Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7

"Tenn, kemarilah."

Terlihat sosok lelaki tua bangka berbau tanah yang nafasnya bau azab memanggil seorang pemuda fresh tamvan tapi tidak dengan sifatnya.

Tenn : Mangsud? /ngangkat salah stau alis

Author : Iyalah, kamu kan setan pink kepala dua mulut pedes dan gajelas.

Tenn : Mau ku bejek kah?

Author : Engga, bejek Erin aja.

Erin : Kok aku dibawa sih?!

Tenn : ...

Ray : Stress, padahal Erin kan..

Akira & Sanchie : Diemin aja.

Okeh, kita berhentikan dulu kegajean sepersekian menit ini, sekarang balik ke cerita.

-: ✧ :-

"Ada apa, Kujo-san?" Tenn yang telah bersiap untuk berangkat pun kembali masuk ke dalam dan duduk di sebelah pria tua bangka tersebut.

"Kemarin kau pulang larut, dari mana saja?" tanya Takamasa. Tenn sedikit terkejut sebelum kembali menjawab pertanyaan Takamasa, "aku pergi ke festival musim dingin semalam, Kujo-san," jawab Tenn.

"Sendiri?" tanya Takamasa, kali ini ia terlihat sedang menyelidiki Tenn. "Tidak, aku pergi bersama temanku, tentu saja setelah semua jadwal milikku selesai." Tenn menjawab dengan tenang, walaupun sedikit gugup.

"Begitu.." Takamasa memilih untuk tidak bertanya lebih jauh, lalu membiarkan Tenn menyelesaikan pekerjaannya.

"Baiklah Kujo-san, aku pamit." Tenn pun berdiri dan keluar, Takamasa pun memilih meneguk Teh miliknya sambil satu tangannya bergerak memanggil salah satu pekerja di rumahnya.

"Ada apa, Kujo-sama?" tanyanya.

"Tolong bagikan semua foto yang kau dapat semalam kepadaku," ujar Takamasa, ajudan itu pun mengiyakan lalu pergi dari sana.

"Aku tidak akan membiarkan anakku dan pekerjaannya diganggu oleh hal tidak penting seperti seorang perempuan."

-: ✧ :-

"Erin, sepatumu terbalik!"

Sosok laki-laki bersurai oranye itu berlari menuju Erin sambil meneriaki nya, padahal laki-laki itu masih memakai apron dan spatula masih senantiasa berada di tangannya.

"Oh iya!" kaget Erin lalu cepat cepat membenarkan sepatunya yang terbalik, "ini pasti efek tidur larut malam," ujar Mitsuki yang meletakkan kedua tangannya di pinggang.

Ya, semalam Erin pulang sangat larut, jadi ia pun terpaksa menginap di dorm IDOLiSH7, dan ia harus menggunakan seragam milik Iori ke sekolah.

"Pfft-- kau memakai celana laki-laki? Aku ingin tertawa." Iori mencibir Erin sambil menahan tawanya, sedangkan Erin hanya bisa menahan kesalnya.

"Ck," decak Erin.

"Apa maksudmu dengan 'ck'?" tanya Iori tak terima, Mitsuki pun langsung melerai dua anak SMA yang sedang bertengkar itu. "Bisakah kalian tidak bertengkar? Dan Iori, kenapa kau begitu sensitif dengan decihan atau decakan?" ujar Mitsuki lelah.

"Ohoo.. Aku merekam keributan itu, akan kuputar lagi sampai kau stress hati dan jiwa," ujar Erin sambil tersenyum tanpa dosa.

"Sudah sudah! Erin, lebih baik kau berangkat sekarang. Nanti kan kalian bertemu lagi, jadi bisa bertengkar lagi," ujar Mitsuki. Erin dan Iori pun kebingungan dengan kata-kata Mitsuki barusan dan sedang berusaha mencernanya sekarang.

"Jadi nii-san ingin aku bertengkar dengan Rin setiap hari?"

"Jadi nii-san menikmati pertengkaranku dengan Iori?"

"Tidak, lupakan saja," ujar Mitsuki lalu kembali ke pantry, sambil mencerna sendiri kata-kata miliknya barusan.

"Sudahlah, aku berangkat dulu, nanti kita harus bertemu, jadi aku harus cepat menyelesaikan persiapan acara itu untuk hari ini," ujar Erin. "Ittekimasu." lanjutnya lalu pergi keluar dari dorm itu.

"Itterashai," sahut dua bersaudara itu.

"Sekarang aku harus memikirkan cara agar Nanase-san tidak over saat bertemu dengan kakaknya nanti," gumam Iori tetapi masih bisa di dengar kakaknya. "Kau terlalu berlebihan terhadap Riku Iori.." Mitsuki pun hanya menghela nafasnya pelan.

"Tidak, masalahnya bukan hanya pada Kujo-san," ujar Iori sambil berjalan menuju pantry. "Masalahnya ada pada lokasi, kita akan berkumpul di kediaman paman itu." Iori sedikit mengerutkan wajahnya karena kesal dan menyesal menyerahkan urusan lokasi pada TRIGGER, "aku khawatir Nanase-san kambuh karenanya, dan tidak akan menutup kemungkinan kalau Kujo-san sendiri juga akan membuatnya kambuh."

"Sudahlah Iori." Mitsuki memotong monolog milik Iori dan membuyarkan pikirannya dengan menepuk pundaknya pelan, "kau tidak perlu memikirkan hal itu, kau terlalu khawatir."

"Dan masalah Rin.."

"Kau mengkhawatirkannya?" goda Mitsuki yang membuat semburat merah tipis tercipta di wajah tampan milik surai raven tersebut, "a-aku tidak mengkhawatirkannya! Aku hanya.."

"Sudah sudah, aku mengerti." Mitsuki pun memberhentikan perkataannya, memutuskan untuk tidak membicarakannya lebih jauh, takut suasananya menjadi aneh. "Karena hari ini libur, aku akan keluar lebih awal untuk menyelesaikan jadwal ku, agar siang nanti ada waktu longgar untuk pertemuan," ujar Iori dan diiyakan oleh Mitsuki, dan Iori pun langsung pergi menuju kamarnya untuk mandi.

Sambil melihat Iori yang masuk ke kamarnya, mata Mitsuki pun sedikit menyendu.

"Jika bukan karena aku, apakah kalian akan tetap bersama?"

-: ✧ :-

"Lampu sorotnya kurang point, es keringnya juga kurang, niat kerja engga sih?"

"Sudah kubilang jangan marah marah.."

"Kalau kesal ke ya marah ke satu orang itu, lah ini malah semua yang jadi pelampiasan."

"Mau ku jadiin samsak apa diem?" ujar laki-laki bersurai merah itu sambil menatap sinis kedua temannya-- ralat, salah satunya itu adalah adiknya.

"Ada apa ini?" Tiba-tiba seorang perempuan bersurai kuning datang, tentu saja karena ia melihat keributan. "Mau jadi samsak pelampiasannya Ray ga?" tawar Sanchie polos.

Ga polos sih, sengaja itu.

"Yang ada dia yang jadi samsak ku, mau?" tanya Erin sambil mengkretek kan salah satu tangannya. "Sanchie hanya bercanda, gitu aja kepancing gimana sih." Akira hanya bisa menghela nafasnya, heran dengan temannya yang satu ini.

"Sekarang apa yang harus kukerjakan?" tanya Erin mengganti topik menjadi lebih serius. "Semua tugas telah dikontrol dan dibagi sih, jadi sepertinya tidak ada.."

"Ahaha Erin! Kau menggunakan celana? Ada apa? Hahaha!" Kata-kata Akira terpotong karena kata-kata Sanchie, Akira dan Ray pun langsung melihat kearah celana yang Erin kenakan dan ikut tertawa.

"Aku tebak, itu pasti milik Iori," tebak Ray. "Memang siapa lagi?" ujar Erin ketus. "Sudah sudah, tidak usah menggoda dia lagi, kita cukup tau saja," ujar Akira. Ray dan Sanchie pun saling menatap, lalu tersenyum jahil kepada Erin.

"Apaan dah."

"Sudah, sekarang kita selesaikan ini. Kita akan ada pertemuan dengan 4 idol dari agensi berbeda, jangan sampai terlambat," ujar Akira serius. Ketiga orang lainnya pun mengangguk dan mulai menyelesaikan tugasnya masing-masing.

"Hei, aku belum mendapat tugas!" teriak Erin.

"Kesian, jadi patung aja ya."

"Hah?!"









To be continued..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro