Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18 - Hari Spesial

Bagi sebagian besar orang, ulang tahun merupakan hari yang paling dinanti setiap tahunnya. Merayakan pertambahan usia bersama dengan orang-orang terkasih, mendapatkan begitu banyak ucapan penuh cinta, dan tentunya memperoleh harapan-harapan baru untuk usia yang baru saja bertambah.

Kai juga merasakan hal serupa. Ulang tahun selalu menjadi momen yang Kai nantikan. Biasanya, akan diadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Kai yang dihadiri oleh kerabat dan juga teman-teman kelas. Setelah perayaan usai, Kai—dibantu Mariam—akan sibuk membuka hadiah yang didapatkan. Perasaan senang ketika mendapat hadiah yang diinginkan senantiasa memenuhi relung hati Kai.

Akan tetapi, semua momen itu hanya bisa Kai ingat dalam kenangan. Sebab, sejak Mariam pergi, tidak ada lagi pesta yang diadakan. Marcel hanya akan meminta bi Tuti memasak nasi kuning dan beberapa hidangan lain untuk merayakan ulang tahun Kai, lalu membiarkan Kai menikmati momen itu sendirian. Kai juga tidak berharap apa-apa dari hari ulang tahunnya itu.

Bertahun-tahun, Kai sudah terbiasa dengan semua itu. Dan, barangkali, pada usia ke-17 ini, Kai juga akan melewatkan ulang tahunnya seperti tahun-tahun yang lalu.

Lima menit menuju jam 6, Kai sudah siap dengan seragam sekolahnya. Hari ini, Kai berangkat awal lagi. Sean yang memintanya seperti itu. Katanya, ada sesuatu yang ingin ditunjukkan. Tanpa bertanya lebih lanjut, Kai mengiyakan Sean. Lagi pula, jam pelajaran pertama nanti ada ulangan Matematika. Hitung-hitung Kai sekalian datang awal agar memiliki waktu untuk kembali belajar sebelum ulangan dimulai nanti.

Kai menuruni tangga dengan perlahan, kemudian berbelok ke arah dapur. Seperti biasa pada tahun sebelumnya, nasi kuning dan beberapa jenis masakan lain sudah tersedia di meja pagi ini. Namun, ada yang menarik perhatian Kai di sana.

Sebuah kue ulang tahun yang didominasi oleh warna merah muda kesukaan Kai dilengkapi dengan topper happy birthday dan beberapa hiasan kupu-kupu di atasnya. Jangan lupakan, dua buah lilin berangka 1 dan 7 yang sudah menyala di atas kue itu.

Kini, pandangan Kai benar-benar fokus pada kue cantik itu. Sebuah senyuman terukir di wajah Kai.

Kue ini ... tidak mungkin bi Tuti yang membelinya. Maka, kemungkinan satu-satunya adalah papanya sendiri.

"Happy birthday to you, happy birthday to you ...."

Kemudian, dari arah dapur, Marcel dan bi Tuti keluar sambil menyanyikan lagu ulang tahun.

"Happy birthday, happy birthday, happy birthday Kaianna."

Selesai lagu itu dinyanyikan, Marcel dan bi Tuti secara bergantian memberikan ucapan selamat ulang tahun serta beberapa harapan untuk Kai.

"Selamat ulang tahun, Putri Papa. Selamat berusia 17 tahun. Semoga kamu selalu bisa menggapai apa yang menjadi impian kamu."

"Selamat ulang tahun, Non Kai. Bibi selalu berdoa yang terbaik untuk Non. Semoga Non bisa tumbuh menjadi anak yang kelak bisa membanggakan orang tua."

Setetes air seketika meluncur bebas dari pelupuk mata Kai. Bertahun-tahun, barangkali ini adalah momen yang begitu Kai rindukan dan hari ini, pada pertambahan usianya yang ke-17, semua momen tersebut kembali Kai rasakan secara nyata.

Perayaan kecil, kue ulang tahun, Marcel, bi Tuti, dan harapan-harapan kecil yang mereka lambungkan adalah kado terindah bagi Kai.

Jika Kai bisa meminta, Kai hanya ingin semua kebahagiaannya ini bisa berlangsung lama.

Semoga kali ini, tidak ada lagi yang berniat merusak kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang membuat Kai ingin terus hidup dan menjadi berguna bagi orang-orang di sekitarnya.

🌟

"Makasih, Pa. Papa udah nganterin Kai ke sekolah. Makasih juga untuk kue ulang tahun dan harapan-harapannya untuk ulang tahun Kai hari ini," ujar Kai ketika mobil Marcel berhenti tak jauh dari gerbang sekolah.

Hari ini, Marcel menawarkan diri untuk mengantarkan Kai sekolah. Kai tentu dengan senang hati menerima tawaran itu. Rasanya, Kai nyaris tidak percaya bila hari di mana ia bisa kembali dekat dengan Marcel akan tiba.

"Iya, Kai. Sama-sama. Papa juga mau minta maaf. Maafin Papa karena sejak mama pergi, Kai nggak pernah ngerayain ulang tahun Kai lagi. Bukannya Papa lupa atau Papa nggak mau, Papa cuma nggak tahu gimana ngerayain ulang tahun kamu. Papa terlalu takut kalau harus membuat kamu kecewa lagi."

Pernyataan Marcel barusan nyaris membuat Kai ingin kembali menangis. Namun, mengingat habis ini ia masih harus bersekolah dan menemui banyak orang, Kai berusaha untuk menahan air matanya agar tidak menetes.

"Iya, Pa. Kai paham, kok. Yang terpenting adalah di ulang tahun kali ini, Kai bisa ngerayain ulang tahun bareng Papa dan bi Tuti."

Marcel mengelus puncak kepala Kai dengan lembut, lalu menciumnya cukup lama.

"Pa, Kai masuk dulu ya. Soalnya ada janji sama Sean pagi ini."

"Sean anaknya Kasih?" tanya Marcel.

Kai mengangguk pelan. Gadis itu lantas berpamitan kepada Marcel dan turun dari mobil. Kai melambaikan tangan kepada Marcel, sebelum masuk ke area sekolah.

Tanpa meletakkan tasnya di kelas, Kai langsung menuju rooftop, tempat di mana Sean mengajaknya bertemu. Sepertinya, sejak hari di mana Kai bertemu dengan Sean di rooftop, tempat itu menjadi markas mereka berdua.

Saat tiba di rooftop, Kai tidak mendapati seorang pun di sana. Kai hendak mengambil ponsel untuk menelepon Sean. Namun, suara langkah kaki di belakang membuat Kai menoleh.

"Selamat ulang tahun, Kai!"

Sean berdiri tepat di belakangnya dengan membawa sepotong kue red velvet lengkap dengan sebuah lilin menyala di atasnya.

"Sean?"

"Make a wish dulu, Kai."

Mendengar itu, Kai lantas memejamkan mata dan mengucapkan beberapa baris kalimat yang menjadi harapannya. Setelah itu, Kai kembali membuka mata dan meniup lilin itu hingga padam.

"Makasih banyak, Sean."

"Tunggu sebentar, aku masih punya sesuatu untuk kamu. Kamu bisa bantu aku pegang kuenya dulu?"

Sean lalu pergi entah kemana meninggalkan Kai. Tidak lama kemudian, laki-laki itu datang membawa sebuah kotak berukuran sedang.

"Apa ini?" tanya Kai. "Boleh aku buka?"

"Silakan."

Ketika kotak itu terbuka, Kai mendapati sebuah buku dengan cover yang begitu estetik di sana. "Buku diari?"

"Iya, seandainya nanti kamu sedang ada masalah dan nggak nemuin satu orang buat diajak cerita, kamu bisa meluapkan semua masalah itu di sana ...," Sean menggantungkan kalimatnya, "Meski aku lebih suka kalau kamu cerita sama aku."

Kai tersenyum kecil mendengar kalimat Sean. Sebuah cerita yang begitu unik untuk sebuah hadiah buku diari.  Meski begitu, Kai tetap berterima kasih kepada Sean.

"Oh iya, aku baru ingat. Dulu waktu kamu buka loker aku untuk masukin cokelat, kamu bisa tahu kode sandi loker aku, dari mana kamu tahu tanggal ulang tahun aku?"

"Kai, mungkin kedengarannya ini cukup mengerikan, tapi kamu percaya kalau aku tahu hampir semua tentang kamu?"

"Bercanda, Kai.  Aku tahu karena nggak sengaja ngebaca data kamu di formulir pemilihan jurusan waktu itu."

🌟

"Kaiii, hepi besdeiii manusia paling baik hati dan nggak pelit sepanjang masa!"

Kai nyaris menutup mulut Sana yang berteriak kepadanya hingga menggema di sepanjang koridor ketika Kai hendak berjalan menuju kelas.

"Ciee, udah sweet seventeen aje nih! Udah makin tua kamunya. Selamat ulang tahun, yaa. Semoga Kai semakin bersinar lagi dalam mengharumkan nama bangsa dan negara," ujar Sana berkelakar.

"Eh, aku punya hadiah untuk kamuu." Sana lalu menarik Kai untuk segera menuju bangku mereka. "Taraaa! Tapi aku malu. Nanti kamu bukanya di rumah aja, ya ya ya?"

Kai merasa gemas dengan tingkah teman sebangkunya satu ini. "Iya, Sana sayang. Terima kasih banyak, ya.

"Sama-sama, Kai. Eh iya, aku mau kepo deh. Sebenarnya, kamu ada hubungan apa sama Sean yang waktu itu makan bareng kita di kantin?"

Pertanyaan Sana membuat Kai mengernyit. "Hubungan?  Oh, Sean itu anaknya teman papa dan mama aku."

"Waktu itu kok kamu kayak nggak kenal?"

"Aku juga baru tahu, San waktu pergi ke kantor papa minggu lalu."

"Oh gitu. Pantasan dia juga nge-posting kamu di story-nya. Terus, ngucapin selamat ulang tahun dan nge-tag kamu. Nih, coba lihat," ujar Sana sambil mengarahkan layar ponselnya kepada Kai.

Ternyata benar, Sean memosting dirinya di story Instagram lelaki itu, setelah kemarin keduanya baru resmi saling mengikuti di Instagram.

Foto itu seperti Sean ambil ketika Kai memejamkan mata saat mengucapkan harapan tadi. Tanpa sadar, bibir Kai membentuk lengkungan ke atas.

🌟

Author's Note:

Today is Kai's birthday. Happy birthday, Kai! Yeyy sudah sweet 17 yaw.

Pastinya, Kai merasa bahagia karena di ulang tahun yang ke-17 ini, Kai udah bisa rayain sama papanya. Belum lagi, kehadiran orang-orang terkasih lainnya yang senantiasa mewarnai hidup Kai.

Kalau kalian, bagaimana kalian melewatkan pertambahan usia yang ke-17?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro