Cicak
Gemerisik dedaunan mengalun merdu diterpa angin. Suara jangkrik bersahutan dengan penghuni malam lainnya. Gerombolan tikus sesekali terdengar memekik saling berebut makan malam. Alam semakin menggelap, tiupan angin membuat pohon merasa kalut. Aku barusaja membersihkan diri. Meratapi kamar bak kapal pecah sejak siang tadi. Bagaimana aku akan tidur nyenyak? Dengan sisa tenaga dari kamar mandi kupaksakan merapikan area yang biasa dijadikan tempat semedi. Buku dikembalikan ke tempat semula, kupunguti kulit kacang dan kuwaci. Dimalam hari ibuku melarang yang namanya menyapu, katanya pamali.
Selesai.
Kurebahkan tubuh pada bongkahan spoon raksasa. Ah~ kasur rumah memang yang terbaik dibandingkan yang berada di kosan. Setelah melihat-lihat isi media pesan—kosong karena jomblo—kubangkitkan diri, mematikan lampu kemudian kembali pada kenikmatan dunia. Suasana terasa sunyi, tidak ada suara dangdutan tetangga, mungkin mereka sedang meliburkan diri. Kurasakan peri-peri mulai menebar pasir di area mata. Mengantuk. Mataku mulai tertutup rapat. Namun, sesuatu terjatuh tepat di atas rambutku yang tergerai. Tanganku sigap menangkap entah itu benda atau makhluk yang tidak sopan sudah menjatuhkan diri seenaknya.
Seekor anak cicak!
Dengan terburu aku bangkit. Menyalakan lampu kemudian pergi menuju ruang keluarga. Suara tv masih menggema karena ayah terbiasa tidur larut. Adik kecilku akan ikut begadang malam ini, sepertinya.
“Dek, nih cicak,” kutunjukkan cicak yang sudah terkurung dalam plastik.
“Cicak! Cicak!” serunya bahagia mengambil plastik yang ku pegang.
Wajahnya begitu bahagia seolah dibelikan mainan baru. Kutinggalkan ruang keluarga dengan diiringi sahutan Ibu, “Cicaknya jangan dipencet, nak.”
Sudah kuduga.
Kamarku kembali gelap, tubuhku sudah ditarik kasur sejak beberapa detik yang lalu. Kantukku mulai hilang hingga kuputuskan mengambil ponsel untuk menemani bosan. Teriakan adikku masih terdengar. Benar-benar mau begadang.
Tcak~ Tcak~ Tcak~
Suara cicak dewasa terdengar lirih di tengah kesunyian malam.
Tunggu…
Cicak dewasa?
Kutaruh segera ponsel pada meja samping kasur. Menutup seluruh bagian tubuh dengan selimut. Jantungku berdetak tidak karuan.
…apa mungkin, cicak itu ibunya?
- Tamat -
Ditulis oleh: Lily_Liaaaa
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro