Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

In Mind

Ada sesuatu yang akhir-akhir ini menganggu pikiranku. Ini bukan pikiran serumit ‘Bagaimana kamu melihat dirimu lima tahun ke depan?’, dan sepuluh detik berikut kamu habiskan untuk sebuah cengiran, berharap si penanya terhipnotis lalu melupakan sepuluh detik canggung dan mematikan barusan.

Bukan pula sesimpel, ‘bentar makan bakso atau gado-gado ya?’. Simpel emang, karena akhirnya kamu memilih makan gado-gado, juga bakso tusuk sebagai cemilan.

Pemikiran ini berada dalam zona medium. Tidak sulit, tidak mudah juga.
Sesuatu yang tidak pernah kupikirkan dikumandangkan dalam percakapan paling biasa ketika mengobrol dalam suatu kelompok.

“Jangan Febi, Febi belum pecah telor. Masih hijau, belum pernah pacaran!”

Velda terkikik, lebih mirip jeritan tikus terjepit. Jari lentiknya menutupi mulut, mempertontonkan logam tipis dengan ornamen batu mengilap melengkung pada jari manisnya.

Tunangannya, Fabio, cowok pomade berkacamata bulat, disela usahanya menarik napasnya yang pendek-pendek, menimpali, “Loh, tidak apa-apa, dikenalin saja sama adikku. Lumayan, tambah-tambah teman.”

Banyak hal berputar dalam otakku, begitu tumpang tindih hingga fungsi otakku terasa berhenti. Otot wajah mengambil alih, menarik ujung bibirku ke atas dan membuka, membuatku cengengesan.

Selanjutnya, suara Paul Jason Klein menggema di seluruh ruangan. Aku menatap balon-balon ungu yang mengudara, menutupi cahaya lampu, memendarkan warna ungu muda ke dinding. Obrolan orang-orang di sekelilingku terdengar seperti TV rusak.

Perasaan aneh menyusup masuk. Tak bisa dihentikan dengan makanan pencuci mulut manapun. Tidak pernah pacaran bukan kesalahan tapi kenapa ada perasaan malu ketika mendengar orang lain membicarakannya?

Memang apa salahnya menjadi jomblo? Kami hanya orang-orang mandiri yang belum melihat faedah dari penambahan status pada panggilan kami.

Atau mungkin.., kami memang menyedihkan.

Terus mengatakan ‘aku berbeda’ tapi di saat bersamaan mengharapkan seseorang menemaniku melewati percakapan canggung barusan. Mengharapkan orang yang tidak mengingat tanggal jadian tapi mengingat berapa shoot untuk membuatku terjaga. Lalu menemanimu dari telepon sampai tertidur.

Suatu saat aku ingin menemukan ‘dia’. Dalam cara paling biasa, tapi kalau diingat-ingat begitu bermakna.

Segelas minuman campuran warna biru-oranye berada di depan mataku. Milik pria ceking dan kumis tipis-tipis depannya.

“Sendirian?” tanyanya, sambil tersenyum.

Kutempelkan ponsel ke telinga. “Halo?”

Atau mungkin lain kali.

- Tamat -

Ditulis oleh: none1306

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro