Prolog
"Oke! Semuanya sudah dimasukkan! "
Seorang gadis mengelap perlahan keringat yang meluncur didahinya dengan lengan baju panjangnya. Tas besar dihadapannya diresletingkan, terlihat begitu penuh oleh barang. Pandangan digedarkan ke sekeliling, mengabsen dalam hati barang agar tak ada yang tertinggal.
"(Name)! Deadline pengerjaan baju itu hanya lima hari! Ingat! Li.ma ha.ri! "
Tawa canggung dikeluarkan oleh gadis berambut (hair color) itu ketika kawan merangkap bosnya menggulangi kata yang sudah ia dengar lima kali dalam satu hari ini, bonus temannya itu kembali mengulangi ucapannya.
"Aku tahu. Aku tahu. Tenang saja, akan kukerjakan tepat waktu. Kawanmu ini soal pekerjaan mepet dan kecepatan kilat tidak akan pernah mengecewakan! " ujar (Name) dengan nada bangga.
Kawannya hanya merotasi bola mata, kembali menggambar pola diatas selembar kain.
(Name) mengangkat tas besar itu dengan kedua tangannya. Kawannya sedikit melirik wajah (Name) yang terlihat kesulitan membawa beban itu diatas pundak mungilnya.
"...berat? "
"Eh? Iya berat. Boleh tidak aku menumpang ke–"
"Tidak. "
(Name) mendengkus keras, ia berbalik. Berjalan menuju pintu keluar dengan langkah berdebam. Kawannya itu hanya tersenyum tipis, kembali meneruskan gambaran polanya.
"(Name). Ada jus (favorite fruit) diatas meja. Bawa saja. "
Setelah mengucapkan kalimat itu, tiba-tiba suara langkah kaki cepat kembali mendekat. (Name) dengan semangat meraih gelas plastik berisi jus, ia menoleh kearah Haruto sambil berteriak nyaring.
"HARUTO, AKU CINTA PADAMU! "
Kembali pintu terbanting, Haruto mengerutkan dahi. Melihat pintu rumahnya yang baru saja dibanting oleh (Name). Sebelah tangan ia bulatkan dan ditiup pelan lalu ditempelkan disamping telinga.
"Potong gaji untukmu, (Fullname)... "
'•'
(Name) menarik napas berat, beban tubuh dan tas besar yang dibawanya membuat dirinya merasakan setetes neraka didunia. Terdengar sedikit berlebihan, tapi hari ini sangat panas. Amat sangat panas. (Name) bertaruh jika ia memecahkan sebutir telur diatas kap mobil yang terparkir disamping jalan, maka telur itu akan mendesis dan tak lama matang.
(Name) mengelap tetesan bening yang menyelimuti dahinya dengan punggung tangan. Masih beberapa meter lagi ia akan sampai ke rumahnya. Ia harus kuat. Setelah masuk kerumah ia akan menyalakan kipas dan menyeruput jus yang diberikan cuma-cuma oleh Haruto.
"Uwah... Pasti aku akan menemukan surga dunia... "
(Name) melebarkan senyuman, mengeratkan genggamannya pada tas besar yang ia genggam dikedua tangannya. Membulat tekad dan membakar semangatnya. Kembali kaki (Name) melangkah ditrotoar yang membentang.
Ditengah rasa semangat yang membara didadanya, (Name) dikejutkan oleh getaran disaku celananya. Segera ia berjalan ke pinggir lalu merogoh saku celananya, memeriksa notif apakah yang mampir di ponselnya.
Haruto
(Name). Gajimu kupotong.
(Name) mendelik, menatap tak percaya pesan yang baru saja masuk diruang chat pribadinya. Segera ia mengetikkan balasan berbentuk protesan dan omelan, namun jarinya kalah cepat. Satu pesan kembali muncul, membuat rentetan protesan yang susah payah ia susun harus dihapus demi kelangsungan kehidupannya.
Haruto
Protes? Kupecat kau.
(Name) tersenyum miris lalu tertawa sumbang, salah dia apa sampai-sampai Haruto mengeluarkan ketetapan yang sangat tak menguntungkan bagi (Name). Satu notif pesan muncul, membuat manik tak bernyawa (Name) cerah seketika.
Haruto
Akan kubayar dua kali lipat dari harga yang kujanjikan padamu, khusus untuk kebaya yang kau bawa tadi.
(Name) menutup mulutnya yang akan berteriak histeris, astaga. Baik sekali kawannya ini, memang ia kejam tentang pekerjaan tapi dia tidak mungkin, kan memberi upah yang tak sesuai dengan apa yang (Name) kerjakan. (Name) rasanya ingin meme–
Haruto
Dengan syarat selesaikan dalam tiga hari. Maka bayaran dua kali lipat akan jatuh ketanganmu.
Mencekik! Iya! (Name) sangat ingin mencekik leher Haruto yang pasti sedang tertawa terbahak-bahak sambil menjahit pola baju yang dipotongnya tadi. (Name) menggeram pelan, meremas ponsel miliknya dengan gemas.
"Haruto... "
(Name) mendesis, menyebutkan nama kawan lelakinya yang sudah mempermain emosinya. (Name) menghembuskan napas kasar, menatap keatas dengan dahi berkerut. Teriknya mentari langsung menyambut parasnya, seakan semakin membakar emosi didadanya agar semakin memanas.
"...coba saja jika di Indonesia turun salju... Pasti orang-orang yang sedang kepanasan sepertiku sedikit merasakan kesejukan... "
(Name) mengumam, berharap dengan keringat yang menetes pelan dari pipinya.
Tbc
________________________
Psps–
Haruto itu alternatif universe dari Harita dengan gender cogan :3
Kalem kok dia, gak kayak Harita yang kayak titisan hewan ragunan lepas, uhum...
Tapi ya gitu...
Ngeselin >:D
Sebenarnya gegara males buat oc baru juga sih–
/gumam.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro