatih sambil nemgangkang karena selangkanganku begitu sakit. Aku terkejut dengan apa yang aku lihat. Penuh coretan merah darah di setiap dindingnya. Tulisan yang menakutkan. Sama seperti sebelumnya. Tulisan itu bertuliskan 'Pergi dari sini!'. Apa yang sebenarnya terjadi. Semuanya benar-benar membuatku gila.
"Ellian ayo cepat turun sarapan dulu, Orlan sudah datang menjemputmu." Panggil mama dari balik pintu kamarku. Aku sudah bersiap untuk berangkat sekolah walaupun selangkanganku masih terasa sakit.
"Iya ma!" Jawabku ketika mama membuka pintu kamarku.
"Ada apa dengan kamarmu?! Astaga! semuanya hancur! Ohh tidak." Seru mama panik karena melihat kamarku yang hancur berantakan. Aku bingung harus menjelaskanya pada mama.
"Ahh itu mah tadi malam ada ada...." Jawabku terbata-bata bingung harus beralasan seperti apa. Jika sebenarnya Iblis yang menyamar sebangai Orlanlah yang sudah memperkosaku sampai kamar tidurku hancur berantakan. Sedangkan selangkanganku sangat sakit untuk duduk. Namun aku rasa mama tidak memperdulikanya, dia lebih khawatir padaku.
"Lihat! Banyak bekas merah-merah di lehermu, tanganmu juga, dan diseluruh badanmu juga merah. Apa kau terserang alergi?!" Seru mama karena melihat leherku penuh bekas merah. Mama memeriksa seluruh badanku yang memiliki bekas merah. Mama pikir ini adalah alergi padahal bekas ciuman dari Orlan palsu itu tadi malam. Aku malu mengingatnya.
"Iya mah, tadi malam ada tikus masuk ke kamarku dan aku mengejarnya sampai menghancurkan semuanya. Maaf ma! Tidak perlu dirapikan aku bisa merapikannya sendiri. Tidak perlu juga di ganti, aku masih bisa menggunakannya." Kataku merasa bersalah karena merusak barang-barang di kamarku yang pasti butuh biasa besar untuk memperbaikinya.
"Semua sudah rusak, mama akan mengganti semuanya. Kau terlalu berlebihan jika hanya ada tikus masuk ke kamarmu. Ayo cepat turun sarapan, Orlan sudah menunggumu di bawah untuk sarapan bersama." Jawab mama degan santai, aku bisa lega sekarang karena mama tidak mengetahuinya.
Aku memakai syal untuk menutupi bekas merah di leherku karena ulah Iblis itu. Aku mengikuti mama dari belakang setelah mengambil tasku. Dan lihat saja Orlan dan papa sudah duduk tenang di sana berdua. Aku tidak bisa tenang karena pantat dan pingganggku sakit bahkan iblis yang melakukanya ada di sampingku. Bagaimana ini kenapa tidak ada yang curiga dengan sikap Iblis yanif menyamar sebagai Orlan ini. Aku takut berdekatan dengannya. Aku masih bertanya-tanya kenapa dia lebih suka memperkosaku daripada membunuhku.
"Bagaimana keadaan Margareth apa dia baik-baik saja." Tanya mama pada Orlan. Aku hanya bisa diam membisu, memakan sarapaku dengan takut. Aku harus bisa menjauh dari iblis itu sebelum dia membunuhku dan keluargaku. Aku harus bisa mengeluarkanya segera mungkin dari tubuh Orlan.
"Tentu saja, bibi tidak perlu khawatir." Jawab Orlan dengan santai, dia nampak seperti biasanya tidak ada yang aneh darinya.
"Apa tadi malam kau tidur nyenyak?! Hahaha!" Tanya mama lagi dengan malu-malu.
"Aku sangat nyenyak tidur di kamarku dengan udara dingin dari luar yang membuatku mengantuk." Iblis itu pandai berbohong. Aku yakin tadi malam dia memperkosaku dengan kasar.
"Baguslah berbeda dengan Elian kamarnya seperti kapal pecah hanya karena seekor tikus masuk ke kamarnya. Elian alergi dengan tikus lucu sekali kan." Seru mama seakan mencairkan suasana yang terlihat sangat canggung. Aku yang diam tidak bicara seperti biasanya.
"Hahaha kau lucu sekali, alergi dengan tikus!" Cibir Iblis itu dengan wajah menyebalkan Orlan. Ingin rasanya menampar wajahnya.
"Ini Mama beri obat alergi. Jangan lupa di minum obatnya." Mama memberiku sekotak kecil obat alergi padaku. Aku menerimanya dan memasukkannya ke kantung jaketku.
"Iya ma." Jawabku sebelum berangkat sekolah.
Aku berangkat sekolah dengan Orlan yang dirasuki Iblis jahat itu. Jantungku dari tadi tidak mau berhenti berdebar. Kenapa aku jadi sangat takut sekarang. Orlan ada di sampingku mengemudikan mobilnya dengan pelan seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
"Kenapa kau memakai syal di lehermu, hari ini sangat cerah. Tidak akan turun hujan. Apa kau sakit?!" Tanyanya yang membuyarkan lamunanku. Kenapa seakan dia tidak mengetahui apa yang dia lakukan tadi malam. Kenapa dia menjadi orlan yang berbeda, tersenyum ramah dengan tatapan lembut. Kenapa dia berbeda dengan Orlan yang kemarin malam. Kemarin dia terlihat sangat menakutkan. Kepalaku tiba-tiba pusing memikirkanya.
"Tidak! Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin memakainya." Jawabku acuh.
Aku tidak menyangka jika iblis itu berani menodaiku. Kenapa dia mau melakukanya dengan seorang laki-laki sepertiku. Kenapa dia tidak membunuhku saja. Apa yang sedang dia rencanakan.
.....***.....
Lama sekali menunggu waktu pulang. Akhirnya aku bisa pulang ke rumah tanpa Orlan di sisiku. Aku tidak ingin melihat Iblis itu. Aku pulang ke rumah naik bus biasa bukan bus sekolah sehingga aku bisa sampai di rumah dengan cepat.
Setelah sampa di kamarku, keadaan sudah berbeda. Kamarku sudah kembali rapi dan baru. Semua nampak baru dan berbeda karena semua sudah mama ganti dengan yang baru. Bajuku juga sudah tertata rapi tidak berantakan seperti tadi malam. Aku mulai melepas pakaianku kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Setelah selesai membersihkan diri aku mengambil buku yang aku simpan di dalam tas dan membacanya di balkon. Beruntung aku sudah sigap menyimpan barang pentingku ke dalam tasku. Sebelum aku berangkat sekolah aku mengambil buku dan kotak kecil yang berisi kunci serta dua kalung yang aku simpan di dalam tas untuk aku bawa ke sekolah. Aku tidak mau mama membuangnya. Aku mengamati satu persatu bunga yang langka yang aku miliki dan mencarinya di buku ini.
Bunga berwarna biru ini bernama 'Rohepinex Blath'. Bunga keabadian. Siapa pun yang memakan biji bunga ini akan menjadi abadi. Mereka akan terus menjadi awet muda namun mereka juga bisa mati jika dibunuh. Bunga ini hasil dari darah burung phonix yang kalah di medan perang. Darahnya berubah menjadi bunga ini dan menjadikan siapapun yang memakanya menjadi awet muda. Orang yang sudah memakan biji bunga ini menjadi kaum Slayer. Kaum Slayer adalah hantu yang ditugaskan untuk menjaga gerbang penjara Bordorx.
Bunga warna merah yang aku suka ini namanya 'Carvone Lorea'. Bunga kesuburan. Wanita atau laki-laki yang tidak bisa mempunya anak jika mereka memakan biji dari bunga ini mereka akan bisa dikaruniai anak. Walaupun anak manusia dia memiliki darah dari kegelapan. Berarti mama salah, ini bukan bunga awet muda tetapi bunga untuk kesuburan. Aku sudah terlanjur menelannya.
Lalu bunga berwarna ungu 'Morea Lill'. Bunga pengikat jiwa. Bunga ini akan tumbuh di sekitar anak dari hasil memakan biji Carvona Lorea. Bunga ini akan terus mekar selama anak itu masih hidup. Bunga ini akan layu jika sang ratu telah menjadi bagian dari kegelapan. Tunggu aku pernah melihat bunga ini di kamar mama. Aku pikir hanya sebuah pajangan karena tidak pernah layu sama sekali tanpa disiram pun.
Bunga berwarna hitam 'Must Flurehill'. Bunga sang ratu. Manusia yang memakan biji bunga ini akan menjadi penguasa kegelapan. Dia akan mejadi ratu kegelapan bangsa Iblis. Konon Darah Lilith setelah jatuh ke neraka menetesi bunga ini merubahnya menjadi hitam. Lama-lama aku akan menjadi orang gila jika harus percaya dengan hal-hal tidak masuk akal seperti ini.
Sedangkan bunga yang terakhir yang diberikan oleh Orlan bunga berwarna kuning ini namanya 'Zelten Kukka'. Bunga pemanggil arwah atau roh. Siapa pun orang yang sudah mati memakan bijinya akan hidup kembali. Entah yang masuk roh orang itu atau roh orang lain. Terkadang Iblis juga mengendalikanya berpura-pura menjadi pemilik raga itu.
Masih ada banyak bunga lagi di buku ini. Karena yang aku miliki hanya beberapa sehingga aku menutup buku itu kembali. Tidak terlalu penting membaca yang lainya karena buku ini berbau mistis dan mengerikan.
Klotakk klotakk. Ada bunyi sesuatu di atas kamarku. Seperti ada yang melempar batu di atas sana. Bunyinya terua ada, tidak mau berhenti. Aku melihat ke bawah tidak ada orang atau anak usil yang mengganggu rumahku. Di atas sana juga tidak ada burung yang lewat. Lalu bunyi apa itu. Atau hanya seekor tikus. Tapi kenapa bunyinya seperti itu. Aku keluar dari kamar untuk memastikannya. Ketika di tangga aku bertemu dengan mama.
"Ma!" Sapaku.
"Kamu mau ke mana Elian?!" Tanya mama penasarana aku keluar kamar. Sepertinya mama mau ke kamarku untuk menemuiku.
"Ke atas ma, seperti ada seseorang yang melempar batu di atas kamarku." Jelasku.
"Biarkan saja itu pasti tikus. Biar mama panggilkan petugas pemberantas hama. Kamu kembalilah ke kamarmu." Seru mama untuk membiarkan suara itu.
"Tidak apa-apa ma biar aku lihat dulu." Tawarku ingin melihat ke atas loteng karena penasaran.
"Terserah kamu saja. Tapi berhati-hatilah di atas jangan sampai jatuh." Pesan mama memperingatiku untuk berhati-hati jika sudah sampai di atas.
"Iya ma." Seruku mengerti akan nasehat mama.
Aku menaiki tangga menuju ke atas loteng. Sesampainya di atas terlihat loteng yang kosong dan berdebu. Maklumlah karena penghuni rumah sebesar ini hanya sedikit orang jadi rumah ini nampak kosong. Aku berjalan perlahan-lahan takut menginjak plafon dan jatuh. Aku mengarahkan pandanganku ke arah atap kamarku yang ada beberapa batu di sana.
Setelah aku ambil dan hitung ada tujuh buah batu. Aku melihat batu yang bulat seperti telur dan licin. Seperti batu dari sungai. Aku pernah melihatnya di taman dekat dengan pohon depan kamarku. Kenapa bisa terlempar kemari. Aku mengambil semua batu itu memaskukannya ke kantungku. Lalu aku berjalan turun menuju ke bawah. Sudah ada mama yang menungguku dengan khawatir.
"Kau menemukan apa di atas sayang?!" Tanya mama penasaran.
"Lihat! Ada batu di atas loteng. Pasti ada orang yang melemparnya ke rumah kita." Kataku sambil menunjukan batu itu pada mana. Mama mengambilnya dan menelitinya. Kemudian mengembalikannya kepadaku. Mama sepertinya tidak perduli sama orang yang melempar batu ini ke rumah kita. Aku sebenarnya juga tidak perduli namun mengganggu juga jika sering mendengar bunyinya.
"Anak nakal mana ini yang usil melempari rumah kita. Dasar anak nakal. Mama mau ke restoran dulu ada janji dengan temen mama. Kamu baik-baik di rumah sayang." Pamit mama yang sebenarnya mama dari tadi menungguku untuk berpamitan denganku jika dia akan pergi meninggalkan aku sendirian di rumah.
"Iya ma." Jawabku mengerti.
"Dan ingat! Jangan ke loteng lagi. Biarkan saja orang melempari rumah kita." Pesan mama untuk aku tidak ke atas loteng lagi. Mama mungkin khawatir jika aku jatuh dari loteng.
"Aku mengerti ma." Jawabku paham.
"Sampai jumpa!" Pamit mama tersenyum cantik sebelum pergi. Aku hanya membalas dengan anggukan kepala.
Mama lalu pergi menemui temanya sesuai janji. Sedangkan aku di rumah sendirian bersama pak Martin. Aku kembali lagi ke kamarku menyimpan batu itu di dalam laci serta mengambil buku itu dan menyimpanya ke laci juga. Kenapa batu-batu itu terlihat tidak asing. Apa karena aku pernah melihatnya kemaren di halaman samping. Ini seperti dejavu. Biarkan saja mungkin anak-anak iseng yang melemparnya ke atap rumah.
Karena aku senggang tidak melakukan apa-apa aku menghubungi Erisha. Semoga saja aku bisa videocall bersamanya untuk melepas rindu. Padahal tadi di sekolah sudah bertemu tetapi rasanya aku masih rindu.
'Erisha Bagaimana kabarmu?' Tanyaku mengirim pesan ke Erisha.
'Baik sayang, kau bagaimana?' Balasnya dengam cepat.
'Aku baik-baik saja. Kau sedang apa?! Ayo telfonan!' Ajakku.
' Tidak bisa sayang, aku sedang berada di rumah Elda karena ada pemakaman. Jadi aku tidak bisa mengangkat telfonmu, maaf sayang.' Tolaknya. Aku gagal bermesraan dengan Erisha.
'Iya Tidak apa-apa sayang. Hati-hati pulangnya. Jangan sampai kemalaman.' Pesanku pada Erisha agar dia menjaga diri dengan baik-baik.
'Iya sayang.' Balasnya dengan singkat.
Lagi-lagi aku mendengar batu di lempar ke atap loteng kamarku. Siapa anak yang usil melempar batu ke atapku. Aku malas untuk mengambil batu-batu itu biarkan saja.
......***......
.
.
.
.
To be continue
Silahkan baca karena mimin tidak banyak bicara,
Kalau ada typo dan kata-kata yang tidak dimengerti nikmatin saja.
Jika mau memberi saran silahkan comen sesuka hati, mimin senang kok ada yang kasih masukan
Terimakasih sudah membaca cerita mimin yang abal-abal ini...
Happy Read....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro