Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Epilog

"(Name). Pekerjaan baru untukmu, cepat datang kerumahku. "

(Name) membaca perlahan pesan yang baru saja masuk dinotifikasi ponselnya. Ia baru saja bangun dari tidurnya yang singkat. Kantong mata terlihat menghitam, tanda bahwa (Name) kurang tidur.

Perempuan itu bangkit dari tempat tidurnya, berjalan terseok menuju kamar mandi. Membasuh sebentar letih yang mengerogoti tubuhnya. Sekaligus sedikit menghilangkan rasa tak menentu yang terus menggelayutinya beberapa hari ini.

'•'

"(Name). Hari ini kau istirahat saja. Keliatannya kau sedang tak sehat. "

Haruto yang sedang melipat kebaya berwarna hijau toska menatap khawatir (Name) yang diam sambil memasukkan berbagai manik-manik yang diperlukannya kedalam plastik. Tangannya bergerak cepat, memasukkan dan mengikat segala hal yang akan ia perlukan nantinya.

"...Jangan lama bersedih, aku tak ingin satu-satunya karyawanku kehilangan semangat kerjanya yang selalu aku banggakan. "

(Name) berhenti bergerak, ia mengangkat perlahan kepalanya dengan ekspresi yang tak bisa dideskripsikan.

"Perkataanmu jahat sekali, Haruto. "

Haruto menghembuskan napas pelan  menatap manik (Name) yang memancarkan binar kesedihan.

"Aku yakin dia akan kembali, mana mungkin ia meninggalkanmu. "

(Name) menggigit pelan bibirnya, meremas perlahan celana bahan yang ia pakai. Keduanya matanya tertutup pelan, berusaha mengenyahkan rasa panas yang sebentar lagi akan menyerang manik matanya.

"Kuharap begitu. "

Bodohnya (Name) berharap ke sesuatu yang tak pasti.

'•'

(Name) menatap jalanan yang ia telusuri dengan pandangan kosong. Tas besar yang biasanya terasa berat kini begitu ringan dipundaknya. Mungkin beratnya tas yang ia bawa sudah dikalahkan oleh beban pikiran yang terus berputar dirongga kepalanya.

(Name) tak menyangka jika ketika saatnya Yuki lenyap, ia menjadi sekacau ini.

Ya. Yuki menghilang entah kemana, tanpa memberi pesan ataupun kabar. Tepat sehari setelah Yuki merasakan emosi terakhir, pemuda berambut abu dengan sedikit bagian putih dikanan poninya menghilang.

Membuat (Name) terus bertanya dan bertanya, kemanakah perginya Yuki?

Ia tahu jika mereka selamanya tak mungkin bisa bersama, karena ia tahu jika salju akan meleleh dan hilang tak membekas. Meninggalkan sebersit keindahan yang hanya bisa dikenang oleh orang yang menatap salju itu.

Dan Yuki adalah salju yang kini sudah mencair.

"Ayolah, (Name)... Kau jangan jadi gadis cengeng...

(Name) mengusap air mata yang menetes dari maniknya, ia mengerahkan seluruh usahanya untuk menghentikan aliran air yang semakin meluncurkan deras dari kedua maniknya. Beberapa kali mengusap dengan lengan tangan bajunya, agar tetesan air mata itu segera berhenti.

(Name) semakin tersedu, ia tak kuasa menahan tangisnya ketika kilas memori yang ia lewati bersama Yuki kembali merangsek dalam pikirnya. Kisah yang mereka jalin sangat singkat, tapi bagi (Name) semua hari yang mereka lewati bersama sangat berharga dan begitu indah.

Juga menyakitkan ketika ia kembali teringat.

(Name) mempercepat langkahnya sambil terus mengusap air mata, isakannya mati-matian ia tahan agar tak mengundang perhatian pejalan kaki yang lain.

Hari ini panas, teriknya serasa membakar tubuh (Name) yang berjalan dibawah sang surya. (Name) berharap jika tetesan air mata yang keluar dianggap sebagai keringat oleh orang yang tak sengaja melihat wajahnya.

"Ma-maaf. Saya terburu-buru! Anda tidak apa–"

Manik berkaca (Name) terbuka lebar, saat ia terlalu sibuk dengan air mata dan tak memperhatikan jalan yang ia lewati tanpa sengaja (Name) menabrak seseorang yang berjalan berlainan arah dengannya.

Tapi yang membuat (Name) terpaku bukan karena ia menabrak orang itu lalu orang yang ditabraknya memandangnya dengan pandangan penuh amarah. Bukan.

(Name) menutup mulutnya yang bergetar, tak percaya dengan sesuatu yang ia lihat. Sesuatu yang sangat tal asing baginya, bahkan mungkin sesuatu yang selalu ia rindukan selama beberapa hari ini.

"Yuki? "

Angin berhembus pelan, menerbangkan rambut panjang laki-laki yang menatap (Name) dengan pandangan lembut. Senyum terbit dibibirnya, menambah ketampanan paras lelaki itu.

"Aku kembali, (Name). "

Kali ini (Name) bersyukur ketika masih mengharapkan sesuatu yang tak mungkin terjadi.

Ia bersyukur, otak bodoh dan perkataan Haruto tak mengecewakan dirinya.

Fin
________________________________

Kurang lebih seperti itulah kondisi Mbak Enthor yang diburu bosnya untuk menyelesaikan pekerjaan~

Tepat sekali, Enthor terinspirasi dari pekerjaan Mbak Enthor. Makasih Mbak mau jadi narasumber dadakan dan harus sedikit menganggu perkerjaanya karena Enthor yang terlalu bersemangat meneliti~

Terima kasih untuk pembaca sekalian yang menyempatkan waktu membaca cerita ini, sampai jumpa di cerita lainnya.

Salam dari author,

Shiro

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro