Episode 06
*MIMPI BURUK*
.
.
.
.
......***......
Aku sudah mendapatkan Kalung berliontin mengerikan ini. Kini aku sedang tiduran di kamar. Elisha sudah pulang dari tadi. Entah kenapa aku masih terpikirkan tentang maksud Ellie tadi. Aku harus menyelesaikan masalah hantu wanita itu, tapi bagaimana. Setidaknya beri petunjuk yang lebih mudah untuk aku pecahkan. Tapi ada rasa takut yang selalu menghantuiku, bagaimana jika kedua orang tuaku terlibat. Bagaimana jika hantu wanita itu membunuh orang tuaku, aku belum siap kehilangan mereka. Seburuk apapun mereka, mereka tetap kedua orang tuaku karena aku sangat menyayangi mereka.
Dug-dug-dug. Suara kaca kamarku seperti di hantam sesuatu berkali-kali. Siapa yang ada di depan jendelaku larut malam begini. Apakah itu hanya burung yang berusaha masuk ke kamarku. Tapi kenapa rasanya jantungku bergemuruh karena ketakutan. Atau hantu itu yang datang, itu tidak mungkin kan dia menghantuiku berkali-kali. Seharusnya dia berhenti karena aku tidak mau ada urusan dengannya. Aku penasaran siapa yang ada di balik cendelaku karena suaranya tidak berhenti juga.
Akhirnya aku beranikan diri untuk melangkah mendekati jendela dan membuka korden. Detak jantungku sudah dag-dig-dug memburu nafasku mencekik leherku. Bagaimana aku harus menghadapi ini. Semoga saja aku tidak kaget dengan apa yang aku lihat nanti. aku menghitung dalam hati satu dua tiga, aku membuka jendela dengan cepat dan menampilkan Orlan yang tersenyum aneh di luar sana.
"Apa yang kau lakukan? Kau menakutiku!" Seruku lega karena bukan hantu itu yang muncul di depan mataku melainkan Orlan.
"Hehehe, aku cuma mau melihat kentangku saja, ini bunga untukmu!" Jawabnya sambil menyodorkan bunga dalam pot kecil. Aku langsung membuka jendela agar Orlan bisa masuk. Bunganya bagus sekali, cantik dan bersinar terang.
"Masuklah, aku benar-benar kaget. Ini bunga apa? warnanya biru indah sekali." Tanyaku yang kagum dengan warna bunga yang indah dan tentu saja bentuknya lain tidak seperti pada umumnya.
"Bunga sang ratu. Cocok untukmu. Kau begitu cantik dan manis seperti bunga ini." Jawabannya, aku langsung memutar bola mataku karena dia menggodaku lagi.
"Kau menggodaku! Aku tidak suka. Sekarang cepat pulang ini sudah larut malam. Besok harus sekolah, kerjakan pr-mu sana." Aku menyuruh Orlan pulang karena ini sudah larut malam dan waktunya orang-orang tidur beristirahat. Dia malah asyik main-main di kamarku.
"Kenapa kau mengusirku aku sedang berkunjung ke rumahmu. Kamarmu hangat sekali. Bolehkah aku tidur di sini." Serunya setelah selesai mengobrak-abrik kamarku lalu dia duduk di kasurku dan langsung berbaring.
"Kau aneh, bukanya kau tadi sudah pulang lalu sekarang datang ke rumahku bahkan lewat jendela lagi. Lewat pintu kan bisa, dasar aneh." Seruku sambil meletakkan bunga yang diberikan Orlan tadi di balkon bersampingan dengan bunga yang aku temukan kemaren. Tidak lupa aku menutup jendela karena udaranya begitu dingin. Aku lalu menghampiri Orlan dan duduk di sampingnya.
"Kenapa kau menyebutku aneh. Aku hanya mencari cara lain saja. Baunya sangat nikmat, serasa di rumah sendiri." Orlan berbicara sesuatu yang tidak aku mengerti.
"Kau kenapa begitu, aku jadi merinding kalau dekat denganmu." Seruku tidak suka karena Orlan sekarang sedang mendekatiku dan meletakan kepalanya di pangkuanku. Aku risih karena seumur-umur aku belum pernah melakukan adegan seperti ini dengan Erisha. Tapi sekarang Orlan malah mendahuluinya.
"Merinding! Bukannya deg-degan. Aku bisa mendegar detak jantungmu yang berdendang ria." Jawabnya yang lansung membuat pipiku memerah. Bagaimana dia tahu kalau aku merasa deg-degan tidak nyaman dengan perlakuannya.
"Minggir kau." Kataku langsung menyingkirkan kepalanya dari pangkuanku.
"Kenapa? Wajahmu memerah. Kau malu aku meperlakukanmu seperti itu. Kau manis sekali." Dia malah mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dia benar-benar ingin menggodaku. Aku harus tenang, ini bukan yang pertama kalinya Orlan menggodaku jadi aku harus sabar.
"Diam, jangan menggodaku. Jangan kelewatan kalau bercanda, aku tidak menyukainya." Seruku jengkel dan memalingkan wajahku. Sekarang posisiku sudah berbaring dan membelakangi Orlan. Aku berusaha agar Orlan tidak menggodaku lagi dan aku bisa tidur dengan nyenyak.
"Kenapa? Apa kerena kamu sudah punya pacar! Aku tidak perduli tentang hal itu." Jawabnya yang langsung mendekapku dari belakang. Aku merasa aneh, kenapa dia seperti ini. Ini perlakuan yang janggal untuk sesama pria. Aku harus mengakhirinya jangan sampai aku terjebak ke dalam hubungan yang aneh.
"Kau menakutkan." Seruku melepaskan pelukan Orlan.
Aku langsung berbalik menghadap ke wajahnya. Sejenak kami saling memandang, aku benar-benar melihat mata yang berbeda dari Orlan. Matanya benar-benar gelap seperti malam tanpa cahaya. Aku langsung menyentuh dan mengusapnya pelan-pelan, dia hanya mengedipkan mata beberapa kali karena perlakuanku.
"Kau terlihat berbeda Lan!" Kataku tanpa mengalihkan mataku menatapnya. Dia lalu memegang erat tanganku yang mengusap matanya dan mencium tanganku.
"Tapi aku masih tetap mencintaimu!" Serunya yang memuat jantungku berdegup keras bak benderang.
Apa dia sungguh-sungguh mengatakannya atau hanya bercanda seperti biasanya. Kenapa aku benar-benar merasa bahagia mendengarnya walau terdengar aneh sekalipun. Aku langsung melepaskan tanganku dari genggamannya. Aku memutuskan kontak mata yang baru saja kami jalin. Aku masih tidak percaya kalau Orlan berkata seperti itu.
"Hahaha kau manis sekali. Aku merasakan ada wanita itu di sini. Apa kau mau aku mengusirnya?!" Serunya yang mengalihkan perhatianku pada hantu wanita itu.
"Siapa yang kau maksud wanita itu, tidak ada wanita di rumah ini kecuali Mama." Tanyaku gugup mungkin saja bukan hantu wanita itu tapi orang lain.
"Tapi ini Mama yang lain!" Mama yang lain?! Apa maksudnya. Mamaku cuma satu yaitu Mama Sarah. Apa dia gila, aku punya dua Mama.
"Apa yang kau maksud, aku jadi binggung dengan apa yang kau maksud." Tanyaku meminta kepastian apa yang dia katakan tadi. Dia membuatku khawatir apakah mama dan papa adalah kedua orang tua kandungku atau bukan.
"Wanita yang selalu berusaha menemuimu. Maksudku adalah hantu wanita yang kau ceritakan itu. " Jelasnya yang membuatku sedikit lega tapi juga takut karena hantu wanita itu masih saja menghantuiku. Padahal aku sudah membawa jimatnya tapi kenapa dia masih bisa menghantuiku.
"Kau membuatku takut. Jangan bercanda." Tukasku kesal pada Orlan dan bangun dari tidurku.
"Sekarang dia sedang bersembunyi dariku, dia tidak akan berani mengganggumu jika ada aku." Orlan berbicara dengan nada seolah-olah ingin menakutiku. Dia pasti berbohong dan hanya ingin menakut-nakutiku saja. Dan lihat saja dia malah berbaring di pangkuanku lagi. Dia benar-benar menipuku.
"Apa kau berbohong, menjauh dari pangkuanku. Kau berusaha mencari kesempatan saat menakutiku." Seruku mengusirnya dengan mendorong kepalanya agar menjauh dari pangkuanku.
"Aku hanya ingin bersandar di pangkuanmu agar terlihat romantis." Jawabnya dengan nada lemah lembut dan tersenyum lebar padaku. Jangan bercanda lagi Orlan, aku sungguh sudah lelah. Lihat berulang kali aku mengusir kepalanya dia tetap saja meletakkan kepalanya di pangkuanku.
"Jangan bercanda cepat angkat kepalamu, pahaku geli karena rambutmu." Bentakku agar dia benar-benar menjauh dariku. Aku lelah, ini sudah malam waktunya tidur bukan bercanda seperti ini.
"Sebentar saja, rasanya nyaman sekali, seperti di surga. Kenapa kau tidak membelai rambutku, ayo gunakan tanganmu untuk membelai rambutku. Ayo cepat lakukan." Serunya sambil mengambil tanganku dan meletakkannya di rambutnya. Aku langsung menepisnya karena aku benar-benar sudah mengantuk.
"Kau banyak maunya. Cepat menjauh dariku, aku sudah mengantuk aku ingin tidur. Lebih baik kau pulang sana." Kataku lalu mendorong kepala Orlan dan berbaring lagi membelakangi Orlan agar dia tidak mengganggu tidurku.
"Biarkan aku tidur di sini bersamamu." Serunya yang juga berbaring sepertiku di sampingku. Dia diam saja tanpa mengganggu lagi. Akhirnya aku bisa istirahat dan tidur.
"Terserah kau saja. Tapi jangan menggangguku." Tukasku sebelum aku mulai terlelap dalam tidur.
.......***.......
S
uara gemuruh ombak laut menyapu telingaku. Cahaya yang menyilaukan menghalangi mataku. Samar-samar aku dapat melihat pasir yang luas di depan mataku. Ramai sekali terdengar suara berisik para pengunjung. Aku melihatnya, melihat anak yang manis sedang bermain pasir pantai. Dia sedang membuat istana yang besar sendirian. Namun ada langkah kaki yang mendekat dan menghalangi pandanganku memandang wajah anak itu. Aku tidak bisa bergerak bahkan bergeser untuk melihat apa yang aku ingin lihat.
"El kau sedang membuat apa sayang." Tanya wanita yang menghalangi pandanganku melihat istana yang sedang di buat anak itu. Entah kenapa aku begitu penasaran dengan istana yang dia buat.
"Aku sedang membuat istana pasir yang besar. Lihatlah ini aku, ini Mama, dan ini papa. Kita adalah keluarga kerajaan yang bahagia. Aku adalah pangeran yang tampan di kerajaan ini, Hahaha." Jawab anak itu dengan senang.
"Kau hebat sekali sayang. Kau tahu Mama punya kabar gembira lagi lho."
"Apa ma."
"Sebentar lagi El akan punya temen main baru."
"Siapa ma?"
"Sini dengarkan perut Mama." Suruh wanita yang di panggil mama itu kepada anak manis itu. Dengan cepat anak itu sudah ada di pelukan mamanya.
"Hahaha perut Mama bunyi mama lapar ya. Hahaha."
"Kau lucu sekali El. Hahaha kamu bakal punya adek baru sayang. Besok kamu tidak sendirian lagi mainnya, kamu akan main dengan adekmu."
"El bakal punya adik, tapi Mama tetap sayang El kan."
"Tentu saja sayang, El kan anak pertama Mama. Semua anak mama, mama sayang semuanya."
"Yahh hihihi kau tidak akan bisa melihat adikmu lagi E-L-I-A-N. Hahahaha, Aku akan memakannya sampai kau merasa sedih dan menderita."
Suara itu! suara siapa, kenapa aku pernah mendengarnya. Dan anak itu adalah aku! Kenapa bisa, aku aku ....
.......***.......
"Elian! El bangun sayang, El!"
Aku langsung terbangun ketika Mama membangunkanku. Kepalaku pusing sekali. Perasaan aku baru saja tidur tapi aku langsung bermimpi singkat kemudian sudah pagi. Sepertinya aku tidak punya waktu istirahat yang cukup.
"Bangunlah sayang, ini sudah pagi. Ayo sarapan dulu, kau kelihatan capek sekali sayang." Seru mama sambil mengusap kepalaku seperti anak kecil. Aku jadi teringat mimpi tadi. Apa itu mimpi saat masa kecilku. Tapi kenapa aku bisa bermimpi tentang hal itu, bahkan terlihat begitu menyeramkan. Kepalaku rasanya sakit.
"Mah aku bermimpi kalau aku punya adik." Tanyaku saat Mama yang hendak keluar kamarku. Aku masih kepikiran Mama yang mengandung anak lagi waktu aku kecil. Tapi aku tidak ingat sama sekali jika Mama pernah mengandung adikku. Seketika wajah Mama nampak terkejut. Seperti ada yang dirahasiakan dariku. Mama kemudian menghampiriku dan duduk di sampingku.
"Ah kau membuat Mama sedih nak." Kata Mama dengan raut wajah sedih. Aku masih setia menunggu Mama cerita.
"Mama kenapa?" Mama mulai menatapku dengan sedih. Aku hanya menatapnya balik.
"Kau pasti sudah mulai mengingat masa kecilmu. Dulu Mama sempat bahagia Mama bisa punya anak lagi setelah melahirkanmu, tapi kecelakaan itu terjadi dan Mama keguguran yang paling membuat Mama syok adalah Mama tidak bisa memiliki anak lagi. Tapi Mama bersyukur sudah memilikimu El. Ayo sarapan kamu pasti lapar. Tidak biasanya kamu bangun kesiangan El." mama bercerita tentang masa lalu di mana Mama pernah kecelakaan.
Aku tahu itu, Mama sudah pernah cerita padaku kalau kita pernah kecelakaan mobil yang mengakibatkanku hilang ingatan. Aku tidak terlalu perduli karena aku waktu itu masih kecil bahkan orang yang tidak mengalami Hilang ingat pun bisa lupa tentang masa kecilnya. Jadi aku tidak terlalu memikirkannya. Mungkin waktu kecelakaan itu Mama sedang mengandung adikku. Seharusnya aku tahu itu lebih dulu sehingga aku tidak menanyakannya dan membuat Mama sedih mengingat kenangan yang ingin dilupakan.
"Iya mah. Tunggu mah! Orlan ke mana?" Aku baru teringat bahwa tadi malam aku tidur bersama Orlan, tapi sekarang dia tidak ada di sampingku.
"Orlan?!" Tanya Mama bingung. Apa Orlan pergi tanpa pamit denganku dan kedua Orangtuaku sampai mama tidak tahu. Pergi ke mana anak itu sebenarnya.
"Iya, Orlan tadi malam tidur bersamaku. Tapi kenapa sekarang dia tidak ada." Jelasku pada Mama agar dia juga tahu kalau Orlan tadi malam tidur bersamaku.
"Orlan... Orlan sudah pulang sayang. Ayo cepat bangun nanti kamu terlambat sekolah." Seru mama yang membuatku kaget, bukanya tadi Mama nampak kaget seperti baru tahu kalau Orlan ada di sini. Tapi sekarang mama bilang kalau Orlan sudah pulang.
"Iya tapi kenapa dia tidak mandi dan berangkat sekolah bareng denganku seperti biasanya, aneh." Aku benar-benar merasa seperti ada yang aneh dengan Orlan. Dia membuatku gila.
"Ayo sudahlah sayang, anak itu memang susah ditebak. Jangan di pikirkan lagi. Cepat bangun."
"Iya ma."
......***.......
Aku berangkat sekolah seperti biasanya. Semua terasa berbeda karena Orlan sering menjemputku dengan menggunakan mobil. Katanya dia baru saja diberikan mobil oleh ayahnya. Aku tidak keberatan kalau dia mau memakainya kemanapun dia mau termasuk ke sekolah. Tapi yang membuatku merasa tidak tenang adalah aku selalu berada di mobilnya.
Aku merasa terlihat seperti orang kaya yang sombong setiap berangkat dan pulang sekolah selalu membawa mobil. Walaupun terkadang aku juga membawa mobilku sendiri karena telat berangkat sekolah. Tapi tidak sesering ini jika bersama Orlan. Mungkin dia ingin terlihat keren di mata orang-orang. Terserah dia, aku tidak perduli yang penting aku tidak terbawa masalah lagi seperti kemaren.
Orlan sekarang lebih dekat dari sebelumnya. Lebih tepatnya dia sekarang sudah mulai menempeliku ke mana-mana. Bahkan aku tidak tahu bagaimana kalau Erisha pulang nanti apakah dia bakalan risih jika ada pihak ketiga yang selalu mengikutiku terus. Aku tidak bisa membayangkannya. Kami memang sahabat sejak kecil, bahkan kami sangat dekat sampai sekarang.
Tidak ada yang meragukan kedekatan kami sebagai seorang sahabat. Kami berjalan di jalan masing-masing. Orlan punya pacar dan aku juga. Kami sama-sama lurus artinya kami sama-sama menyukai wanita. Walau dia sering menggodaku tapi aku menganggapnya hanya bercanda tidak lebih dari itu. Tapi perasaanku ada yang lain. Aku merasa rindu dengan Orlan.
Aku merasa Orlan benar-benar jauh dariku, padahal sudah jelas dia ada di depan mataku. Aku seperti melihat orang lain di hadapanku. Tingkahnya, sifatnya, dan tatapannya begitu menusuk. Bahkan aku tidak bisa lari dari pandangannya. Aku merasa kesepian, aku merasa Orlan menjauh dariku.
"Elian! Elian! Eliaaan! Woy kau kenapa? Kenapa kau menangis?" Ned berteriak dengan lantang di dekat telinga yang membuatku meringis hampir saja aku terkena serangan budek karena teriakannya. Aku langsung mengusap mata dan pipiku yang ternyata basah. Apa benar aku menangis. Hatiku rasanya sakit sekali.
"Ah benarkah! Ahh iya, aku menangis." Seruku sambil menghilangkan air mata yang memenuhi wajahku.
"Kau menangis tapi kau tidak sadar kalau kau menangis, aneh." Seru Ned dengan tatapan bingung tergambar di wajahnya.
"Iya aku juga tidak tahu, hatiku terasa sakit, ada sesuatu yang hilang." Jawabku, yang benar saja aku seperti kehilangan Orlan padahal dia ada di dekatku.
"Aku tidak mengerti. Kau punya banyak masalah, coba cerita padaku." Ned menawariku bantuan seperti biasanya, dia yang selalu tahu kalau aku punya banyak masalah. Hanya Ned yang dapat diandalkan jika tidak ada Orlan. Sebenarnya Ned lebih baik dari pada Orlan. Ned lebih sering memberi solusi padaku sedangkan Orlan lebih suka membuat onar, membuat masalah yang aku semakin panjang.
"Aku tidak tahu kenapa aku menangis kenapa kamu malah bertanya, bagaimana aku harus menjawabnya." Seruku yang juga merasa bingung karena aku sendiri tidak tahu dengan perasaan yang aku rasakan sendiri.
"Dasar aneh. Kalau begitu berarti kamu mengigau. Sudahlah ayo ke leb kita harus membuat percobaan untuk tugas hari ini."
"Iya ayo!"
......***......
Aku sekarang berada di depan gudang. Aku kepikiran dengan hantu wanita itu yang beberapa hari tidak menampakkan wujudnya. Pertama aku pikir dia sudah menyerah, tapi kurasa dia sedang menguji aku apakah aku perduli dengannya. Yang pasti aku tidak perduli, aku melakukan ini hanya karena penasaran.
Aku membuka pintu gudang perlahan dan aku coba memasuki ruangan yang berdebu penuh barang-barang rongsokan milikku dulu. Tak lupa aku menutup pintunya karena aku tidak mau kalau papa dan Mama tahu aku mencari sesuatu di gudang.
Gudangnya tidak terlalu luas karena ini bekas kamar juga. Banyak barang bekas yang terbengkalai disini. Aku berusaha mencari tahu apa yang diinginkan hantu itu. Bahkan aku tidak tahu nama hantu wanita itu. Dia tidak meninggalkan jejak apa pun. Barang apa yang harus aku temukan untuk hantu wanita itu. Apakah Album foto? Tentu saja tidak mungkin, memang dia siapa! dia bukan bagian dari keluargaku. Jadi mana mungkin aku mempunyai foto wanita itu. Lalu apa, lemari, kalung, cincin, baju mana yang harus aku cari. Yang aku lihat semua barang-barang Mama.
Tunggu kenapa barang-barangngku waktu masa kecil tidak ada sama sekali. Lalu..... ahh kepalaku pusing, kenapa aku tidak bisa mengingat sesuatu. Masa kecilku! kenapa? apa yang terjadi denganku. Aku tidak bisa mengingatnya, kepalaku nyut-nyutan. Tidak tidak tidak, ini membuatku frustasi. Aku terhuyun ke meja kecil di atasnya terdapat kranjang yang penuh dengan kain-kain bekas. Aku berusaha berdiri tegak dan menyakinkan diriku tidak akan terjadi apa-apa. Saat aku bangun aku tidak sengaja menyenggol kranjang itu dengan keras sampai terjatuh.
Awalnya aku tidak perduli dengan kain yang jatuh, toh itu juga tidak di gunakan lagi. Tapi yang membuatku penasaran adalah bunyi suara yang ku dengar berbeda. Seperti ada kaca yang pecah. Aku langsung mengobrak abrik kain itu untuk mencari sebuah petunjuk. Aku menemukan bingkai foto yang retak.
Aku melihat fotonya. Ini foto masa muda papa bersama teman-temannya. Aku membuka bingkainya dan mengeluarkan fotonya agar terlihat lebih jelas. Dan benar ini masa muda papa. Dia berdiri di pojok belakang dengan senyum manis. Papa sangat tampan sekali, tapi sekarang juga masih tampan bahkan lebih keren. Di samping ayah ada seorang wanita yang di coret-coret wajahnya dengan spidol merah. Aku tidak bisa melihat wajahnya.
Sedangkan di sampingnya lagi adalah Mama. Mereka semua terlihat tersenyum bahagia dalam foto. Tapi kenapa wanita di samping papa harus di coret atau jangan-jangan yang di coret ini adalah hantu wanita itu. Apa Mama membenci wanita itu. Apa Mama ada dalang dalam pembunuhan wanita ini. Tapi aku tidak bisa menuduh Mama sembarangan. Mungkin saja bukan Mama pelakunya tapi orang lain. Aku harus mengumpulkan bukti dulu. Aku harap ada petunjuk lagi.
Aku mencari-cari lagi di semua tempat, bahkan barang-barang yang tidak berguna aku bongkar. Namun tetap saja tidak ada yang menjadi petunjuk lagi. Semua terlihat barang-barang yang tidak terpakai. Aku lelah, aku bersandar di almari yang sudah rusak. Brakkk, tapi ada yang aneh suaranya berbeda seperti ada benda yang membentur almari sampai berbunyi berbeda.
Aku lalu menggeser almari dan aku menemukan pintu, sepertinya pintu kamar mandi. Hemmz setelah aku buka hanya rongsokan sampah piring-piring dan gelas pecah. Tapi aku melihat sesuatu yang berkilau. Aku ambil dan itu adalah sebuah kunci yang ada tulisan namaku di gantungan kuncinya. Kunci apa, apa ada kamar rahasia di sini. Di mana itu, Setahuku rumahku tidak memiliki kamar rahasia. Aku harus mencarinya.
Aku mengelilingi rumah tapi tidak melihat pintu rahasia. Di mana itu, apa ini hanya kunci laci. Tapi melihat ukurannya yang cukup besar dari kunci laci, kurasa itu tidak mungkin. Yang jelas ini kunci pintu. Yang jelas aku harus mencarinya. Aku takut jika ada kenyataan kedua orang tuaku memiliki hubungan dengan kematian wanita itu.
"El kau kenapa dari tadi mondar-mandir ke sana kemari, ada barangnya yang hilang Sayang!" Tanya Mama yang sedang asyik membaca majalah hari ini di teras.
Mama sedang bersantai tapi sepertinya Mama terganggu dengan kehadiranku yang berlalu-lalang di depannya. Aku tidak bisa mengatakan apa yang sedang aku cari, aku takut Mama ikut terlibat dalam masalahku. Dugaanku Mama punya masalah dengan hantu wanita itu, jika Mama tahu apa yang aku cari dia pasti akan berusaha menyembunyikannya. Jadi aku harus merahasiakannya.
"Iya ma, tapi belum ketemu juga." Bohongku, semoga Mama tidak curiga denganku.
"Kenapa kau tledor sekali, apa yang kau cari. Kalau tidak ketemu tinggal beli lagi saja sayang. Jangan dibuat pusing." Untunglah Mama tidak curiga. Aku jadi bisa melanjutkan pencarianku.
"Iya ma." Jawabku langsung pergi tapi mama menghentikanku.
"Oya sayang tadi Mama lihat ada bunga lagi di balkonmu. Apa kau membeli bunga lagi." Tanya Mama yang membuat tubuhku keringat dingin. Aku pikir Mama akan bertanya tentang apa yang aku lakukan akhir-akhir ini.
"Ah itu, Orlan yang memberikannya padaku." Jawabku singkat dan berusaha pergi.
"Hahahaha Orlan sangat baik ya, dia tahu kalau kau suka bunga. Jadi dia membelikanmu bunga yang cantik seperti itu." Seru mama tertawa senang bahkan memuji Orlan.
Apa bagusnya anak itu. Dia itu bodoh dan gampang dibohongi. Aku tidak terlalu suka bunga lagian aku cowok tulen. aku hanya suka menanam tanaman apapun itu tidak hanya bunga saja, dan Mama salah mengartikan itu. Tapi setidaknya Mama tidak menanyakan sesuatu yang menyangkut hantu wanita itu sebelum aku mendapatkan banyak bukti tentang kematian hantu itu.
"Aku enggak suka bunga ma, aku hanya suka merawatnya." Jelasku agar Mama tidak salah paham tentang aku yang suka sekali dengan bunga. Terlalu memalukan mendapatkan bunga dari sesama cowok.
"Baguslah kalau begitu. Tapi sayang, Mama mau bicara denganmu. Kau duduklah dulu." Lagi-lagi Mama menghentikan langkahku.
"Kenapa ma?" Tanyaku yang langsung duduk di depannya.
"Begini sayang, Mama dapat undangan dari teman Mama kalau dia sedang membutuhkan murid pintar sepertimu. Maksudnya adalah teman Mama Paman George dia adalah kepala sekolah di sekolah xx. Kau tahu kan kalau sekolah xx itu sekolah yang terkenal hebat, jadi Mama menyarankan kamu pindah sekolah di sana. Kau akan mendapat pendidikan yang lebih baik dari sekolahmu yang sekarang. Bagaimana, kamu mau kan?!" Mama menawariku pindah sekolah. Dia bahkan memberikan brosur Tentang sekolah itu. Mama tahu kalau aku sudah kelas tiga, terlalu percuma pindah sekolah bahkan waktu ujian pun sudah semakin dekat. Sebenarnya apa yang sedang Mama pikirkan sampai berpikiran singkat seperti ini.
"Tapi ma aku sudah kelas tiga, sebentar lagi aku akan ujian dan masuk universitas. Aku tidak yakin harus pindah sekolah. Aku akan tetap menyelesaikan sekolahku di sini." Jawabku menolak pindah sekolah yang mama sarankan padaku.
"Itu benar, kau tidak bisa menyuruh Elian pindah sekolah tanpa persetujuanku." Bentak papa yang baru datang dan ikut duduk di sampingku. Wajah papa terlihat tidak suka dengan Mama, bahkan papa menatap Mama dengan tajam.
"Papa pulang!" Tanyaku mengalihkan tatapan yang tajam itu dari Mama.
"Iya sayang!"
"Aku hanya ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anakku saja, tidak ada salahnya." Mama masih bersikukuh untuk menyarankan aku pindah sekolah. Mama tidak mau kalah. Aku tidak pernah melihat bahkan mendengar pertengkaran Mama dan papa. Ini yang pertama kalinya.
"Kau tidak bisa seenaknya mengatur hidup Elian." Tukas papa dengan nada dingin.
"Sudah kenapa malah jadi berantem sih. Biasanya kan tidak pernah berantem." Seruku menengahi. Aku tidak mau ada pertengkaran antara mereka berdua. Keluarga kami damai tidak pernah ada pertengkaran yang membuat keluarga kami pecah. Aku tidak mau papa dan Mama bertengkar dan pisah.
"Maafkan Mama sayang."
Prakkk pyarrr. Ada sebuah benda jatuh dan pecah. Asalnya dari atas. Apa yang terjadi. Apa ada seseorang di dalam rumah. Semoga saja tidak di dalam kamarku.
"Aku ke kamar dulu ya." Kataku yang langsung masuk ke dalam rumah.
Aku naik ke atas dan menghampiri suara benda pecah tadi. Aku masuk ke dalam kamarku dan aku lihat cerminku pecah berserakan. Seperti ada yang melempar batu di sana. Tapi aku tidak menemukan batu atau barang lainnya yang menghantam cerminnya. Aku lalu melihat retakan kaca dan ku lihat pantulan diriku yang tidak rata di sana. Jantungku langsung meledak karena kaget bercampur takut.
Hantu wanita itu berdiri di belakangku. Tapi wajahnya terlihat samar. Aku lalu memberanikan diri berbalik untuk melihat hantu itu, tapi dia langsung menghilang. Apa dia yang melakukan ini. Tapi kenapa sampai seperti ini. Apa dia benar-benar serius akan hal ini. Aku sudah membantunya lalu kenapa dia malah memecahkan kaca.
Ahh kenapa ini, kenapa kepalaku Langsung pusing. Seperti ada palu yang menghantam kepalaku. Aku yang merasakan rasa sakit tanpa sadar aku memegang kaca yang retak itu dan darah mengalir dari tanganku. Aku melihatnya hantu itu terlihat cantik. Kepalaku langsung berdenyut hebat dan aku terjatuh karena tidak kuat menahan sakit.
.....***.....
Kepalaku pusing, aku memegang kepalaku dan melihat sesuatu di depanku yang terlihat tidak jelas.
"Dasar wanita jalang. Kau memang jalang hahahaha. Bagaimana rasanya enak kan." Seru wanita berjubah merah pada wanita bergaun biru yang merasa kesakitan. Tunggu apa itu hantu wanita itu. Apa aku sedang bermimpi. Apa yang terjadi, kenapa aku tidak bisa bergerak. Apa hantu wanita itu sedang berusaha memberitahuku siap pembunuhnya.
Wanita berjubah merah itu mengangkat hantu wanita itu sampai menghantam cerminnya di belakangnya. Kaca cermin pecah berserakan di mana-mana. Aku tidak kuat melihat ini. Kenapa dia kejam sekali. Darah mulai keluar dari mana mana. Nafas hantu wanita itu begitu memburu dan terputus-putus. Aku sangat ngilu melihatnya.
Hantu wanita itu hamil. Aku seperti melihat adegan ini lagi. Iya, mimpi di hotel itu. Sama persis dengan mimpi sekarang. Apa ini kelanjutan dari mimpi kemaren. Tapi sekarang posisiku berada di belakang wanita jahat dan kejam itu. Kenapa posisiku berubah. Aku tidak bisa bergerak. Aku hanya bisa menonton adegan penyiksaan itu.
Wanita jahat itu mengambil sebongkah cermin yang pecah dan menghampiri hantu wanita itu yang tidak berdaya. Dia lalu membuka dress biru itu dan menampakkan perut yang membuncit dan celana dalam yang sudah ada tanda merah di bawahnya. Kasihan bayi yang ada di perutnya yang dipukul tanpa ampun. Wanita jahat itu mulai mengarahkan pecahan cermin yang runcing dan tajam ke perut hantu wanita yang membuncit itu. Tunggu apa yang dia lakukan. Ini terlalu brutal. Tidak, Tidak, aku tidak ingin melihatnya lagi aku mohon tidak.
Akhaaaaa. Teriakan wanita itu menjerit kesakitan karena perutnya terbelah. Sesuatu berwarna putih dan merah keluar dari perutnya yang terus mengeluarkan darah. Tidak ku mohon jangan lakukan itu lagi. Hikk hikk, air mataku tumpah begitu saja. Wanita jahat itu mulai mencari sesuatu di dalam perut wanita itu. Dalam keadaan sadar perut yang sedang hamil besar di buka secara paksa dan di obrak-abrik dengan kasar. Entah bagaimana rasa sakit yang dia rasakan, itu pasti sangat menyakitkan. Dia mengeluarkan sebongkah janin merah yang sudah terbentuk sempurna seperti bayi. Aku merasa mual dan muntah saat melihat kekerasan itu. Aku mohon hentikan. Jangan tunjukan itu lagi. Tidak, tidak, aku mohon hentikan.
"Kenapa El, ini sangat menyenangkan. Kau harus melihatnya sampai dia meregang nyawa heh heh heh hehehe."
Siapa itu yang bicara. Suara laki laki yang mengerikan. Berada di telingaku. Tunggu, aku baru merasakan posisiku. Aku duduk di pangkuan laki-laki berjubah merah itu, dia merangkulku dan tidak membiarkanku pergi. Dia, dia, dia mengerikan. Aku takut. Tidak, aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku ketakutan. Kau kau......
"El El bangun sayang jangan membuat Mama khawatir. Kau kenapa sayang." Suara Mama. Semuanya menjadi gelap aku tidak bisa melihat apa pun.
"Mah?!" Seruku saat aku sudah bisa melihat dengan jelas. Aku tiduran di kasurku. Mama masih menangis di depanku.
"Iya sayang akhirnya kamu sadar sayang." Kata Mama sesenggukan karena masih menangis.
"Ada apa ma. Akhh tanganku sakit." Tanyaku berusaha bangun dari tempat tidur, namun rasa ngilu menjalar dari telapak tanganku. Rasanya sakit sekali.
"Kau membuat Mama khawatir, kau pingsan berlumuran darah. Mama sangat khawatir. Aku pikir kau sedang bunuh diri. Maafkan Mama sayang, Mama tidak akan memaksamu untuk pindah sekolah lagi sayang, maafkan Mama." Seru mama sambil menangis histeris. Kenapa Mama bilang seperti itu, aku terluka bukan karena Mama tapi karena hantu wanita itu. Mama tidak salah sama sekali.
"Kenapa Mama berpikiran seperti itu. Aku tidak akan bunuh diri. Aku hanya tergores cermin yang pecah saja. Aku sayang sama Mama. Mama tidak salah sama sekali, jadi jangan menangis." Jawabku agar Mama bisa berhenti menangis dan tidak menyalahkan dirinya sendiri.
"Kau kenapa memecahkan cerminmu sendiri. Kau itu menderita anemia, bagaimana kalau kau benar-benar kehilangan banyak darah. Kau harus dirawat di rumah sakit." Kata Mama menasehati, aku hanya mengangguk-anggukan kepala tanda aku mengerti dan paham.
"Iya ma aku tahu, maafkan El ma. El enggak akan cerobo lagi." Seruku meminta maaf pada Mama agar Mama tidak khawatir lagi denganku.
.....***.....
Mimpi itu. Mimpi yang mengerikan. Aku tahu kenapa dia bisa jadi hantu penasaran seperti itu. Dia ingin aku mencari pelaku pembunuhnya. Yang membuatku penasaran adalah kenapa aku bisa terlibat. Pembunuhnya selalu tahu namaku. Apa hubungannya denganku. Kenapa aku tidak mengingatnya.
Aku dalam mimpi itu terlihat begitu kecil. Apa ini masa laluku. Tidak, masa laluku dengan Mama begitu indah, dan aku tidak mengenal wanita itu. Siapa dia, siapa namanya. Ada hubungan apa kau dengan keluargaku, aku mohon jangan sakiti keluargaku. Aku belum siap harus kehilangan mereka. Entah mengapa air mataku sudah deras membasahi pipi dan selimutku karena aku membenamkan wajahku di atas kedua pahaku yang berbalut selimut.
Suara ketukan pintu terdengar. Aku lalu menyuruh yang di luar untuk masuk ke kamar. Pintu terbuka dan menunjukan wajah yang tidak asing tersenyum lebar. Orlan kenapa dia datang ke mari.
"Sayangku, aku dengar kau sakit. Aku datang untuk menjengukmu. Aku ada bunga lagi untuk menenangkan hatimu." Serunya menyerahkan bunga dalam pot kecil. Lagi-lagi bunga yang aneh. Tapi aku suka.
"Panggilannya begitu menjijikan. Aku tidak sakit, kenapa kau memberiku bunga." Tanyaku penasaran. Dia selalu datang membawa bunga. Lama-lama balkonku penuh dengan tanaman bunga.
"Ibumu bilang kalau kau sakit jadi aku datang menjengukmu. Lihat tanganmu terluka. sebentar lagi sembuh." Serunya menarik tanganku yang di balut perban dan mengusapkannya ke pipinya lalu menciumnya. Aku merasa geli dan ngilu dengan perlakuan Orlan. Apa lagi dia mencium perbanku dan berkata sebentar lagi sembuh. Itu membuatku malu.
"Kau sudah sembuh sekarang. Aku akan tidur di kamarmu lagi untuk menjagamu." Bisiknya di telingaku yang membuatku geli.
"Lepaskan tanganku dan menjauh dariku. Aku tidak butuh bantuanmu. Aku baik-baik saja. Lebih baik kau pulang dan kerjakan pr-mu."
"Kenapa kau selalu mengusirku." Serunya manja. Aku jijik mendengarnya.
"Karena kau selalu menggodaku. Itu sangat....ekhm, sangat menyebalkan."
"Benarkah! Aku pikir kau begitu menyukainya."
"Siapa yang suka. Dasar bodoh. Pulang sana."
"Aku masih ingin bermesraan denganmu. Di sini ada TV, ayo nonton TV." Dia mengambil remot dan menghidupkan TV lalu duduk di sampingku. Tangannya merangkul pundakku dan mendekatkan badanku ke dalam dekapannya. Lagi-lahu jantungku berdegup kencang, wajahku bahkan terbakar menjadi merah tomat rebus. Apa yang terjadi, aku tidak menyukai Orlan bukan. Tidak, itu pasti tidak.
"Posisi seperti ini sangat nyaman bukan."
"Iya terimakasih."
"Berita hari ini ditemukan mayat wanita di pinggir danau dengan keadaan yang mengenaskan. Isi perutnya terburai dan jantungnya hilang. Darahnya pun juga habis tidak bersisa. Tidak diketahui siapa pembunuhnya. Yang pasti polisi masih mencari jejak petunjuk pelaku pembunuhan ini. untuk mendapatkan info lebih lanjut kita tanyakan kepada kepala polisi, dengan pak Adam bisa kita meminta informasi dari anda.
Pak Adam: iya sebelumnya terima kasih. Untuk kasus ini masih kami tangani. Karena sudah 3 korban yang sama kami temukan. Yang pertama di hotel nightclub, yang ke dua di gang sempit di daerah zz, dan yang ketiga di pinggir danau ss. Yang pasti ciri-ciri kematian sama dan yang benar-benar diinginkan oleh pembunuh adalah jantungnya saja rta darahnya. Semua ketiga korban jantung mereka sama-sama hilang dan kesamaan lain adalah semua korban adalah perempuan. Untuk sekarang dugaan kami seperti itu, untuk lebih lanjut akan segera Kami tangani.
Reporter: untuk pihak kepolisian kira-kira sudah ada bayangan siapa pelaku dibalik pembunuhan ini.
Pak Adam: Untuk pembunuh nya kami mencurigai berjenis kelamin laki-laki. Biasanya laki-laki lebih tertarik dengan bentuk tubuh wanita yang menggoda. Selanjutnya yang ke dua, pelaku memiliki gangguan psikologisnya yang artian dia adalah pesikopet. Yang mungkin saja jantungnya disimpan untuk koleksi atau kemungkinan yang lain adalah di jual ilegal. Begitu saja, jadi sekian dari saya terimakasih.
Reporter: Demikian dari reporter satu, saya Shandra ...."
"Membosankan!" Orlan mengganti Chanel TV-nya, padahal aku masih serius mendengar beritanya. Bahkan kepala polisi itu adalah pak Adam yang kita temui di nightclub kemarin.
"Kenapa kau mengganti Channelnya."
"Aku tidak menyukainya."
"Kau tahu ini berita yang sangat serius Lan. Entah mengapa aku begitu takut. Nona Bravely dia meninggal dengan mengerikan. Bagaimana jika itu terus berlanjut. Aku tidak bisa membayangkannya." Aku mengungkapkan kekhawatiranku pada Mama dan Erisha.
"Kenapa kau begitu takut. Kau kan laki-laki, jangan khawatir." Orlan malah salah mengartikan kekhawatiranku.
"Tentu saja aku khawatir bagaimana dengan Mama, Erisha dan Keyle. Bagaimana kalau mereka di bunuh oleh orang itu." Jelasku pada Orlan, seharusnya dia juga khawatir pada ibu dan adiknya juga yang sama-sama perempuan.
"Tenanglah jangan terlalu banyak dipikirkan. Pelakunya pasti cepat tertangkap. Jadi jangan khawatir."
"Aku tidak menyangka kalau korbanya akan bertambah. Aku harus memberi tahu Erisha untuk berhati-hati." Seruku lalu mengambil ponsel dan memberi pesan pada Erisha untuk berhati-hati jika keluar malam.
"Kenapa kau begitu takut, Erisha ada di asrama tidak mungkin pembunuh itu datang ke asrama yang dijaga ketat. Sekarang tenanglah lebih baik tidur. Aku akan menjagamu."
"Emz baiklah."
.....***.....
.
.
.
.
.
{TBC}
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro