Blue Rose ; Is it a Red Thread?
"Alright!" Pekik salah satu Anggota tim di klub Voli.
Gymnasium ramai seperti hari hari biasa nya---di penuhi dentuman bola Voli di pagi hari setelah para anggota klub berlari pagi bersama sama. Terlihat Sakusa beserta teman teman se klub nya sedang latihan 3 Vs 3.
Setter Itachiyama dengan tenang mengoper bola kepada Sakusa, "Sakusa!" Pekiknya begitu melihat Sakusa sudah bersiap melompat.
dan boom! masuk poin!
"Baik! Istirahat 15 menit!" Ucap sang pelatih kepada semua yang berada di Gymasium.
Sakusa pun berjalan menuju kursi untuk mengelap keringat nya yang bercucuran kesana-kemari, Ia mengambil botol minum lalu meneguknya. Komori yang di sebelah nya menatapnya aneh, "Sakusa, kau kenapa?" tanya nya.
Sakusa melirik Komori yang sedang mengelap keringat di lehernya setelah itu menaikan alis nya binggung, "Tidak apa apa tuh," jawabnya se ada nya.
"Tapi permainan mu jadi lebih semangat dari biasa, Apa kau sedang good mood?" Tanya Komori.
"Tidak."
Komori terkekeh lalu menggelengkan kepala nya, "Baiklah, Baiklah."
Merasa bahu nya di tepuk, Sakusa menengok ke arah belakang nya. Rupanya itu Kapten tim sekaligus Setter Itachiyama, jempolnya menunjuk ke belakang. "Sakusa-san, ada yang mencari tuh," ucapnya.
Sakusa menaikan alisnya, lagi lagi, "Siapa?"
Tsukasa(?) Lelaki itu menaikan bahunya, "Mizuki, Ia perempuan dari kelas 2-7 katanya,"
Sakusa menghela nafas, itu Mizuki. Lagi. "Oh Baiklah, Makasih Tsukasa."
"Yoo, sama sama."
Komori yang tau Sakusa tidak nyaman dengan Gadis itu dengan gerakan gesit langsung ingin mendatangi Gadis itu namun ditahan oleh Sakusa, "Tidak usah, biar Aku saja,"
Komori mengangguk paham, "Oh, begitu. Baik,"
Sakusa berjalan menuju pintu Gymnasium menatap Gadis itu tak suka, "Ada perlu apa?"
Mizuki tersenyum semanis mungkin di depan Sakusa lalu menyodorkan Bento padanya, "Ini! Kubuatkan untukmu!"
"Tidak usah, Aku malas takut ada bakteri dalam makanan mu itu," lalu melenggang pergi setelah mendengar istirahat telah habis.
Mizuki dengan kesal mendecih, "Sakusa sialan!" gumamnya.
Di sisi lain. Ada (YourName) beserta Teman Teman tercinta sedang berdiskusi tentang kerja kelompok Mereka, (YourName) mencepolkan rambut miliknya karena gerah, tak salah lagi Musim Panas.
Sembari Mereka diskusi, Mereka memakan bento milik mereka. "Shinji sialan! Jangan ambil omlete keju milikku!" Pekik Mayako, setelah melihat omlete tercinta nya di ambil satu oleh Shinji.
Shinji yang kena jitak Mayako, tidak terima. Kesakitan. "Sakit bodoh!"
"Rasain! Emang enak!?" Ledek Mayako.
Mendengar mereka bertengkar sudah rutinitas Makoto dan (YourName) saat Kedua nya bertengkar sedangkan Mereka berdua bisa makan dengan tenang seolah inilah kedamaian.
Makoto memberikan satu Onigiri pada (YourName), "Untukmu," ucapnya begitu sambil tersenyum.
"Ah, Makasih ya,"
"Tak masalah, Oh iya, kudengar kau akan ikut Olimpiade Matematika ya?" Tanya nya.
(YourName) mengangguk mantap, "Iyaa, benar sekali. Jujur saja, Aku cukup gugup meskipun sering ikut Olimpiade. Entah kenapa, Aku sedang tak yakin," lirihnya.
Akhir Akhir ini, pikiran nya kacau. Selalu Overthinking diam diam, takut mengecewakan Ibunda tersayang dan Kakak nya itu. Makoto langsung tersenyum dan menepuk pelan bahu sahabat perempuan nya, "Tak apa kok. Aku tau ini susah, percayalah pada kemampuan dirimu nanti ku bantu jika ada yang susah saat latihan,"
Mata (YourName) berbinar binar, "Benarkah?"
Makoto tersenyum lalu mengelus puncak kepala gadis itu, "Tentu! Akan ku lakukan apapun asal membantu bagimu."
(YourName) mengancungkan jempol pada Makoto, "Kau memang terbaik!"
"Mayako! Jangan ambil Mochi strawberry milikku!"
"Habisnya Kau mengambil omlete ku!"
Makoto menghela nafas mencoba untuk sabar, "Sudahlah. Tak apa, kan jadi adil. Mayako dapet Mochi, Shinji dapat Omlete," jelasnya.
Kedua nya mengambek satu sama lain, terlihat seperti ada kobaran api di kedua nya.
"Sudah-sudah, Aku pusing mendengar anjing dan kucing bertengkar."
(YourName) membersihkan bento miliknya begitupun Makoto sedangkan Shinji dan Mayako sibuk menghabiskan dessert yang diberikan Ibu Mereka, "Aku dan Makoto ke ruang guru, Kalian habiskan secepat mungkin..." (YourName) menatap jam dinding di kelas lalu kembali membuka suara, "...Sisa 25 menit."
Shinji dan Mayako memgangguk paham, "Selamat pdkt!" Sahut Shinji.
Dengan cepat Mayako menempeleng kepala Shinji. Shinji mengeluh ke sakitan untungnya Makoto dan (YourName) tidak dengar, "Shinji bego! Nanti bisa ketahuan kalau Makoto suka (YourName)," ucap Mayako.
Shinji mengibaskan rambutnya kebelakang, "Astaga, kenapa Aku bisa lupa? Baiklah, Maaf. Tapi kenapa Makoto tidak bilang saja, sih?" Tanya Shinji.
Mayako menunduk kebawah, "Ia tak ingin merusak persahabatan Mereka berdua, Makoto takut (YourName) jadi pergi."
"Iya juga."
Shinji menatap Mayako dalam, Seandainya Mayako tau kalau Shinji juga sama hal nya seperti Makoto.
🌊🌊🌊
Terlihat bocah lelaki dengan rambut keriwil sedang balik ke kelas setelah ganti baju dan membeli minuman es yang sudah di semprot oleh Hand Sanitizer miliknya. Ia menaiki tangga satu persatu, rasa kantuk menyerang namun masih ada pelajaran sampai sore nanti. Setelah naik mau menuju kelas di depan sudah ada Ruang guru, Ia melihat (YourName) dengan lelaki lain sambil tertawa bersama.
Sakusa tidak munafik, Ia tidak perduli. Ia menatap lelaki di sebelah (YourName), Lelaki itu cukup diketahui banyak orang, Ia anggota Osis di sekolah ini rupanya.
"Sial, kenapa Aku kesal?" gumamnya pelan, Ia menggertakan gigi nya kesal. Tak tau alasan yang jelas.
Dengan cepat Ia kembali ke kelas sudah sisa 15 menit lagi, "Siapa Anggota OSIS itu? Apa Ia pintar juga? Anak klub mana? Kok bisa dekat (YourName)? Ah sial, kenapa Aku peduli? Siapa juga yang perduli, tsk." Gumamnya kacau. Ia menggumam dengan lucu.
Sakusa ingin mengintrogasi laki laki sialan itu.
Dia siapa nya?
Tapi Sakusa kenapa jadi begini?
Pikiran nya kacau, Ia mendecih kesal berkali kali. Lalu Ia menabrak badan kecil di hadapan nya, "Aduh, Tcih. Lain kali berjalan hati hati," dumel nya.
Itu (YourName) dan dimana laki laki itu?
"Sakusa?" Tanya nya.
"Sedang apa Kamu di kelas 2-5?" Tanya Sakusa.
(YourName) menunjukan telunjuknya pada kertas yang berceceran di lantai. "Ini, Yuuna-sensei minta tolong bawakan kertas ulangan Kalian,"
Sakusa dengan gercap membantu keetas berserakan. Toh, salahnya juga, kasihan kalau tidak dibantu.
"(YourName), Nilai ku 90," sahutnya.
[fyi ; sakusa memang termasuk siswa pintar di kelas.]
Netra (YourName) berbinar, Ajaran nya berhasil dan sukses!
"Woah! Benarkah? Selamat!" Ucapnya lalu bertepuk tangan pelan.
Sakusa tersenyum di balik maskernya. Menutupi rona merah bagai kepiting rebus saat melihat Manik mata lembut (YourName) yang menggemaskan. "Iya terimakasih berkat dirimu," ucap Sakusa.
(YourName) menyikut Sakusa lalu mengedip mata nya, "Ku tunggu traktiran udon ya!"
Sakusa mengangguk, "Iya, Iya. Akan ku traktir,"
"Itu bagus! Mau kapan?" (YourName) membawa setengah tumpuk kertas karena setengahnya di bawa oleh Sakusa, kedua nya berjalan menuju kelas.
"Hari rabu sore saja. Aku ada ekskul sore ini," jelasnya.
(YourName) tersenyum dan menautkan jempol dan telunjuknya menunjukan 'Oke' lalu melenggang pergi.
Sakusa menggeleng melihat sikap nya yang tidak bisa diam itu, Dia memang tak suka orang petakilan macam cacing kepanasan namun (YourName) merubah pikiran nya.
Sakusa tersenyum tipis dibalik Maskernya.
Rupanya tidak buruk menjalin pertemanan dengan Gadis itu.
Disisi lain, lagi. (YourName) melirik kesana kemari mencari sosok sahabat lelaki nya itu, Ia mengrejap berkali kali yang Ia lihat kini Makoto sedang didepan jendela. Angin menerpa wajah milik lelaki itu, Makoto melambaikan tangan nya pada (YourName) sembari tersenyum pada gadis itu.
(YourName) tau, Makoto memiliki rasa lain sekedar teman pada nya. Karena mata Makoto menjelaskan itu semua.
"Makoto!" Panggilnya sambil berlari kecil.
"Ada apa?" Tanya nya lembut.
Netra (YourName) semakin melembut, tersenyum pada sosok laki laki di hadapan nya. Makoto terkejut, Ini bukan senyuman yang (YourName) tunjukan pada nya seperti biasa---hati nya merasakan kehangatan ketika melihat senyuman itu. Di benak Makoto hanya satu, Makoto ingin memiliki nya apapun caranya asal itu baik caranya.
"Ayo, kembali ke kelas. Sudah waktu belajar sejarah," tawar (YourName), Ia menarik jemari Makoto.
Makoto tersenyum, "Iya, ayo kita pergi."
Sayangnya, (YourName) hanya menganggap nya sebagai Sahabat nya saja.
🌊🌊🌊
Pagi dini hari pun datang tak terasa sudah hari rabu. Gadis itu sudah hampir 3 Minggu tidak olahraga sama sekali bahkan stretching saja tidak, yaa meski hanya 'mengulet' saat pagi hari saja, sih. (YourName) celingak celinguk, dimana ikatan rambutnya? Inilah kenapa Ia selalu berdoa agar ikatan rambutnya tidak hilang saat mentari bangun dari tidurnya.
"Ibu! Dimana ya ikatan rambut punyaku?" Tanya nya, Ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu.
Ibu nya yang sedang menyiapkan sarapan langsung mendatangi putri bungsu nya, "Cari dulu pasti ada. Carilah pelan pelan,"
"Tidak ada bu, tadi (YourName) sudah mencari dimana dimana," lirihnya.
Ibu nya menghela nafas, "Hahh, awas saja kalau Ibu sampai ketemu ya," ancam nya.
(YourName) meneguk air liur nya berharap tebakan ibu nya salah kali ini. Ibu nya pun datang dengan ikatan rambutnya yang dari kamar mandi, "Lalu jika tidak ada, Ini apa?"
(YourName) terkekeh malu, "Ehehe, Iya maaf bu. Aku lupa,"
Ibu nya menepuk puncak kepala putrinya, "Lain kali cari pelan pelan. Sudah lari pagi dulu sana, kamu juga sudah bantu Ibu masak."
"Iya Bu." Ucapnya, Ia langsung menuju pintu depan dan memakai sepatu sport miliknya yang berawarna putih dan coklat.
"Aku berangkat!" Pekiknya sembari buka pintu.
"Berhati hati lah!"
(YourName) memulai stretching terlebih dahulu, mulai dari kepala sampai kaki dan tentu hitungan dari 1 sampai 8 layaknya sedang persiapan senam di sekolah. Lalu Ia lari di tempat dahulu, biar tidak kaget.
Dan Ia pun Jogging di pagi hari. Tak lupa kedua Earphone tanpa kabel yang kini berteger di telinga miliknya.
Kaki nya capek saat sudah Jogging santai hampir 20 Menit, Ia pun meneguk Air Mineral yang Ia beli di toko terdekat. Manik nya mendapatkan Seorang Laki-Laki yang sedang duduk dengan memakai baju olahraga santai sepertinya Ia habis Jogging juga, pikir (YourName).
"Eh? Sakusa-san?" Panggilnya pelan.
Lelaki itu menengok, "Kenapa?"
(YourName) menaikan alisnya, "Bukan nya seharusnya Aku yang tanya, ya? Kan rumahmu jauh disini niat sekali hanya untuk Jogging,"
"Bukan urusanmu. Aku bosan di daerah rumah ku saja," jelasnya.
(YourName) membulatkan mulutnya membentuk 'O', "Oh begitu. Sakusa-san, berangkat bareng yuk!" Ajak nya spontan.
Sakusa terkejut, apa apaan gadis ini? Frontal sekali, "Hah? Ada apa tiba tiba? Aku tak mau,"
Gadis itu mendecih, "Yasudah sih, kan cuman bercanda,"
"Baiklah, Ayo berangkat bareng."
"HAH!?" Teriak (YourName) kaget.
Sakusa menutup telinga nya, "Bisa diam? Ah, telingaku hampir pecah akibat dirimu. Tutup mulutmu juga, bau dosa."
(YourName) yang merasa sudah sokat gigi langsung mengecek rupanya hanya bobong, "SAKUSA! SINI KAU, KU TENDANG PANTATMU!"
Sakusa langsung berbirit lari duluan---(YourName) kan jadi capek kaki nya mau jadi patah tapi ya tidak se lebay ini sih, tapi karena ini (YourName) jadi ayo sepakati saja di lebay kan. Tentu saja, Sakusa kan sudah biasa Olahraga tak seperti (YourName) yang kerjaan nya rebahan yang tak mau jauh dari Kasur, Dapur, Wifi dan kamarnya. Nafas (YourName) terengah-engah, Ia jelas capek.
"Sok-sok an sekali mengejarku," ledek Sakusa.
(YourName) menatapnya kesal, "Heh! Buktinya ini Aku bisa ngejar,"
Sakusa tertawa pelan, "Tapi Kau keringatan banjir sedangkan Aku tak sampai gitu. Itu karena kakimu pendek,"
"Itu salah mu! Jangan tinggi-tinggi. Dasar galah sialan,"
"Terserah. Intinya kali ini Aku menang."
(YourName) pun mengalah, ogah bertengkar dengan nya. Buang buang tenaga saja, mending tenaga nya dipakai untuk rebahan. Tidak juga sih, Ia binggung mau ngapain jika dirumah selain belajar jadi dari pada binggung mending tidak ngapa ngapain.
Begitu, katanya. Jangan di contoh, sesat.
Kedua nya duduk di kursi taman, mengistirahatkan tubuhnya. Untung (YourName) bawa handuk jadi bisa membersihkan semua keringat. Duh, mana bau ketek lagi untung pake deodorant kan bisa malu nanti pas angkat ketek eh si Sakusa pingsan karena bau ketek yang tidak sopan itu.
Sakusa diam diam memperlihatkan (YourName) yang sedang mengikat rambutnya. Bagi nya cantik tapi tidak sudi bilang nanti Harga diri keren nya hilang (read: gengsi).
"Sakusa-san, ngeliatin Aku ya?" Tebak (YourName), Ia merasa aneh rupanya karena Sakusa melihatnya. Tak mau geer jadi lebih baik nanya langsung.
Sakusa yang sedang minum langsung tersedak, "Tidak sudi. Selera ku bukan se rendah dirimu,"
"Dih! Geer sekali! Aku kan nanya 'Sakusa ngeliatin aku ya?' Bukan 'Sakusa-san naksir Aku ya?'..." (YourName) menutup mulutnya tak percaya lalu tertawa puas, "...Waduh, jangan jangan beneran Naksir ya? Cieee," ledeknya.
Sakusa langsung mengeluarkan rona merah di balik maskernya, Ia menutupi itu dengan tangan nya meski tertutup masker. "Dasar bodoh, mimpi mu tinggi sekali."
(YourName) tertawa terbahak bahak, Sakusa menjadi bahan ledekan lucu baginya. Kedua nya semakin dekat tanpa di ketahui dan semakin nyaman.
"Nanti sore. Jangan lupa," ingat Sakusa saat (YourName) sudah selesai tertawa.
(YourName) melakukan pose hormat, "Roger Captain!"
Sial, Ia lucu sekali. Batin Sakusa.
Sakusa terkekeh tanpa Ia sadari, Ia mengacak rambut (YourName). "Itu Bagus, ku tunggu ya."
Kini pipi (YourName) yang merah dan Ia malah menghujat Sakusa di dalam hati nya, Sakusa bodoh! Begitulah kira kira.
"Aku duluan sampai nanti. Kutunggu di halte bus biasa."
(YourName) tersenyum, "Baik. Sampai nanti Sakusa."
"Iya, sampai nanti."
Inilah mengapa benang merah bahaya karena nya, kedua insan ini terikat tanpa kedua nya ketahui.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro