Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3

"Yuki. Coba berdiri dulu. "

(Name) yang sedang terduduk didepan meja yang tersebar piring dan mangkok kecil yang berisi manik-manik yang akan ia pasang dikebaya yang tergenggam ditangannya.

Yuki, (Name) memanggilnya begitu. Sebab ketika ditanya siapa namanya, si rambut abu itu hanya menggeleng pelan. Ia juga tak mengetahui namanya sendiri, bahkan Yuki juga berkata jika ia belum diberi nama. (Name) curiga jika laki-laki ini kehilangan sebagian atau yang terburuk seluruh ingatan miliknya.

(Name) segera memeriksakan Yuki kerumah sakit. Dari hasil diagnosa dokter yang memeriksa Yuki, tak ada hal aneh ditubuh Yuki maupun dirongga kepalanya. Semuanya normal dan baik-baik saja.

(Name) bersyukur mendengar tak ada hal yang salah dengan Yuki tapi perkataan Yuki ketika mereka baru saja masuk kerumah setelah pulang dari rumah sakit membuat (Name) ingin memeriksakan kondisi jantungnya saat itu juga.

"Aku baru lahir hari ini, dan (Name) itu ibuku. "

Terdengar seperti sebuah guyonan, (Name) juga menganggapnya begitu walau memang perkataan Yuki yang terdengar nyeleneh sukses membuat jantungnya hampir lepas. Tapi berita bagusnya memang itu adanya, Yuki menjelaskan jika dia adalah 'makhluk' yang terlahir dari sekeping salju pertama yang jatuh ditelapak tangan seseorang.

Beruntungnya, (Name) lah orang yang terpilih menjadi seorang 'ibu' dari bayi berbentuk lelaki tampan dengan paras kelewat batas wajar.

(Name) sebenarnya meragukan penjelasan dari Yuki karena benar-benar terdengar mustahil dan tak masuk akal. Cukuplah dengan keanehan turunnya salju di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Tapi bagaimana lagi, saat Yuki menjelaskan bagaimana ia bisa muncul, ekspresinya sangat yakin dan maniknya memancarkan kejujuran dengan menatap lurus ke manik (Name)

Mau tak mau, (Name) harus mempercayainya.

Yuki benar-benar polos, bak anak kecil yang belum pernah diajari apapun. Ia belum paham bagaimana cara makan dan minum yang baik dan beberapa keterampilan dasar yang seharusnya sudah dikuasai orang dewasa.

Untunglah Yuki itu tipe yang jika diajari satu dua kali langsung bisa melakukan yang hal diajari atau dicontohkan. (Name) bersyukur tidak harus mengajari Yuki cara bernapas yang baik dan benar.

"Begini? "

(Name) mengangguk pelan, ia ikut berdiri didepan Yuki. Menyuruh laki-laki itu untuk merentangkan tangan dan memakaikan kebaya berwarna marun itu. Yuki hanya berkedip-kedip bingung menatap dirinya sendiri yang memakai kebaya.

"Hm... Bagian sulur ini... Disambung ke sini... Lalu bagian kerah diberi rantai hasil sambungan manik lidi... "

(Name) bergumam, meletakkan tangan didagu sambil memasang wajah serius. Meneliti detail dari kain yang dipasangkan dikebaya itu. Beberapa kali (Name) memutari tubuh Yuki yang berdiri tegak, mencari detail lain yang mungkin akan ia lewatkan.

"Yuki. Menurutmu ini diberi dua jalur atau hanya sejalur? "

(Name) melemparkan pertanyaan pada Yuki sambil menunjuk sulur yang berada dibagian dada. Kedua alisnya menyatu karena kebingungan.

Yuki yang sudah diajari dasar-dasar memanik kebaya menatap bagian dada, ikut mengerutkan dahi. Bergumam pelan dengan raut serius, otaknya mencari jawaban yang akan memuaskan (Name).

(Name) mengangkat alisnya ketika sadar wajah Yuki mulai memiliki emosi. Ia pernah diberitahu oleh Yuki jika laki-laki itu tak memahami apa yang dimaksud dengan emosi.

"Kau sekarang punya emosi, Yuki! Aku senang dengan perkembanganmu! "

Yuki berkedip kebingungan ketika wajahnya ditangkup pelan oleh (Name).

"Senang? Senang itu apa, (Name)? "

(Name) tersenyum lebar, memunculkan sederet giginya yang rapi. Sebelah pipi ia cubit gemas.

"Senang ketika kau ingin mengangkat kedua bibirmu keatas seperti ini. Yuki pernah melakukannya ketika pertama kali bertemu denganku, kan? "

Yuki mengangguk pelan, memahami penjelasan yang baru saja disampaikan oleh (Name).

"Iya. Saat pertama aku bertemu (Name), aku merasa ingin mengangkat bibirku. Jadi saat itu aku senang? "

Sekarang giliran (Name) yang mengangguk, perempuan itu menepuk-nepuk perlahan kepala Yuki walau harus sedikit berjinjit.

"Karena Yuki hari ini jadi anak baik, akan kubuatkan sayur sop untukmu. "

Yuki berbinar, wajahnya seketika memancarkan aura penuh kesenangan. Segera ia memeluk tubuh (Name) yang berada didepannya. Dengan tawa berderai, (Name) membalas pelukan Yuki dengan erat. Menepuk punggung laki-laki itu dengan gemas.

Sekarang (Name) benar-benar menjadi seorang ibu.
Soal pertanyaan dan kebingungannya tadi biar ia sendiri yang memikirkannya. Toh ia tak ingin merusak kesenangan Yuki saat ini.

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro