Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 11

    Hari-hari terlewati dan semua berubah sejak hari itu. Hubungan Hwagoon dan Taehyung kembali pada awal pertemuan mereka. Bukan karena Taehyung, melainkan Hwagoon lah yang sepertinya tengah menjaga jarak dengan suaminya itu.

    Sejak saat itu, Hwagoon kembali menjadi sosok yang lebih pendiam dari sebelumnya. Tentunya hal itu membuat Taehyung merasa sangat bersalah. Bukannya tak berusaha untuk mendekati Hwagoon. Setiap hari ia selalu berusaha mendekati wanita itu, tapi entah kenapa semua semakin terasa sulit sejak hari itu.

    Lalu bagaimana dengan hubungan terlarang antara Taehyung dan Joohyun? Semua yang pernah terjadi di antara mereka berdua telah berakhir malam itu. Meski Joohyun secara diam-diam sering mengunjunginya, sepertinya Taehyung benar-benar telah menutup hatinya untuk wanita itu.

    Semua berjalan terlalu cepat bagi Taehyung, di mana tak ada yang berjalan dengan baik sejak kembalinya ia ke istana. Tak berbeda dengan keadaan di sana. Hatinya pun turut berantakan meski yang di lihat oleh orang-orang di raut wajah tenangnya hanyalah kedamaian.

    Pagi itu, sang Putra Mahkota berdiri di bukit yang terdapat di belakang istana. Membiarkan cahaya matahari yang masih malu-malu memberikan kehangatan pada tubuhnya yang berdiri di antara ribuan embun yang menyergap rumput-rumput liar di bawah kakinya.

    Tak bermaksud mengusik ketenangan pagi itu. Hwagoon datang mendekat dengan tatapan asing yang selama ini ia tunjukkan. Berdiri satu meter di belakang Taehyung, pandangannya menangkap bahu tegap sang Putra Mahkota.

    "Putra Mahkota."

    Netra Taehyung bereaksi akan panggilan itu. Namun seakan berbalik hanya akan mengembalikan kenangan buruk pada wanita itu, dia tetap bertahan pada posisinya.

    "Kau datang seorang diri, Putri Mahkota?"

    "Hamba ingin berpamitan."

    Mendengar hal itu, Taehyung hendak berbalik. Namun pergerakannya terhenti oleh suara Hwagoon.

    "Mohon jangan berbalik."

    Taehyung menggerakkan ekor matanya ke samping, dan bahkan hal itu tak cukup membantunya untuk bisa menemukan sosok Hwagoon di pandangannya. Dia kemudian berucap, "sebegitu bencinya kah, kau kepada suamimu ini?"

    "Hamba tidak pernah memiliki perasaan seperti itu."

    "Lalu ... dosa yang manakah yang sudah kuperbuat hingga istriku sendiri melarangku untuk berhadapan dengannya?"

    "Karena sangat menyakitkan melihat wajah Putra Mahkota untuk saat ini."

    "Katakan padaku."

    "Hamba tidak bisa mengatakannya."

    "Kenapa?"

    "Karena Hamba, akan segera kehilangan Putra Mahkota begitu hamba mengatakannya."

    "Kau membuatku takut, Park Hwagoon."

    "Hal apakah yang membuat Putra Mahkota takut?"

    "Aku tidak bisa mengatakannya padamu."

    "Kenapa?"

    "Karena aku, mungkin akan segera kehilanganmu jika aku mengatakannya padamu."

    Hwagoon bungkam ketika Taehyung berhasil mengembalikan apa yang ia katakan sebelumnya. Merasa tak ada lagi yang ingin di sampaikan, Hwagoon pun bermaksud mengakhiri pertemuan singkat mereka pagi itu.

    "Hamba mohon undur diri --"

    "Mari membuat kesepakatan," celetuk Taehyung, berusaha untuk menahan wanita muda itu sedikit lebih lama.

    "Kesepakatan apa yang Putra Mahkota maksud?"

    "Aku ... akan merelakan jabatanku untuk bisa hidup bersamamu."

    Hwagoon terkejut mendengar hal itu keluar dari mulut Taehyung. "Apa yang baru saja Putra Mahkota katakan?"

    Taehyung berbalik. Mengabaikan peringatan Hwagoon, ia lantas menghampiri istrinya dan berdiri di hadapan wanita muda itu. Satu tangan Taehyung meraih telapak tangan Hwagoon. Sedikit mengangkatnya ke udara dengan genggaman lembut yang ia berikan.

    "Setelah kau pergi ... aku akan menyerahkan takhta ini kepada Pangeran Junmyeon. Dan setelahnya, kita bisa pergi bersama."

    "Putra Mahkota ..."

    "Tidak masalah bagiku harus hidup sebagai seorang petani. Asal aku bisa hidup bersamamu, aku akan melakukannya."

    Hwagoon menjatuhkan pandangannya. "Putra Mahkota tidak perlu melakukan hal itu. Jika Putra Mahkota ingin menikah kembali, hamba tidak akan melarang."

    "Bukan itu yang kuharapkan. Dengan berbicara seperti itu, kau sama saja meragukan suamimu."

    Hwagoon kembali mengangkat pandangannya. Menatap netra teduh milik Putra Mahkota yang selalu ia kagumi setiap waktu, namun sekarang justru memberikannya luka setiap waktu.

    "Putra Mahkota tidak bisa melakukan hal itu."

    "Seorang pewaris takhta memang tidak akan pernah mampu memenuhi janjinya kepada seorang wanita. Namun akan berbeda jika dia hanyalah seorang pria biasa tanpa jabatan yang tinggi."

    "Putra Mahkota tidak bisa melakukan hal itu."

    Sekali lagi Hwagoon menegaskan, dan sekali lagi Taehyung menunjukkan pemberontakannya.

    "Aku, Kim Taehyung ... aku bersumpah di hadapan istriku yang sudah terluka karena perbuatanku, bahwa aku tidak akan pernah menikahi wanita lain lagi setelah ini."

    Tatapan Hwagoon bergetar. Tak percaya jika sumpah itu terdengar begitu mudah di ucapkan oleh pria di hadapannya kini.

    "Aku tidak akan pernah menikah lagi seumur hidupku ... tidakkah kau mempercayai hal itu, Park Hwagoon?"

    "Kenapa? Kenapa Putra Mahkota melakukan hal ini?"

    "Pergilah, dan tunggu aku di sana. Setelah aku melepaskan tahkta ini, aku akan menjemputmu."

    Hwagoon menggeleng. "Putra Mahkota tidak perlu melakukan hal ini. Silla membutuhkan Putra Mahkota."

    "Tapi aku membutuhkanmu ... sebagai seorang pria."

    Batin Hwagoon tersentak. Dia kemudian menarik tangannya dari genggaman Taehyung dan memalingkan wajahnya.

    "Sudah waktunya untuk pergi. Jaga diri Putra Mahkota baik-baik ... selamat tinggal."

    Hwagoon berbalik dan segera berjalan pergi meninggalkan Taehyung yang sebenarnya tak rela untuk melepaskan kepergiannya. Dari jauh-jauh hari, Hwagoon sudah mengatakan keinginannya untuk menenangkan diri di Kuil. Dan meski Taehyung berat untuk melepaskan wanita muda itu, pada akhirnya Taehyung menyetujui keinginan Hwagoon. Namun hanya sampai lima belas hari saja.

    Setelah tak lagi terlihat sosok Hwagoon dalam pandangannya. Taehyung kembali menghadap ke arah sebelumnya, kembali merasakan sepi yang semakin bertambah di kala sang surya melambung lebih tinggi.

    Hwagoon pergi, namun saat itu Changkyun datang menggantikan posisi wanita muda itu. Ekor mata Taehyung bergerak ke samping tatkala ia menyadari siapakah sosok yang kini berdiri di belakangnya.

    "Kau memiliki sesuatu untuk di katakan, Changkyun?"

    "Putri Mahkota sudah pergi."

    "Lalu?"

    "Apa tidak masalah membiarkan Putri Mahkota pergi seperti ini?"

    "Ini adalah pilihannya."

    "Izinkan hamba untuk ikut dalam perjalanan ini."

    "Dia ingin sendiri ... itulah sebabnya dia pergi. Berikan waktu padanya dan aku akan mengakhiri semuanya."

    Changkyun memandang penuh tanya. "Apa yang sedang Putra Mahkota bicarakan?"

   "Lepaskan semuanya ... apa yang kau miliki saat ini, hanya akan membawa petaka bagi hidupmu."

    Batin Changkyun tersentak. Merasa tak asing dengan perkataan itu, seperti Taehyung yang hanya ingin mengingatkannya tentang perkataan seseorang.

    "Mungkinkah kakek itu sudah sampai di Nirwana," Taehyung membawa pandangannya bertemu dengan langit dan justru perkataannya barusan berhasil mengejutkan Changkyun.

    "Putra Mahkota ... apa yang sedang Putra Mahkota pikirkan?"

    Pandangan Taehyung kembali terjatuh dengan seulas senyum yang menghiasi kedua sudut bibirnya. "Bukankah itu seperti sebuah pengingat untukku?"

    "Putra Mahkota tidak bisa mempercayai perkataan orang asing yang baru Putra Mahkota temui. Mohon, jangan mengambil keputusan yang salah."

    "Aku ... akan meninggalkan takhta-ku, Changkyun."

    "P-putra Mahkota."

    "Aku akan melepaskan semuanya dan mengabdikan hidupku untuk keluarga kecilku. Aku berpikir bahwa itu mungkin lebih baik."

    Changkyun menundukkan kepalanya dan lantas bergumam, "mohon, pertimbangkan kembali keputusan Putra Mahkota."

Selesai di tulis : 05.05.2020
Di publikasikan : 06.05.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro