Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 03

    Cahaya kecil di ujung timur perlahan naik ke atas, mengusir kegelapan yang sempat menyembunyikan Tanah Silla. Dayang Kepala Choi tampak tengah membantu Hwagoon, menyisir rambut panjang sang Putri Mahkota seperti hari-hari sebelumnya. Namun ada hal yang menarik perhatian Dayang Choi saat itu, di mana ia masih mendapati wajah murung sang Putri Mahkota di saat Putra Mahkota sendiri sudah kembali dari perantauannya.

    Memberanikan untuk bertanya, Dayang Choi berucap dengan sangat berhati-hati, "Putri Mahkota..." teguran kecil yang membuat pandangan sang Putri Mahkota terarah pada wajahnya.

    "Kenapa Putri Mahkota terlihat murung pagi ini?"

    Pandangan Hwagoon kembali terjatuh. Sembari tangannya yang kembali menyisir rambutnya ia berucap, "apa... Putra Mahkota belum memberi kabar?"

    "Eh?" Dayang Choi tentu saja terkejut, jelas-jelas tadi malam dia bertemu dengan Taehyung dan Taehyung mengatakan akan bermalam di sana. Dan kerterkejutan kecilnya tersebut lantas berhasil kembali menarik perhatian Hwagoon.

    "Ada apa?"

    Dayang Choi yang masih bingung pun lantas menggeleng, mungkinkah Hwagoon belum melihat Taehyung? Kiranya itulah yang berada dalam pikiran Dayang Choi saat ini. Dan benar bahwa Hwagoon sama sekali belum melihat wajah Taehyung, karna pagi-pagi sebelum Putri Mahkota itu terbangun, Taehyung sudah lebih dulu kembali ke Paviliunnya. Bukannya ingin mempermainkan Hwagoon, sepertinya Taehyung hanya ingin menunda pertemuannya dengan Hwagoon.

    "Wajah Dayang Choi terlihat gelisah, mungkinkah telah terjadi sesuatu?"

    Dayang Choi dengan cepat menggeleng, lebih memilih berpura-pura tidak tahu tentang kepulangan Taehyung. "Tidak apa-apa, hamba hanya baru mengingat sesuatu yang sangat penting."

    "Apa itu?"

    Dayang Choi kembali bingung untuk memberi jawaban yang tidak ia miliki, namun pintu kamar yang di buka secara perlahan berhasil menyelamatkan. Dari sana seorang Dayang junior masuk dan berjalan mendekat dengan kepala yang tertunduk setelah sebelumnya menutup pintu.

    Si Dayang muda sejenak membungkuk ke arah Hwagoon dan beralih menjatuhkan kedua lututnya di samping Dayang Choi.

    "Ada apa?"

    Si Dayang junior lantas mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Dayang Choi, "Kasim Cha ingin bertemu dengan Dayang Kepala."

    Guratan keheranan tiba-tiba terlihat di wajah Dayang Choi, untuk apa Kasim dari paviliun Putra Mahkota itu ingin bertemu dengannya. Dayang Choi memberikan tatapan menuntutnya pada si Dayang junior yang mengangguk dengan yakin, dan setelah tak memiliki alasan untuk menolak undangan dari Kasim Cha, Dayang Choi pun mempertemukan pandangannya dengan Hwagoon.

    "Putri Mahkota, hamba memiliki urusan yang harus di selesaikan. Biarkan Yeonwoo yang berada di sini dan menemani Putri Mahkota."

    Hwagoon mengangguk, tampak tak memiliki keberatan. Setelahnya Dayang Choi pun beranjak pergi dan tepat setelah Dayang Choi menutup pintu dari luar, saat itu pula Dayang junior bernama Yeonwoo itu segera mendekatkan diri pada Hwagoon.

    "Bagaimana perasaan Putri Mahkota pagi ini?" tanya gadis itu dengan tatapan yang antusias seperti hari-hari sebelumnya.

    "Masih sama seperti yang kemarin."

    Kedua alis Yeonwoo saling bertahutan, menatap sang Putri Mahkota dengan tatapan yang lebih menuntut lagi.

    "Kenapa melihatku seperti itu?"

    "Putri Mahkota ini aneh atau apa, Putra Mahkota sudah..."

    Perkataan Yeonwoo terhenti ketika Dayang Choi kembali membuka pintu dan berjalan ke arah keduanya di saat Hwagoon kembali menjatuhkan pandangannya pada Yeonwoo.

    "Putra Mahkota sudah apa?"

    Dayang Choi yang mendengar pertanyaan Hwagoon pun segera mempercepat langkahnya.

    "Putra Mahkota sudah..."

    "Putri Mahkota." celetuk Dayang Choi seakan tengah ingin menghentikan perkataan Yeonwoo. Menyisakan kebingungan di antara Hwagoon dan Yeonwoo. Namun saat itu sebelum duduk di sebalah Hwagoon, Dayang Choi memberikan isyarat menggunakan matanya kepada Yeonwoo yang bukannya mengerti justru semakin bertambah bingung.

    "Ada apa?" tegur Hwagoon ketika Dayang Kepala itu sudah duduk di sampingnya.

    "Cuaca di luar sangat cerah, udara pagi sangat cocok untuk Putri Mahkota. Bagaimana jika kita pergi keluar sekarang?"

    Yeonwoo menatap penuh selidik ke arah Dayang Choi yang terlihat begitu mencurigakan. Gadis itu memeluk lengan Hwagoon dan sedikit mendekat kemudian berucap, "Dayang Choi terlihat sangat mencurigakan."

    Dayang Choi dengan cepat memukul lengan Yeonwoo. "Apa yang kau bicarakan?"

    Yeonwoo hanya mendengus sebal dan mencibir tanpa suara.

    "Putri Mahkota tidak perlu mendengarkan ocehan anak ini. Lebih baik kita pergi sekarang."

    Meski ragu, Hwagoon mengangguk dan di sambut oleh senyum lebar Dayang Choi yang segera membantunya merapikan rambutnya. Setelahnya Hwagoon pergi meninggalkan paviliunnya, mengikuti arahan yang di berikan oleh Dayang Choi dan berakhir pada taman di dekat danau.

    Cahaya matahari yang masih-masih malu-malu menyusup di antara dedaunan dari pohon-pohon besar yang mengapit jalan. Begitu hangat dan menenangkan ketika suara burung terdengar seperti tengah melantunkan sebuah nyanyian.

    Mengikuti arahan dari Dayang Choi, semua Dayang yang berjalan di belakang sang Putri Mahkota pun berhenti. Membiarkan Hwagoon memilih jalannya sendiri. Saat itu Yeonwoo diam-diam mendekati Dayang Choi dan membuat pandangan Dayang Kepala itu jatuh padanya.

    "Apa yang sedang Dayang Choi rencanakan?" selidik Yeonwoo dengan nada berbisik.

    Dayang Choi dengan gemas mendorong kening Yeonwoo menggunakan telunjuknya sebelum menaruh telunjuknya tersebut di depan bibirnya sendiri. "Sssttt, jangan banyak bicara dan diam saja."

    "Ishh... Kenapa Dayang Choi selalu mendorong kepalaku?" protes Yeonwoo.

    Hwagoon yang sudah berjalan beberapa meter dari mereka pun berbalik, sedikit heran karna para Dayang itu tidak mengikutinya. Namun Dayang Choi yang menyadari tatapannya pun segera membungkukkan badannya sekilas dan memberikan tatapan peringatan pada Yeonwoo yang kemudian ikut menunduk.

    Tak merasa ada hal yang aneh, Hwagoon pun kembali mengalihkan pandangannya. Perhatiannya terjatuh pada beberapa kelopak bunga yang bermekaran di sisi jalan. Perlahan dia melangkahkan kakinya mendekati bunga-bunga tersebut dan tanpa sepengetahuannya, Dayang Choi memberikan intruksi kepada seluruh Dayang untuk meninggalkan tempat tersebut.

    Ekor mata Hwagoon sempat menangkap pergerkan para Dayang tersebut dan hal itu membuat keheranan terlihat di garis wajahnya, kenapa semua orang meninggalkannya sendiri. Memilih tak terlalu mempermasalahkan hal itu, Hwagoon kembali menfokuskan pandangannya pada beberapa kelopak bunga penuh warna yang berada di hadapannya. Memancing seulas senyum terlihat di kedua sudut bibirnya.

    Sedikit merasa aneh, Hwagoon sendiri tidak mengerti akan dirinya. Dulunya dia bukanlah gadis penggila bunga dan hal-hal manis lainnya. Namun semenjak tumbuh sang calon bayi di perutnya, dia justru menyukai hal yang tak pernah ia perhatikan sebelumnya.

    Dia adalah sosok gadis yang kuat dan memiliki ketegasan yang tidak di ragukan lagi terlebih ketertarikannya akan pedang. Namun sifatnya justru berbanding terbalik sejak ia mengetahui bahwa ia akan menjadi seorang ibu sebentar lagi. Bukan sesuatu yang di rencakan, ia sendiri juga tidak sadar akan perubahan dalam dirinya. Dan bahkan ia tidak memiliki ketertarikan lagi kepada pedang.

    Perlahan tangannya terulur untuk menyentuh salah satu kelopak bunga di hadapannya, namun tepat saat tangannya hampir bersentuhan dengan kelopak bunga tersebut. Saat itu sebuah telapak tangan lebar tiba-tiba terulur dan mendapatkan punggung tangannya.

   "Kelopak bunga cantik itu bisa saja melukai tanganmu."

    Batin Hwagoon tersentak, merasa sangat familir dengan suara berat namun terdengar begitu lembut tersebut. Tangannya di turunkan oleh tangan yang menggenggam punggung tangannya. Membimbing langkahnya untuk berbalik dan menemukan seulas senyum hangat yang telah ia nantikan selama kurang lebih satu bulan lamanya.

    "Apa aku mengejutkanmu?" Taehyung kembali berucap.

    Tak ada jawaban, Hwagoon tiba-tiba memeluk Taehyung dengan lembut dan hal itu sempat membuat Taehyung terkejut. Mengingat sebelumnya istrinya tersebut tidak akan berani memeluknya terlebih dulu. Namun setelahnya senyum itu melebar sebelum ia membalas pelukan Hwagoon, merengkuh dengan lembut wanita yang sudah bersedia untuk menunggunya.

    Kelopak mata Hwagoon perlahan terpejam, namun setelah itu terlihat airmata yang keluar dari kelopak matanya yang telah menutup. Taehyung merasakannya, deru napas yang terdengar memberat dalam rengkuhannya dan membuatnya sadar bahwa mungkin dia benar-benar telah melukai wanita yang saat ini berada dalam rengkuhannya.

    "Aku minta maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi."

    Hwagoon lantas melepaskan pelukannya dan segera berbalik, berdiri membelakangi Taehyung dengan kepala yang menunduk. Membuat Taehyung kembali di buat bingung akan tingkah sang istri yang berubah terlalu banyak dalam satu bulan.

    Hwagoon mengusap bekas airmata di wajahnya dan saat itu Taehyung mendekatinya, mendapatkan kedua bahunya dan membaliknya dengan lembut. Mempertemukan pandangan keduanya setelah perpisahan singkat bagi Taehyung dan begitu lama bagi Hwagoon.

    Tangan kiri Taehyung ia gunakan untuk mengusap bekas airmata di wajah Hwagoon yang kemudian berakhir menangkup wajah sang istri. "Apa aku benar-benar telah menyakitimu?"

    Hwagoon menggeleng.

    "Lalu, hal apa yang sudah membuatmu menangis?"

    "Kapan Putra Mahkota datang?" tak berusaha menjawab, merasa masih malu untuk mengungkapkan perasaan rindunya. Sang Putri Mahkota lebih memilih mengalihkan pembicaraan.

    Taehyung pun menarik kedua tangannya yang kemudian ia letakkan di belakang tubuhnya. Dia menjawab, "semalam."

    "Semalam?"

    "Kau sudah tidur ketika aku datang."

    Hwagoon lantas menjatuhkan pandangannya, merasa tak memiliki hal lain untuk di tanyakan.

    "Maukah kau ikut denganku?"

    Sebuah teguran yang membuat Hwagoon kembali mengangkat wajahnya, menatap Taehyung seakan bertanya kemanakah mereka akan pergi.

    "Aku membawa pulang Changkyun bersamaku."

    Mengerti maksud Taehyung, Hwagoon pun mengangguk dan keduanya pun mulai berjalan beriringan dengan tenang tanpa ada yang mengeluarkan sebuah kata untuk melunturkan kecanggungan yang di rasakan oleh sang Putri Mahkota.

    Langkah Hwagoon tertinggal satu langkah, dan saat itu pandangannya jatuh pada tangan Taehyung yang saling bertahutan di belakang tubuh. Ingin rasanya Hwagoon menggandeng tangan itu, namun logikanya segera menyadarkannya bahwa hubungan keduanya tidak sedekat itu sampai harus berjalan sembari bergandengan tangan. Meski Taehyung pun juga tidak akan menolaknya jika ia melakukan hal itu.

    Hwagoon larut dalam lamunannya dan hal itu tanpa sadar membuatnya semakin tertinggal. Taehyung yang menyadari bahwa istrinya telah menghilang pun segera menghentikan langkahnya. Dia memutar kakinya dan seketika kerutan itu terlihat di dahinya ketika melihat Hwagoon berjalan dengan pandangan yang tak fokus.

    Tak berniat menegur, Taehyung lebih memilih menunggu hingga Hwagoon sampai di tempatnya. Dan setelah berada di hadapan Taehyung, Hwagoon terbangun dari lamunannya. Merasa terkejut ketika mendapati wajah Taehyung berada tepat di depan wajahnya.

    "Kau melamun?"

    Hwagoon mundur selangkah dan segera menggeleng dengan kepala yang sedikit tertunduk. Dan lagi-lagi membuat Taehyung terheran dengan sikapnya yang terkesan penurut. Untuk sejenak Taehyung merasa asing dengan sikap Hwagoon, apakah mungkin itu sifat Hwagoon yang sesungguhnya.

    Menepis semua pemikirannya, Taehyung mengulurkan tangan kanannya kepada Hwagoon dan membuat Putri Mahkota itu kembali mengangkat wajahnya.

    "Berjalanlah di sampingku."

    Hwagoon menjatuhkan pandangannya seiring dengan tangannya yang terulur dan kemudian langsung di sambut oleh tangan Taehyung yang kemudian membimbing langkahnya untuk berjalan beriringan. Untuk pertama kalinya sejak pertemuan pertama mereka, pada akhirnya harapan Hwagoon untuk berjalan sembari bergandeng tangan dengan Taehyung terwujud.

    Diam-diam, seulas senyum itu tercipta di kedua sudut bibir wanita muda itu dan perlahan ia memberanikan diri untuk memegang lengan Taehyung menggunakan tangannya yang terbebas. Tak merasa keberatan, Taehyung justru mengenggam punggung tangan Hwagoon yang tengah memegang lengannya. Hal kecil yang membuat Hwagoon bahagia, merasa penantiannya selama ini telah terbayarkan dengan impas.

    Setelah berjalan tak terlalu jauh, Taehyung membawa Hwagoon menepi dan saat itu pula langkah Hwagoon terhenti ketika ia melihat Changkyun yang telah menunggu mereka di atas perahu yang berada di tepi danau. Pandangannya sempat bertemu dengan Taehyung sebelum genggaman tangannya terlepas saat Taehyung mulai menuruni tangga batu untuk mencapai tempat Changkyun berada.

    Berada di anak tangga batu nomor dua, Taehyung menghentikan langkahnya dan mengulurkan tangannya pada Hwagoon yang kemudian mengulurkan tangannya dan mengikuti langkah Taehyung menuruni tangga batu.

    Namun baru dua anak tangga, dia di kejutkan oleh Taehyung yang tiba-tiba mengangkat tubuhnya. Membuat satu tangannya refleks berpegangan pada bahu Taehyung sedangkan tangan lainnya menyentuh dada Taehyung.

    "A-aku bisa berjalan sendiri." perkataan yang terucap dengan begitu gugup.

    "Mulai hari ini, aku akan benar-benar menjagamu."

    Semburat merah tiba-tiba muncul di kedua pipi Hwagoon yang segera menunduk, tak ingin jika ia tertangkap oleh Taehyung meski Taehyung sendiri sudah melihatnya dengan jelas.

    Taehyung lantas kembali menuruni anak tangga dan dengan hati-hati naik ke atas perahu. Setelah berhasil berdiri di atas perahu, Taehyung merendahkan tubuhnya dan menurunkan Hwagoon dengan sangat berhati-hati, tak ingin menyakiti wanita yang saat ini mulai mendapatkan sepenuh hatinya yang pernah terpecah sebelum pertemuan mereka kembali.

    Setelah mendapatkan tempat yang nyaman bagi Hwagoon, ia sendiri pun mengambil tempat duduk yang berada tepat di sebelah Hwagoon, tepatnya di ujung perahu. Sedangkan Changkyun yang sedari tadi duduk di sudut lain pun mulai menggerakkan dayungnya dan membawa Tuan beserta istri untuk mengelilingi danau pagi itu.

    Sejenak kecanggungan menyelimuti ketiganya dan saat itu Taehyung sadar bahwa Hwagoon berusaha menghindari kontak mata dengannya. Hal itu justru ia manfaatkan untuk memperhatikan wajah sang calon ibu dari anaknya yang sekian lama tak ia lihat. Hingga tangannya terangkat untuk menyingkirkan beberapa helai rambut yang membuatnya terganggu. Saat itu pula pandangan keduanya kembali di pertemukan.

    "Bagaimana keadaanmu?" pertanyaan itu terucap oleh mulut Taehyung.

    "Hamba baik-baik saja."

    "Tidak adakah hal yang ingin kau tanyakan padaku?"

    Hwagoon menggeleng. Sekalipun dia memiliki sesuatu untuk di tanyakan, dia lebih memilih untuk menyimpannya sendiri.

    "Jika begitu, aku ada."

    Taehyung sejenak memandang Changkyun yang juga melihat ke arah mereka tanpa menghentikan pergerakan kedua tangannya yang terus mendayung, seakan tengah meminta izin sebelum pandangannya kembali terjatuh pada Hwagoon.

    Kedua tangannya kemudian terulur pada Hwagoon dan mendapatkan punggung wanita muda itu yang kemudian ia tarik dengan lembut ke dalam rengkuhannya. Hwagoon sempat terkejut, namun ia tak memberontak ketika sebuah usapan jatuh pada bagian belakang kepalanya hingga turun ke punggungnya. Memberikan sebuah kenyaman yang selalu ia rindukan setiap waktunya.

    Pergerakan tangan Taehyung terhenti pada punggung sempit Hwagoon. Mulutnya pun lantas terbuka untuk berucap. "Aku pikir, aku sudah bisa memberikan sepenuhnya hatiku padamu."

    Sebuah gumaman yang membimbing Hwagoon mendongakkan wajahnya dan mempertemukan pandangan keduanya dalam jarak yang begitu dekat.

    Taehyung kembali berucap, "aku bisa memberikan seluruh hatiku untuk mencintaimu, sekarang."

    Taehyung lantas memutus jarak di antara keduanya, mendaratkan ciuman lembut pada bibir Hwagoon yang segera memejamkan matanya. Merasa sangat terkejut namun juga ingin menangis.

    Changkyun yang menjadi saksi atas pengungkapan cinta dari Tuannya pun menjatuhkan pandangannya hingga salah satu sudut bibirnya yang perlahan terangkat, menjadikan seulas senyum tipis yang hanya bertahan beberapa detik.

     Taehyung menjauhkan wajahnya, mempertemukan tatapan keduanya untuk yang kesekian kalinya. Ia sekilas memandang Changkyun yang menghindar untuk melihat mereka dan hal itu membuat kedua sudut bibirnya terangkat menjadi seulas senyum yang kemudian ia jatuhkan pada Hwagoon.

    "Changkyun menertawakanmu."

    Changkyun mengangkat wajahnya, namun Hwagoon justru menyembunyikan wajahnya. Dia memeluk Taehyung, meredam rasa malu bercampur bahagianya dan saat itulah terdengar kekehan ringan keluar dari mulut Taehyung sebelum tawa ringan itu memudar ketika pandangannya kembali di pertemukan dengan Changkyun.

    Senyum Taehyung terbalaskan ketika Changkyun mengalihkan pandangannya dan tak mampu menahan sudut bibirnya untuk tidak terangkat. Pada akhirnya wajah dingin pemuda itu terlihat lebih hangat ketika seulas senyum tipis melukis rahang tegasnya.

    Setelahnya semua berlalu hanya dengan keheningan di saat tak ada yang berusaha untuk bersuara. Dan setelah cukup lama menghabiskan waktu di atas permukaan danau, Taehyung menyuruh Changkyun untuk menepikan perahu ketika di rasa bahwa sepertinya Hwagoon tertidur dalam pelukannya.

    "Dia tidur." gumam Taehyung memberitahukan pada Changkyun di saat keduanya masih berada di posisi masing-masing.

    "Tidak biasanya dia seperti ini. Apa semua wanita yang sedang hamil akan seperti ini?" Taehyung kembali berucap.

    "Apa maksud Putra Mahkota?"

    "Dia berbeda, sangat berbeda sejak terakhir kali aku melihatnya."

    Changkyun turut merenung karna jujur bukan hanya Taehyung yang merasa bahwa sikap Hwagoon sangat berbeda, melainkan dirinya sendiri. Sejak ia melihat Hwagoon sebelumnya, dia menangkap perbedaan yang sangat tampak di raut wajah sang Putri Mahkota.

    "Mungkinkah telah terjadi sesuatu saat aku pergi?" suara Taehyung yang kembali menarik perhatiannya Changkyun.

    "Hamba pikir bukan itu sebabnya."

    "Lalu?"

    "Hamba pernah mendengar, bahwa wanita akan bersikap seperti itu ketika sedang mengandung."

    Taehyung mengulum senyumnya, tak habis pikir dengan perkataan Changkyun. "Dari mana kau mendegarnya?"

    "Ibu hamba pernah mengatakannya kepada hamba."

    "Apa yang beliau katakan padamu?"

    "Ibu hamba mengatakan bahwa sikap kasar dan angkuh Putri Mahkota akan luntur ketika Putri Mahkota mengandung. Mohon maaf atas kelancangan hamba ini."

    Bukannya marah, Taehyung justru menarik senyumnya dengan begitu lebar. Mungkinkah sikap Hwagoon saat ini adalah bawaan dari sang calon bayi yang berada dalam perut istrinya tersebut.

    "Apa lagi yang pernah kau dengar dari beliau tentang wanita yang sedang mengandung?"

    Changkyun tak langsung menjawab, dia sejenak terdiam karna merasa aneh dengan pertanyaan Taehyung. Kenapa tiba-tiba melakukan konsultasi perihal tentang wanita hamil padanya. Bahkan dia masih belum memiliki pasangan.

    Menyadari garis wajah Changkyun, Taehyung pun kembali menarik senyumnya dan berucap, "aku hanya ingin berusaha memperlakukan istriku dengan semestinya."

    Changkyun lantas memberikan jawaban, "menurut ibu hamba, wanita yang sedang mengandung akan cenderung lebih sensitif. Hati mereka bisa terluka hanya dengan hal-hal kecil sekalipun."

    Mendengar hal itu, Taehyung pun menjatuhkan pandangannya pada Hwagoon yang masih berada dalam pelukannya. "Jadi, bukankah mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati lagi?" gumamnya yang lebih di tujukan kepada diri sendiri.

    Mereka pun kemudian turun dari perahu dengan Taehyung yang mengangkat tubuh Hwagoon dengan hati-hati dan membawanya kepada para Dayang yang telah menunggu mereka di tempat sebelumnya. Saat itu, Dayang Choi yang melihat kehadiran mereka pun tampak terkejut dan segera berlari dengan panik di ikuti oleh para Dayang junior di belakangnya.

    "Putri Mahkota." ucap Dayang Choi, sarat akan kekhawatiran.

    "Dia hanya tidur."

    "Tidur?" para Dayang saling bertukar pandang, sama-sama bingung dengan perkataan Taehyung. Bagaimana mungkin Putri Mahkota mereka tidur sepagi ini.

    "T-tapi, tapi ini masih terlalu pagi bagi Putri Mahkota untuk tidur, Putra Mahkota." ucap Dayang Choi sembari menundukkan kepalanya.

    "Tidak apa-apa. Jika dia tidak bangun, jangan di bangunkan. Biarkan dia bangun atas kehendaknya sendiri."

    "Y-ye, ye."

    Taehyung lantas berbalik menghadap Changkyun. "Aku ingin menemui Baginda Raja, bisakah kau mengantarkan Putri Mahkota kembali ke paviliun?"

    Changkyun sempat meragu, namun setelah netra keduanya di pertemukan, pemuda itu pun mengangguk. Perlahan Taehyung memindahkan Hwagoon dari tangannya ke tangan Changkyun dengan sangat berhati-hati seakan sedikit gerakan yang berlebihan bisa menyakiti istrinya.

    "Pergilah!" ucapnya ketika Hwagoon telah berpindah tangan.

    Changkyun kembali mengangguk dan setelahnya berjalan melewati Taehyung yang mengantarkan kepergiannya dari tempatnya. Para Dayang di hadapan Taehyung segera menundukkan kepala mereka sebelum mengikuti Changkyun berjalan menjauhi area taman.

    Saat itu seulas senyum kembali terlihat di kedua sudut bibir Taehyung yang kemudian membimbing langkahnya untuk berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan rombongan sebelumnya meninggalkannya.

    "Sekarang, aku akan berusaha untuk menebus dosa yang telah perbuat padamu selama ini."

Selesai di tulis : 22.01.2020
Di publikasikan : 17.02.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro