Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Doctor Starla

Ilios masih tidak mau menerima penjelasan Dokter Starla. Tidak peduli jika itu memang kenyataan atau bukan. Itu membuat keduanya berdebat panas dengan argumen masing-masing yang diakhiri dengan Ilios yang harus pergi menyelesaikan pekerjaan.

Amaris yang melerai keduanya undur diri. Dia juga memiliki pekerjaannya sendiri di Camp Kesatria Aencas. Begitu pula undur diri kembali bekerja di tempat pasukan ksatria. Begitu pula Dokter Starla dengan wajah masam kembali, melirik tajam pada Ilios sebelum pergi menuju kamar pasien.

Ruangan kerja kini hanya menyisakan Ilios sendiri. Pria dengan surai perak, serta netra ungunya terpapar sinar mentari yang memasuki jendela. Visualnya begitu damai serta indah, berbanding dengan pikirannya yang tidak bisa fokus pada pekerjaannya setelah perdebatan dengan Starla.

Beberapa orang datang, untuk melapor kondisi ibu kota serta situasi keamanan dalam negeri. Dokumen terlihat menumpuk di atas mejanya seiiring laporan-laporan yang kembali berdatangan. Walau kini dia sangat sibuk, tapi pikirannya tidak bisa fokus.

Dia masih saja gelisah dan memikirkan hal-hal yang selama ini diabaikan. Kenapa hatinya bisa begitu resah karena ucapan orang asing yang tidak tahu menahu tentang dirinya?

"Yang Mulia. Pergilah berjalan-jalan. Sedari tadi Anda sama sekali tidak fokus dalam bekerja." Sky yang baru saja menuangkan teh memberikan saran. Bahkan teh favoritnya tidak disentuh sama sekali. Ilios pasti masih memikirkan kejadian tadi.

Ilios melenguh dengan mata sayu, pikirannya benar-benar kacau sekarang. Mau dipaksa pun yang ada dia hanya mengacaukan pekerjaan. Dengan mengambil cangkir teh di hadapannya, dia langsung menyesapnya dengan cepat. Benar, dia butuh udara segar untuk menjernihkan pikiran.

Ilios menghela napas panjang, segera bangkit. Lantas dia berjalan menuju pintu. "Aku akan berburu. Kemungkinan besar aku akan kembali malam hari." Sekarang dia harus menenangkan diri dengan melakukan hobinya. Setidaknya ini bisa menangkan dirinya untuk sementara.

Sky mengangguk paham, pilihan tuannya sangat tepat. Seperti yang diharapkan. "Bersenang-senanglah, Tuan. Saya akan mengatur tumpukan dokumen sebelum Anda kembali."

Ilios melambaikan tangan keluar ruangan. Dia berjalan menuju kandang kuda dan mengambil peralatan berburu. Dengan peralatan lengkap Ilios sudah siap, lantas memecut kudanya untuk berlari kencang.

Kuda pria itu dengan cepat melaju menembus Hutan Orion. Hutan yang kebetulan berdekatan dengan kediaman Scheinen. Rimbunan pohon pinus dengan aroma khas masuk dalam indra penciuman Ilios membuat suasana hatinya membaik.

Menyiapkan beberapa anak panah sembari kuda melesat, menembus hutan. Dia menghunuskan anak panah, berfokus memburu kelinci yang berjalan di antara semak-semak.

Jleb!

Anak panah itu mengenai salah satu kelinci. Senyum tipis mengembang di wajah pria tampan dengan hati lega. Rambut peraknya berkibar diterpa angin sepanjang jalan dia melesat pergi.

Pria itu memasukan hasil buruan ke dalam karung yang telah disiapkan. Beberapa hewan kecil yang berhasil diburu sudah masuk ke dalam kantong. Lantas menajamkan pendengaran

Srek, srek, srek.

Ilios mengalihkan perhatiannya menuju semak-semak belukar menimbulkan suara dahan patah. Hati-hati dia mulai mendekati semak-semak, mengambil belati dalam sarung kecil, dia menghunuskan dengan awas.

Ketika suara itu mendadak berhenti. Munculah kelinci lain yang langsung tewas oleh sabetan belati. Ilios memasukkan dua kelinci hasil buruannya ke dalam karung. Lantas memulai kembali perburuan, menerobos memasuki hutan.

Entah berapa hewan yang sudah dia dapat. Mulai dari kelinci, tupai, burung, diakhiri rusa sebagai buruan terakhirnya. Bisa kita lihat, betapa lihai dan ahlinya Ilios dalam memburu sebagai sarana hobi yang telah lama dia tekuni.

Langit sudah mulai menjingga. Ilios memecut kudanya, kembali menuju Kediaman Scheinen. Sepanjang perjalanan, pemandangan matahari terbenam terlihat menakjubkan, sesekali Ilios menghentikan langkahnya untuk menikmati pemandangan dengan hikmat.

Setelah sampai di rumah. Ilios menemukan Sky yang menyambutnya dengan hangat. Tampak jelas kalau pria tua itu sudah menunggu kedatangannya dari tadi. "Bagaimana suasana hati, Anda sekarang, Tuan?"

Ilios mengangguk dengan sudut bibir terangkat. "Lumayan." Ilios memberikan kantung besar kepada Sky yang tersenyum lebar. Matanya berbinar menatap hasil buruan Ilios yang sangat banyak. Tuannya benar-benar tidak bisa diragukan soal masalah berburu.

Sky memberikan instruksi pada pelayan lain dan menyerahkan karung besar pada mereka. Dia tersenyum, pria tua dengan rambut hitam mulai beruban tersebut memberikan air minum untuk Ilios yang kini terduduk di teras depan.

"Anda mau rusa panggang, Yang Mulia?" tanya Sky ketika melihat rusa hasil buruan Ilios yang dikeluarkan pelayan. Sebagai jawaban Ilios mengangguk, dia lantas mulai berdiri memasuki rumah menuju kamar untuk membersihkan diri.

Ilios membuka pakaiannya, lantas memasuki bak yang sudah terisi air hangat. Dengan santai dia berendam, sembari melemaskan otot-otot yang kaku. Matanya terpejam dengan nyaman, menikmati istirahat ekslusif yang jarang dinikmati.

Semua terasa begitu damai sebelum perkataan Dokter Starla kembali mengusik pikirannya yang sudah mulai tenang. "Apa Anda tahu apa yang, Putri Anda sukai?"

"Si*lan."

Ilios mendecih sembari mengacak rambutnya kesal. Ketenangannya kembali runtuh hanya dengan mengingat ucapan dokter tersebut. Untuk apa sebenarnya dia terpengaruh dengan ucapan wanita itu?

Mana mungkin Stella tidak mau menemui keluarganya lantaran Androphobia atau omong kosong dokter tersebut. Bukankah dokter hanya melebih-lebihkan? Tidak mungkin seburuk itu 'kan?

Ilios bangkit mengambil selembar handuk mengeringkan tubuhnya yang basah. Setelahnya dia berpakaian dengan baju bersih, lantas turun menuju meja makan.

"Aku akan makan di samping putriku." Ilios berkata demikian pada Aku yang baru saja menarik kursi untuknya. Dengan senyum hangat pria itu mengangguk, setelah mengatakannya Ilios langsung beranjak menuju kamar sang putri.

Benar, coba saja dokter itu menghalangi. Ikatan darah itu lebih kental di banding apapun. Mana mungkin putrinya tidak mau menemui ayahnya sendiri 'kan? Itu sangat mustahil.

Sky yang melihat punggung Ilios yang menjauh menjadi ragu untuk sesaat ketika ingin melaksanakan perintah Ilios. Hingga dia buru-buru menggelengkan kepalanya langsung mengerjakan perintah Ilios. Entah kenapa dia merasa ini ide yang buruk.

Langkah Ilios menyusuri koridor mendatangi kamar sang putri tanpa perizinan sang dokter. Dia melangkah mantap. Tidak ada sama sekali keraguan pada diri Ilios saat ini.

Memangnya kenapa jika dia tidak mengetahui apa yang putrinya sukai? Bukankah dia bisa memulai dari saat ini? Karena itulah sekarang dia mencoba memperbaiki apa yang sudah dia rusak selama ini. Bukankah itu hal yang benar?

Ilios dengan hati-hati membuka kamar sang putri. Ditemani tiga perawat, putrinya ada di sana. Tengah duduk di atas kasur menatap balkon kosong yang terbuka, membelakangi pintu.

Para perawat yang terkejut akan kehadiran Ilios buru-buru memberi peringatan untuk tidak mendekat. Sedangkan Stella yang tidak menyadari kehadiran Ilios masih terduduk dengan pandangan kosong menghadap balkon.

"Yang Mulia. Tolong kembali, ini bukan waktu yang tepat Anda berkunjung." Salah satu perawat menghalangi Ilios mendekat yang langsung dibalas lirikan tajam.

"Minggir, selagi aku masih bicara baik-baik." Perawat itu menggeleng, masih bersikeras menghalangi Ilios mendekat.

Sring!

Belati kecil teracung, tepat di leher perawat yang kini terdiam kaku diiringi perawat lain yang memilih mundur. Darah mulai membasahi belati itu sedikit demi sedikit hingga Ilios menggeser tubuhnya dengan ekspresi dingin. "Jangan mencoba menghalangi langkahku."

Para perawat yang pasrah membiarkan Ilios mendekat. Pria itu menepuk pundak putrinya lembut dengan senyuman hangat. "Putriku, Stella." Ilios memanggil pelan, namun yang didapat bukanlah reaksi positif.

Seakan sudah terprogram, Stella yang merasakan kehadiran lawan jenis di sekitarnya langsung melotot dan meloncat, berusaha mencekik Ilios. Dia kembali kehilangan kontrol.

"MATI KAU BRENGS*K! BAJING*N!" Stella kembali menggila, dengan tertawa lepas ketika berhasil mencekik leher pria di hadapannya.

Sedangkan Ilios yang mendapat serangan tersebut hanya terdiam, tidak melawan sama sekali. Dia tersenyum miris, menatap putrinya yang benar-benar tidak mengenali dirinya.

Para perawat panik, mulai menarik Stella dari sang ayah. Sementara yang lain mencari Dokter Starla untuk membantu. Ilios mengulurkan tangannya merapikan helaian rambut perak sang putri yang menjuntai. Iris ungunya meredup seiring oksigen yang terhenti. Berbanding dengan iris merah sang putri bergejolak penuh amarah.

Sebelum benar-benar kehabisan nafas. Stella berhasil ditarik dua perawat yang mulai kembali mengamuk tidak terkendali. Sementara Ilios kini terbatuk-batuk menghirup kembali oksigen. Dokter Starla yang datang langsung berseru marah pada pria yang kini terbatuk di lantai. "KELUAR! YANG MULIA!"

Namun, Ilios tidak berpindah tempat sama sekali. Dia hanya terdiam, menatap putrinya yang mulai melawan para perawat semakin mengganas. Dokter Starla kembali emosi mendapatkan Ilios yang keras kepala tidak pergi. "Yang Mulia, demi kebaikan putri. Lebih baik Anda keluar sekarang juga."

Ilios yang masih berfokus pada Stella menatap datar sang dokter. "Siapa Kamu? Bisa-bisanya berani memerintah Archduke?"

Dokter Starla sudah tidak habis pikir, apa pria di hadapannya ini masih bisa membahas hal seperti itu? sudah sangat emosi kini mulai meninggikan kembali suaranya. "Jika Anda menyayangi putri. ANDA HARUS PERGI SAAT INI JUGA! Kesehatan mental putri akan terganggu jika Anda melanggar apa yang sudah saya katakan."

Ilios yang masih tidak percaya tetap terdiam, tidak menurut. Dia membawa paham bahwa darah lebih kental dari pada air. Tidak ada yang bisa merusak ikatan darah.

Starla seakan ingin sekali berteriak bodoh pada pria di hadapannya tersebut. Sayangnya dia masih sayang nyawa untuk melakukan hal tersebut.
Starla yang kehabisan akal sangat beruntung. Tatkala Sky yang membawa makanan, menemukan Ilios yang keras kepala tetap menatap sang putri yang tidak bisa dia dekati.

"Yang Mulia, lebih baik Anda kembali. Pekerjaan Anda sudah sangat menumpuk." Sky menarik tangan Ilios berusaha menarik pria itu pergi.

Ilios yang mendengarnya mengangguk, menatap tajam Starla. Seakan tatapan itu mengatakan 'Aku sama sekali tidak percaya denganmu.' Setelahnya Ilios langsung keluar kamar. Starla mengumpat, sebelum dia mulai mengatasi amukkan Stella.

"Nona Stella Scheinen. Tenanglah. Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Tidak ada lagi pria di sini." Starla mulai menenangkan Stella yang mulai
terpengaruh obat penenang. Starla tahu, memakai obat penenang berkepanjangan itu tidak baik untuk tubuh. Karena itu sebisa mungkin kejadian ini tidak boleh terulang kembali.

Andai saja Ilios mengerti ini semua demi kebaikan putrinya. Apakah dia bisa menuruti permintaan Starla untuk beberapa saat? Benar, hanya beberapa saat. Sebelum Stella Scheinen bisa membaik seiring berjalannya waktu.

Bersambung...

23/07/2021

Edit: 16/03/2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro