Lembar 07
Hari berganti, tak ada kabar buruk yang lagi menerpa ketika kondisi Taehyung yang berangsur membaik dan pulih. Namun insiden di acara perjamuan beberapa hari yang lalu masih meninggalkan kekhawatiran, baik di hati Taehyung maupun Changkyun. Tidak ada yang tahu apa motif Dayang itu memberikan racun pada gelas milik Hwagoon. Namun seandainya hari itu Taehyung tidak merebut gelas itu dari tangan istrinya, dia akan menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk menyesali hari di mana ia kembali ke istana dan kehilangan segalanya.
Pagi itu, Taehyung terlihat berjalan santai di taman bersama dengan Hwagoon. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri Changkyun bersama beberapa Dayang dari paviliun Putri Mahkota. Langkah Taehyung kemudian berhenti, membimbing pandangan keduanya untuk bertemu.
Seulas senyum Taehyung berikan sebelum ia memutar tubuhnya menghadap Hwagoon. Kedua tangannya lantas mendapatkan kedua telapak tangan Hwagoon, memaksa wanita itu untuk berhadapan dengannya.
"Jaga dirimu baik-baik, aku hanya pergi sebentar."
Hwagoon mengangguk, sama sekali tak menunjukkan protes meski hatinya sedikit tak rela jika Taehyung kembali meninggalkannya.
"Aku akan kembali besok sore. Jika bisa ... jangan meninggalkan paviliun sampai aku datang."
"Kenapa begitu?"
Taehyung menggeleng dengan seulas senyum yang seperti tak ingin memudar. "Aku hanya ingin melihatmu di paviliun ketika aku kembali."
"Putra Mahkota baru saja sembuh, haruskah Putra Mahkota ikut?"
"Ini adalah perintah, dan ini adalah tugasku. Jangan cemaskan aku, aku akan baik-baik saja."
"Berjanjilah bahwa Putra Mahkota akan kembali secepatnya."
"Aku berjanji ... sudah waktunya untuk berpisah. Jaga dirimu baik-baik."
Perlahan genggaman tangan itu terlepas. Langkah sang Putra Mahkota kemudian menjauh, meninggalkan Hwagoon yang masih berdiri di tempatnya. Sejenak menoleh ketika langkahnya telah sampai di tempat Changkyun, Taehyung memberikan seulas senyum sebelum kembali memandang Hwarangnya.
"Kita pergi sekarang, Changkyun."
"Ye." Dengan sekali tundukan kepala, maka Changkyun akan berjalan di belakang Taehyung.
Keduanya meninggalkan area taman dan bergegas menuju paviliun utama untuk menghampiri Baginda Raja. Karena hari ini mereka memiliki agenda untuk mengunjungi sebuah Kuil yang masih berada di area Seorabol. Tidak begitu jauh di bandingkan dengan tempat pengasingan Taehyung sebelumnya.
Penantian Hwagoon berlanjut. Namun kali ini tidaklah sebanding dengan penantiannya sebelumnya. Tak banyak yang bisa ia lakukan selain hanya menghabiskan waktu di paviliunnya. Seperti pesan Taehyung sebelum pergi, ia sama sekali tidak memiliki niatan untuk meninggalkan paviliun setelah kepergian Taehyung pagi itu.
Sore itu, Hwagoon terlihat duduk di gazebo bersama dengan Yeonwoo. Di mana Dayang muda itu tengah mengajari sang Putri Mahkota untuk merajut. Dari kejauhan seorang Dayang datang dan menghampiri mereka. Dayang Choi yang menyadari bahwa Dayang tersebut adalah Dayang dari paviliun Pangeran Junmyeon, lantas berdiri dan segera turun dari gazebo.
Keduanya saling menundukkan kepala saat sudah berhadapan. "Dayang Han, ada perlu apa kau datang kemari?"
"Aku ingin menyampaikan pesan dari Nyonya Bae untuk Putri Mahkota."
"Katakanlah padaku, aku akan menyampaikannya kepada Putri Mahkota."
"Besok pagi, Nyonya mengundang Putri Mahkota untuk minum teh bersama."
"Ye, aku akan menyampaikannya kepada Putri Mahkota."
"Terima kasih. Kalau begitu, aku pergi sekarang."
Keduanya kembali saling menundukkan kepala sebelum pergi ke tempat tujuan masing-masing. Dayang Choi kembali menaiki gazebo dan kembali duduk di hadapan Hwagoon dan juga Yeonwoo.
Yeonwoo menghentikan kegiatannya dan memandang Dayang Choi. "Bukankah itu tadi Dayang Han dari Paviliun Pangeran Junmyeon?"
"Dayang Han?" Hwagoon turut menghentikan kegiatannya dan memandang Dayang Choi. "Kenapa dia datang kemari?"
"Dayang Han menyampaikan pesan dari Nyonya Bae."
Raut wajah Hwagoon tiba-tiba terlihat sedikit kaku. "Apa yang dia katakan?"
"Nyonya Bae mengundang Putri Mahkota untuk minum teh, besok pagi."
Hwagoon sedikit terkejut, merasa aneh ketika tiba-tiba Joohyun mengundangnya minum teh, mengingat hubungan mereka yang sangat kaku.
Yeonwoo mengalihkan pandangannya pada Hwagoon. "Putri Mahkota akan pergi?"
"Haruskah aku pergi?"
"Eh? Putri Mahkota tidak ingin pergi?"
Dayang Choi menengahi, "kenapa Putri Mahkota tidak ingin pergi? Tidak biasanya Nyonya Bae mengundang Putri Mahkota."
"Tidak apa-apa? Hanya saja ... aku merasa sedikit tidak enak," ucap Hwagoon, terdengar sedikit gugup.
Yeonwoo bergeser mendekat dan merendahkan kepalanya untuk memperhatikan wajah Hwagoon. "Putri Mahkota sedang sakit?"
Hwagoon dengan cepat menggeleng. "Aku baik-baik saja."
"Lalu kenapa Putri Mahkota tidak ingin pergi?"
Hwagoon menggaruk tengkuknya, sedikit resah. "Masalahnya aku tidak terlalu dekat dengannya..."
Yeonwoo menutup mulutnya dan menertawakan Hwagoon.
"Yeonwoo, jaga sikapmu," tegur Dayang Choi, memaksa tawa ringan gadis muda itu terhenti. "Memang benar apa yang Putri Mahkota katakan. Tapi, meski akan sangat canggung nantinya, bukankah ini sesuatu yang baik untuk memulai sebuah hubungan yang baik?"
"Aku tidak yakin dengan hal itu," gumam Hwagoon, tampak begitu lesu.
Yeonwoo kemudian menyahut, "jika Putri Mahkota tidak ingin pergi, ya sudah jangan pergi."
Hwagoon menggeleng. "Tidak, aku akan pergi."
"Sebelumnya Putri Mahkota mengatakan tidak ingin pergi."
"Jika aku tidak pergi, apakah itu sopan?"
Yeonwoo menggeleng.
"Bukankah Putra Mahkota pulang besok sore?"
Dayang Choi menjawab, "benar, Putri Mahkota."
"Putra Mahkota adalah pria yang sangat aneh," celetuk Yeonwoo yang seketika mendapatkan tatapan tajam dari Dayang Choi.
"Yeonwoo! Jaga bicaramu."
"Aneh bagaimana maksudmu?" sahut Hwagoon.
"Putri Mahkota ... Putri Mahkota tidak perlu mendengarkan anak ini, dia memang sering asal bicara."
"Tidak apa-apa, aku ingin mendengarnya." Hwagoon menjatuhkan pandangannya pada Yeonwoo. "Katakan padaku."
Takut-takut Yeonwoo berucap, "tentu saja aneh. Putra Mahkota baru saja datang, tapi beliau sudah pergi lagi."
"Benar! Dia sangat aneh,"
Yeonwoo dan Dayang Choi terkejut ketika Hwagoon tiba-tiba berbicara dengan suara yang cukup lantang dan terkesan begitu kesal.
Hwagoon kemudian melanjutkan, "dia baru datang, tapi kenapa sudah pergi lagi? Apa dia menghargai penantianku selama ini? Tidak! Dia tidak mungkin peduli ... jika dia peduli, dia tidak akan pergi lagi. Lagi pula sudah ada Kakak ipar, kenapa dia juga harus pergi? Bukankah dia memang orang aneh?"
Kedua orang di sekitar Hwagoon terperangah sebelum tersenyum dengan canggung ketika mendapati sikap Hwagoon yang sangat mengejutkan. Selama ini Putri Mahkota yang mereka kenal tidak pernah menuntut apapun.
Dayang Choi lantas menegur dengan canggung, "Putri Mahkota ... apa yang baru saja Putri Mahkota katakan?"
Hwagoon menghela napasnya yang terdengar putus asa. "Aku ingin marah padanya," ucapnya dengan lesu.
"Kenapa Putri Mahkota ingin marah kepada Putra Mahkota? Mungkinkah ... Putra Mahkota sudah berbuat sesuatu yang salah?" tanya Yeonwoo dengan hati-hati.
"Aku tidak tahu ... mungkin aku hanya terlalu berharap padanya. Dia adalah orang yang kaku, tapi tiba-tiba bersikap manis saat kembali."
Yeonwoo kemudian menggandeng lengan Hwagoon, mencoba memberikan penghiburan ketika ia menyadari kesedihan dalam raut wajah Hwagoon kala itu. "Putri Mahkota terlalu sering berprasangka buruk terhadap Putra Mahkota ... kenapa tidak sesekali memikirkan sesuatu yang baik tentang Putra Mahkota?"
"Aku selalu memikirkan hal yang baik tentangnya. Dia saja yang tidak peka ..."
Dayang Choi menahan senyumnya dan tertangkap oleh Yeonwoo yang balik menegurnya. "Dayang Choi ... jaga sikapmu."
Garis senyum di wajah Dayang Choi lantas menghilang. "Kau ingin mengguruiku?"
Yeonwoo segera menyembunyikan wajahnya di balik lengan Hwagoon dan bergumam, "terkadang, orang tua memang sangat menyebalkan."
"Kau berbicara sesuatu? Katakan sekali lagi di depanku," gertak Dayang Choi, namun Yeonwoo tak berniat keluar dari tempat persembunyiannya dan sedikit perdebatan di antara kedua Dayang itu kembali terdengar. Menjadi sedikit penghiburan bagi hati Hwagoon yang selalu di landa keresahan tanpa ada orang lain yang ia izinkan untuk mengetahuinya, bahkan jika itu suaminya sendiri sekalipun.
Selesai di tulis : 26.03.2020
Di publikasikan : 29.03.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro