Sweet Coffee
Kurusu Akira x Reader
Requested by sweetschoco
☘☘☘☘
Berlarian di tengah-tengah gerimis hujan bukanlah hal yang diinginkanmu. Kau hanya sedang disibukkan oleh hal lain sampai lupa membawa payung saat itu. Alhasil kini tibalah dirimu di tempat tujuan. Dengan sisa guyuran hujan di beberapa bagian pada pakaian.
Untunglah tempat tujuan menyediakan minuman hangat. Untungnya tempat tujuan adalah ruangan dengan suasana hangat. Tak lupa keberadaan sosok Kurusu Akira memperbaiki rasa kesal di hatimu.
Apa yang kau lakukan di Leblanc Cafe? Katakanlah, mengerjakan tugas kelompok yang menyebalkan dari salah satu guru.
Tujuan utamanya memang itu, tapi tujuan lainnya tentu untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama kekasihmu. Menyadari waktu senggang kalian semakin berkurang dengan segala urusan sekolah. Belum lagi dengan jadwalnya sebagai anggota Phantom Thieves.
Ah, kenapa kau bisa tahu? Itu karena kau adalah satu dari sedikitnya orang yang melindungi identitas asli mereka.
Handuk yang menutupi kemejamu, sementara sweater kini tengah dikeringkan di suatu tempat. Kau mempercayakan pada Akira mengenai apa yang sebaiknya dilakukan; duduk di salah satu kursi pelanggan sementara Akira tengah sibuk dengan segelas kopi yang tak kau pesan.
Sepertinya kau harus bersyukur karena hari ini Leblanc Cafe tutup. Atau keberadaan sang Manager di sana hanya akan membuatmu lebih malu.
Hanya suara rintik hujan yang semakin deras mengisi. Dipadu dengan televisi menyala menampilkan sebuah acara. Sosok Akechi Goro sebagai bintang tamu di dalamnya.
"Bahkan saat hari libur kau menonton berita tentang Phantom Thieves?" itu yang kau ucapkan kemudian. Mengingat pembahasan mengenai sang pencuri bayangan tengah meracuni kota, bahkan saat ini acara yang kalian lihat juga sama.
"Hm ... hanya penasaran," terdapat jeda diantara kalimatnya. Menyiratkan ia sedikit berpikir mengenai pertanyaanmu. Tangannya masih mengaduk kopi dalam cangkir yang sebentar lagi tersajikan. Dan jika harus jujur, indera penciumanmu sendiri telah terbuai dengan aroma itu.
"Baunya enak."
"Oh? Kau bahkan belum mencobanya," diselingi senyuman kecil sembari melirik, Akira membalas. Dirinya kemudian melangkah mengambil tempat duduk di sampingmu. Meletakkan secangkir kopi di atas meja dan berkata, "Silakan."
Rasa pahit bercampur sedikit manis segera menyapu lidahmu. Kala kau menyesap perlahan kopi itu sembari meniup permukaannya yang masih berasap, kau tunjukkan raut wajah puas. Mendapati minuman buatan Akira lebih baik daripada yang kau bayangkan. "Uwaah, ini enak!"
"Hm, tentu saja," bukan sombong tapi begitulah Akira. Percaya dirinya cukup membuatmu terkesan pada setiap kesempatan. Kau tak mempermasalahkan itu. Lantaran dirimu larut dalam rasa menyenangkan yang memanjakan lidahmu. Bahkan mungkin Akira bisa membaca ekspresimu kali ini.
Ekspresi yang seolah berkata; yang seperti ini sangat berharga!
"Kutunggu imbalannya."
"Eh?" Kening berkerut. Secara spontan menoleh. Berpikir dan dengan polosnya kau sahuti dia, "Imbalan ... untuk kopinya?"
Yang menjadi balasan hanyalah anggukan kepala pelan. Meski dirasa kau tak mampu memahaminya secara cepat, otakmu tetap berusaha memproses kata-katanya. Untuk kau dapati di akhir sebuah bentuk protes. Kau mengerucutkan bibirmu sebagai hasil dari pemahaman.
"Kau tak akan memberiku pengecualian?"
"Aku ingin sesuatu yang manis. Yang tidak pernah kudapatkan sebelumnya."
'Ha? Apa lagi itu?' Memilih untuk memendam pertanyaan yang menggebu. Sebaliknya, mengangkat sebelah alismu seraya menatapnya ragu. Mulai menebak-nebak apa yang dipikirkan si rambut kelam bergelombang itu.
Sesuatu yang manis. Tapi jelas sekali dia tak sedang membicarakan makanan.
Tapi, tunggu. Kini otakmu mulai memprosesnya sekali lagi. Sesuatu yang manis ... sejenis perlakuan manis? Kau di antara ingin mempertanyakan dan mengurungkan niat. Hatimu berdegup kencang selama kau membayangkan apa yang sekiranya diinginkan Akira. Alhasil rona merah itu tanpa permisi berjejer rapi.
Menoleh pada Akira, rupanya pemuda itu masih menunggu respons darimu.
"Aku ... mengerti maksudmu. Tapi...," kau memutuskan kalimatmu. Sengaja tak menyambungnya membuatnya terdengar seperti keraguan. Diam-diam melirik ingin tahu reaksi lawan bicara.
"Kalau tidak mau tidak apa."
Nah!
Ketika kepala bergerak secepat kilat mendengar perkataannya, ada kilat gembira di balik irismu yang bersibobrok dengannya. Tapi tidak, ia kini tersenyum lebih manis dari biasanya. Dari sana kau justru merasakan sesuatu yang lebih gawat dari sebelumnya.
Kau tidak sedang berhadapan dengan kematian, kan?
"Mungkin lain kali aku akan menaikkan 'harga' imbalannya."
Ah ... sungguh. Kau tidak bisa lari, bukan?
Dirimu beranikan diri mendekat. Memejamkan matamu takut-takut dan bergerak dalam kecepatan luar biasa. Bibir mengecup pelan pada salah satu pipi Akira. Tepat setelahnya, pemuda itu berbalik menatapmu lurus. Lagi-lagi suasana diantara kalian terisi kesunyian.
Kalian saling berpandangan. Tanpa suara terucap, dan hanya terdengar deru angin dan hujan yang menjadi-jadi di luar sana.
Suara Akechi yang terkekeh pelan di televisi ikut mengisi ruang hampa.
Netramu buru-buru berpindah pada televisi. Sebisa mungkin menenangkan diri agar rona merah yang sebelumnya telah merambah pipi mulai mereda. Kembali meminum kopimu, kau mulai berpikir untuk menghabiskannya detik itu juga.
"Terima kasih atas kopinya."
Tidak ada yang bisa kau lakukan. Hanya menyapu penglihatan sekeliling ruangan dan menjauhi pandangannya. Meski kau bisa merasakan iris gelap itu masih lurus padamu saja. Meski kau merasa perlu untuk mengalihkan perhatiannya darimu segera.
Rasa malu kian menyerbu ragamu dalam kecepatan maksimal.
Dan rupanya, nasib baik menyambutmu. Karena berikutnya kau dengar nada suara panggilan menyapa pendengaran. Bagus! Beruntungnya ponselmu masih terjebak di dalam tasmu jauh di sana. Cukup jauh untuk kau jangkau dari tempat dudukmu berada.
Dengan begini kau bisa kabur dan-
"Yang tadi itu cukup manis."
"He?"
Jemarinya tiba-tiba menangkap lenganmu. Mencegahmu melangkah lebih jauh. Dalam sekejap tubuhmu tertarik kembali mendekat. Jatuh pada pelukan si pemuda. Kau menatapnya. Namun hanya sesaat dalam jarak sekian. Karena berikutnya bibirmu terbungkam oleh miliknya.
Dia menciummu secepat kilat.
"Kau lebih manis daripada kopi, tentu saja."
-fin-
.
.
.
.
...
AAAAAAAAAAAAAAAARGH!!
/flip dat table, flip dis table/
Untuk yang membaca ficlet ini, jika kalian hanya mengikuti anime dari P5 ... aku bisa paham jika kalian merasa Akira terlalu OOC di sini.
Maafkan aku~ image Akira/Ren atau siapalah itu (Joker aja udah) yang melekat di kepalaku adalah sisi charming but fun-nya yang lebih terlihat di game...
Sekali lagi maaf ... dan, Opor-chan kau bahkan udah menunggu lama untuk ff aneh ini :''
Untuk yang berikutnya, aku akan lebih berusaha lagi *-*)9
Request yang akan di-update:
Akechi x Reader
Akira x Reader
Akira x Reader x Akechi
Akira x Reader
Ryuji x Akira's Twin Sister!Reader
Yusuke x Blind!Reader
/melihat ke atas/ Uwaah ... Mak Dil, kau terlalu memanjakan anakmu ini *-*)
Makasih (?)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro