Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6

"Diundur..?"

Gadis bersurai kuning itu kebingungan, karena harusnya festival tersebut sudah mulai 10 menit lalu, dan ternyata acara utamanya diundur.

"Karena ada sesuatu yang belum selesai kami persiapkan, jadi harus diundur. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya," ujar salah satu staff yang bertugas mengatur sekaligus menjaga festival itu sambil menunduk.

"Kira-kira diundur sampai hari apa?" tanya Erin.

"Tidak-tidak, tidak sampai berhari hari kok." Staff itu mengibas ngibaskan tangannya di depan wajahnya, "acaranya diundur satu jam, jadi jam tujuh. Selama menunggu kalian bisa menikmati tempat-tempat yang sudah kami persiapkan untuk para tamu," lanjutnya.

"Baiklah, Terima kasih atas waktunya," ujar Tenn sambil membungkukkan badannya. "Ano.." panggil staff itu.

"Ya?" Tenn pun membalikkan badannya. "Maaf sebelumnya, tapi apakah kau adalah Kujo Tenn?"

Tenn pun terbelalak, Erin juga ikut membulatkan matanya, "apakah orang ini tau karena suaranya/ku?!" batin mereka berdua serempak.

"Jika memang benar aku tidak akan memberi tahu siapapun, jadi kau tenang saja." Staff itu berusaha menenangkan Tenn dan Erin yang tegang, "ternyata sudah punya pacar ya Tenn-kun, aku agak shock. Tapi tidak apa, sebagai penggemar yang baik aku akan mendukungmu, lagipula gadis ini sangat baik dan ramah!" lanjut staff itu lalu pergi dari sana.

"Tunggu..! Dia bukan--"

"Sudah pergi," ujar Erin. Dalam batin Erin pasti sudah tertebak, berbunga-bunga dan berkupu-kubu dalam perut. Ya walaupun mukanya biasa saja dan terlihat kebingungan :)

"Kau jangan geer dulu, bocah." Erin pun kaget saat Tenn memanggilnya bocah, dan raut wajah Tenn yang santai terlihat seperti mengejek bagi Erin, membuat perempatan imajiner muncul di pelipis gadis remaja tingkat SMA itu.

"Apa kau bilang?! Aku sudah SMA!" teriak Erin tidak terima. "Dan juga maksudku-- hei, Aku tidak sekecil itu!?" emosinya.

"Tapi kau pendek," ledek Tenn sambil tersenyum miring. Erin pun terdiam karena tidak bisa mengelak, toh itu memang benar, dia pendek. Dengan usianya yang segitu, tingginya hanya 150 cm.

"Dasar tiang..!!" balas Erin, Tenn yang tidak terima pun membalas balik, "bahkan sepupumu lebih tinggi dariku, kau mau apa?"

"Mukatsuku.."

-: ✧ :-

50 menit berlalu, akhirnya acara yang dinanti-nantikan dimulai. Erin dan Tenn tidak perlu mengejar waktu lagi, karena mereka sudah berada di sana daritadi.

Ya, mereka sudah berada di sana 50 menit lalu, alias tidak berjalan-jalan kemanapun dan hanya duduk di tempat duduk yang tersedia di sana.

Sebenarnya Erin udah ngajak, tapi si Tenn yang kaga mau.

"Lihat, sudah dimulai!" Erin bergegas menuju asal suara yang menyebar ke seluruh tempat, agar dia bisa melihatnya lebih dekat.

"Apakah dia seorang altet? Kerjaannya lari terus dari tadi," batin Tenn mendengus kesal, lalu ikut berlari menyusul Erin.

"Sugoi.." Mata Erin berbinar-binar melihat penampilan orang yang tampil diatas panggung itu. Panggung bening dengan salju alami yang turun dari langit menambah kemegahan panggung itu, ditambah lampu lampu putih yang senada dengan musim dingin ini.

"Aku tidak bisa berada di keramaian..!" bisik Tenn, Erin pun menoleh dan sadar kalau sekarang tempatnya sudah mulai dikerumuni banyak orang. Tenn pun langsung menarik keluar Erin dari kerumunan dan pergi ke tempat yang sedikit sepi.

"Kalau lihat disini tidak terlalu kelihatan, suaranya juga kecil.." Erin menunduk, tetapi ia mengerti alasan Tenn menariknya. Dia adalah seorang idol, tidak lucu kalau penyamarannya ketahuan dan orang menyadarinya, bisa-bisa malah dia yang gantian dikerumuni dan live itu jadi diabaikan karenanya.

"Tapi tidak apa, karena bagian terpentingnya adalah bersamamu," ujar Erin, tatapannya yang energik pun berganti menjadi ceria dan lebih lembut. Tenn yang mendengar kata-kata Erin pun langsung menatap Erin dengan bingung.

"Apa maksudmu?" tanya Tenn. "Ya.. Seluruh keluargaku tidak berada di sini, aku selalu sendirian selama ini," jawab Erin.

"Tapi semenjak ada member IDOLiSH7, aku tidak terlalu kesepian, berkat itu juga aku bertemu teman lamaku!" lanjut Erin.

"Tapi ya.. Iori itu, dia kekasih yang payah, dia bahkan tidak bisa membagi waktu untuk kekasihnya walau sebentar, terus saja bekerja." Erin melampiaskan kekesalannya pada siswa SMA sempurna versi sekolahnya, "kau.. Pernah menjalin hubungan dengan Izumi Iori?" tanya Tenn sambil menyengit. "A-ah tidak, lupakan saja."

"Intinya.. Aku senang dapat bertemu denganmu, Terima kasih Kujo-san!" Erin kembali tersenyum, senyum yang berbeda dari biasanya, membuat Tenn sedikit melebarkan matanya.

Deg.

Aneh,

Sekarang apa yang terjadi pada center TRIGGER ini?

"Ternyata kau benar-benar gadis yang aneh ya," ujar Tenn sambil tertawa pelan. "Aku tidak aneh! Mou.." Erin pun cemberut, entah mengapa kali ini cemberutnya berbeda. Mungkin dia sedang meng-cosplay anya dari anime sebelah, tetapi secara alami.

"Bisakah kau mengganti raut wajahmu?!" kesal Tenn. Tanpa Erin sadari semburat tipis tercipta di wajah surai pink itu. "Ha'i.."

Keadaan pun sunyi diantara mereka berdua, hanya terdengar suara live dan sendiri suara penonton yang menonton, tetapi karena dari kejauhan jadi tidak terlalu jelas.

"Ne," panggil Tenn.

"Hm?"

"Jangan panggil aku dengan marga," ujar Tenn sambil memalingkan wajahnya, Erin sedikit memiringkan kepalanya, tanda ia tidak mengerti apa yang dimaksud Tenn.

"Lalu aku harus memanggilmu apa? Center TRIGGER? Manusia? Atau Setan?" tanya Erin dengan polosnya. Sebenarnya kata-kata terakhirnya itu dia sengajakan sih, hitung hitung melampiaskan kekesalannya yang selama ini terpendam walau sedikit.

"Apa maksudmu setan?" ujar Tenn dengan nada mengintimidasi, membuat Erin meneguk ludahnya dan mundur beberapa langkah. "Ayolah, aku hanya bercanda..!"

Tenn pun menghembuskan nafasnya, lalu mulai kembali ke topik, "intinya jangan menggunakan marga, gunakan yang lain saja."

"Kalau begitu setan pink," canda Erin dan dibalas dengan tatapan glare dari Tenn.

"Tidak tidak aku bercanda," ujarnya sambil tertawa kecil. Erin juga bingung, entah kenapa hari ini dia banyak tersenyum dan tertawa dari biasanya.

Seperti dulu.

"Kalau begitu.. Aku boleh memanggilmu menggunakan nama kecil?" tanya Erin dengan mata yang berbinar-binar. Tenn pun menjawabnya singkat, "y-ya.. Memangnya apalagi selain itu?" Erin pun tertawa lagi, "kalau begitu, kau juga harus memanggilku Erin!"

"Hah? Tidak akan," tolak Tenn. Erin yang tadinya tersenyum lebar langsung menjadi cemberut seketika, "kenapa..?"

"Aku lebih suka memanggilmu gadis aneh." Tenn tersenyum miring, sedangkan Erin pun hanya bisa menahan kesal. "Terserahmu saja."

Tenn melirik ke arah Erin, maniknya menangkap wajah Erin yang terlihat marah dan kesal, "aku hanya bercanda, kau marah?" tanya Tenn dan langsung dibalas ketus oleh Erin, "ntah."

"Baiklah kalau kau tidak mau bicara padaku, aku pergi saja." Erin yang mendengar dan melihat Tenn yang ingin pergi pun langsung menahan tangan Tenn dan egonya menghilang seketika, "kenapa jadi kau yang marah!?" kesal Erin.

"Kenapa? Sudah marahnya?" cibir Tenn, "Berisik."

"Jadi aku akan memanggilmu.. Tenn-kun? Atau Tenn saja? Atau.." Erin sangat sibuk mencari-cari nama panggilan yang bagus untuk laki-laki bersurai pink di depannya. Tenn yang kesal pun langsung memotong gumaman Erin,

"Tenn-san."

"Apa?" Erin kebingungan, "kubilang panggil Tenn-san saja."

"Itu panggilanku saat keceplosan dulu sih.. Tapi kenapa?" tanya Erin. "Karena menurutku jarang saja ada yang memanggilku dengan sebutan itu. Penggemarku memanggilku dengan Tenn-kun, Gaku Ryuu dan beberapa orang yang lain memanggilku Tenn, staff staff dan orang yang berada di dunia entertainment memanggilku Kujo-san, dan Riku memanggilku Tenn-nii. Kurasa belum ada yang memanggilku dengan Tenn-san." Tenn pun menjelaskannya dengan panjang lebar, "jadi intinya kau menyuruhku menggunakan -san karena jarang ada yang menggunakan? Artinya kau menganggapku spesial?" goda Erin.

"Tentu saja," ujar Tenn. Niat Tenn sebenarnya hanya untuk membuat Erin salah tingkah, tapi ni bocah SMA satu malah sumringah sampe gila sendiri.

"Jaa.. Tenn-san."

"Ya."

Keheningan melanda mereka berdua lagi, hingga Erin membuka suara, "aku menyukaimu."

"Kalimat tidak penting, aku kan sudah mengetahuinya." Tenn mendengus kesal, Erin pun hanya senyum-senyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tapi kau tidak menyukaiku."

"Apa? Suaramu kecil sekali, bahkan suara dari panggung itu menang," ujar Tenn. "Tidak, lupakan saja."

"Hm.." Tenn sedikit menyipitkan matanya, sekaligus merasa kesal karena manusia di depannya berbicara setengah-setengah. "Kata orang, cinta di umur belasan hanyalah semua dongeng belaka."

Setelah mendengar itu, Erin langsung melihat Tenn dengan tatapan tidak terima, "siapa bilang? Tidak semua seperti itu!" protes Erin tak setuju. "Contohnya?"

"Aku."

Tenn terdiam lagi, kali ini dia melihat ke arah Erin. "Karena mencintaimu, aku jadi tidak bisa merasakan cinta orang lain," lanjutnya.

"Kau menyalahkanku?" Kali ini Tenn membalikkan seluruh tubuhnya. "Tidak, aku malah senang," jawab Erin sambil menyerongkan tubuhnya, dan sekarang mereka berdua menjadi saling berhadapan.

"Jika aku mempertimbangkan untuk bersamamu, apa yang menjadi keunggulanmu, yang bisa membuatku tertarik?" tanya Tenn. Erin pun terdiam, ia tau Tenn hanya mengajak untuk berandai-andai saja, tetapi sebenarnya dia selalu memikirkan hal ini selama ia menyukai seorang Kujo Tenn yang 'sangat sempurna' itu.

"Aku tidak seromantis perempuan lain untuk memperlakukanmu layaknya raja, aku juga tidak sesempurna perempuan lain yang kau lihat di sosial media atau yang kau dambakan. Tapi aku bisa memastikan, kalau Tenn-san sedang berada di posisi terendah, aku tidak akan kemana-mana."

Tenn terdiam. Apa yang terjadi kepada gadis aneh yang selama ini ia kenal? Kemana kepribadian itu pergi? Semua tak terlihat sama, Erin yang ini sangat berbeda dari biasanya. Gadis yang agresif, ceria dan energik itu sekarang menghilang, berubah menjadi gadis kuat namun rapuh di dalam. "Bagaimana jika suatu hari aku pergi meninggalkanmu?"

"Beberapa yang pergi memang harus di relakan, mungkin kehilangan juga bagian dari kasih sayang."

Tiba-tiba, suara keras dari langit tercipta, lalu sumbernya meledak dan menciptakan bunga langit yang indah, membuat setiap pasang mata yang ada disana melihatnya dengan mata berbinar, membuat hangat udara sekitar sekaligus mengiringi percakapan terakhir Erin dan Tenn untuk malam ini.

"Kata-kata apa yang akan kau ucapkan padaku saat aku menemuimu lagi untuk sapaan terakhir?"

Erin sedikit tersenyum, pertanyaan yang Tenn ajukan daritadi sangatlah aneh. Tapi tidak apa, karena jika ini adalah untuk berbicara dengan Tenn, ia tidak apa-apa.

"Pergilah, temui bahagiamu. Maaf telah bertemu, maaf telah membuang waktu."











To be continued...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro