Chapter 5
"Ikan terbang! M-maksudku lompat!"
"Hah..?"
Terlihat dua sejoli-- ralat, maksudnya dua orang yang sedang berjalan jalan tidak jelas /heh
"Ternyata kau memang gadis yang aneh ya," ujar Tenn. Erin yang merasa kesal pun hanya bisa tersenyum menahan amarah dan mengunci mulutnya serapat mungkin, berusaha agar tidak membalas setan berwujud manusia di depannya.
Jika Erin membalas, yang ada ni setan satu langsung ngacir alias pergi dari sini, tentu saja Erin tidak mau itu terjadi, apalagi kalau mengingat perjuangannya untuk mengajak Tenn keluar kemarin.
Ga perjuangan sih, si setan itu juga terpaksa karena gadis tingkat SMA itu terus memaksa dan mendesaknya, tidak lupa spam ala ala darinya di rabbichat yang membuat Tenn sakit kepala.
Kasian tertekan /hush
"Kujo-san, ayo kesana!" ujar Erin lalu menarik tangan Tenn tanpa aba-aba, yang membuat Tenn kesulitan menjaga keseimbangan kakinya, mana sambil lari lagi.
"Ayo kita main ini!" Erin pun memberhentikan langkahnya, otomatis Tenn pun ikut terhenti. Pria bersurai pink itu pun langsung melepaskan tangannya dari genggaman Erin dengan keras karena terlanjur kesal, "bisakah kau tidak menarik seperti tadi? Kau menarik perhatian banyak orang. Apakah kau juga berpikir, bagaimana kalau ada yang menyadari statusku dan mereka melihatku bersama seorang gadis yang tidak jelas asal usulnya darimana berjalan berdua sambil berpegangan tangan, apakah kau sudah gila?" cerocos Tenn panjang lebar.
"Apa ini yang dimaksud ceramah 2 jam milik Kujo-san oleh Gaku-nii hari itu?" batin Erin. "Telingaku panas.."
"Baiklah baiklah, aku minta maaf Tenn-san, tolong jangan marah lagi," ujar Erin berusaha membaikkan situasi yang aneh ini, tapi Tenn malah menyipitkan matanya.
"A-ah..! Maksudku Kujo-san ehehe.." Erin meralat kata-katanya dan hanya bisa tertawa canggung, Tenn pun hanya menghela nafasnya dan langsung pergi mengabaikan perkataan Erin.
"Aku dikacangin, nih?" batin Erin.
Erin pun berbalik, dan melihat Tenn pergi menghampiri stan permainan yang diinginkan olehnya tadi, membuat perempuan bersurai kuning itu tersenyum tipis.
"Dasar," batin Erin lalu mengikuti Tenn ke stan permainan itu.
-: ✧ :-
"Tadi seru sekali!"
Erin mengangkat kedua tangannya, lalu menarik badannya ke atas untuk merilexkan dirinya.
"Aku pergi dulu," ujar Tenn namun Erin menahan tangannya. "Apa?"
"Kau mau kemana? Acaranya belum selesai," ujar Erin. Tenn menepis tangan Erin sebelum mulai berbicara, "tentu saja bekerja, dan kuminta padamu untuk tidak lancang Chisaki Erin."
"Bekerja? Di hari Minggu? Yang benar saja.." Erin pun menunduk kecewa, "idol akan bekerja meskipun itu hari libur, karena tugas kami adalah memberikan kebahagiaan kepada para penggemar meskipun hari ini adalah hari untuk kami beristirahat."
"Lalu aku apa? Haters?" batin Erin sambil menatap datar Tenn yang membuat laki laki itu menatap bingung Erin.
"Lagipula kita sudah dari jam 10 dan ini sudah jam 3 sore, kurang apa lagi?" ujar Tenn. Erin pun hanya senyum senyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sudahlah, aku pergi dulu."
Tenn pun pergi, Erin hanya bisa menatap punggung Tenn yang semakin mengecil dan akhirnya menghilang ditengah kerumunan.
"Padahal puncak acaranya belum muncul, tapi dia malah pulang duluan," batin Erin kecewa. Ia pun mengambil hadiah hasil permainan yang ia mainkan tadi dan langsung menuju cafe kecil yang terletak di dalam festival itu, tentu saja untuk menghangatkan diri karena sudah seharian diluar dan sekarang tubuhnya sedang menggigil meminta kehangatan.
Erin pun sampai di cafe yang menjadi tujuannya, cafe kecil yang memiliki tanaman indah yang sekarang telah tertutupi oleh salju, ditambah cahaya lampu meremang oranye yang membuat tubuh Erin terasa lebih hangat.
Gadis bermanik kuning kecoklatan itu menghirup nafas dalam segera setelah aroma kafein dan manis mulai memasuki hidungnya, menggodanya untuk segera masuk ke dalam.
Erin pun mendorong pintu masuk dengan salah satu tangannya, dan tangan yang sebelah lagi ia sematkan ke dalam kantung duffle coat yang ia kenakan. Membalas sapaan salah satu pelayan cafe dan berjalan menuju counter untuk memesan makanan yang telah ditunggu-tunggu oleh perutnya yang berbunyi sedari tadi.
Beberapa menit Erin berdiri disana, memilih apa saja yang ingin ia berikan kepada mulut dan perutnya. Menunjuk kaca counter yang menghalangi tangannya untuk mengambil langsung dessert-dessert lezat yang berada di depannya.
"Aku ingin croffle matcha, matcha latte dan matcha donut." Sungguh, gadis remaja berusia 14 tahun ini tidak terlalu menyukai manis. Tetapi dia tidak mungkin mengatakan tidak kepada matcha dan yoghurt yang menjadi favoritnya.
"Ini struk nya, pembayaran bisa dilakukan di kasir sebelah sana ya." Erin pun segera menuju kasir, dan segera melakukan pembayaran.
Erin tersenyum ke arah kasir setelah ia menyerahkan kembaliannya begitu Erin selesai melakukan transaksi. Ia pun membalikkan badannya setelah mengambil pesanan miliknya dan mulai mencari tempat duduk. Karena suasananya yang ramai, Erin agak kesulitan mencari tempat dan ia juga berusaha mencari tempat yang berada di ujung agar tidak terganggu oleh lalu lalang orang lain.
Setelah maniknya menemukan tempat, ia pun segera menuju meja temporari yang ia temukan dan langsung mendudukinya. Mejanya terletak persis di bagian sudut cafe alias bagian terdekat dengan dinding bermotif batu bata tanpa diberi finishing itu.
Remaja SMA itu mengambil matcha latte miliknya, meniupnya perlahan lalu menyeruputnya.
Ya daripada sendirian gabut ga ngapa ngapain kan, mending makan /heh
Tiba-tiba manik Erin menangkap TV besar yang ada di cafe tersebut, menampakkan sosok yang baru saja ia temui beberapa saat lalu bersama teman-temannya. Beberapa pasang mata pun mulai memperhatikan TV itu sesaat setelah 3 laki-laki populer di Jepang itu muncul.
"Ternyata dia ingin live, pantas buru-buru," batin Erin sambil sedikit tersenyum. Ia juga merasa sedikit bersalah karena telah berburuk sangka kepada surai pink itu, ia kira dia hanya ingin menghindari dirinya dengan alasan bekerja.
Erin yang ingin menonton pun mengambil posisi yang lebih nyaman, ia menyandarkan dirinya di kursi kayu pada sandarannya yang berfungsi untuk membopong tubuh setiap orang yang duduk disana. Erin juga meluruskan kakinya dan tangannya bergerak mengambil donat yang ia pesan.
Tak terasa, acara yang berlangsung kurang lebih satu setengah jam itu pun habis begitu cepat. Dessert dan minuman yang Erin pesan pun telah habis daritadi pada saat acara sedang pada puncaknya.
"Baru jam empat, sedangkan acaranya masih jam enam malam."
"Aku sangat mengantuk, tetapi kalau tidur sekarang pasti nanti malam tidak bisa tidur." Erin berpikir sejenak, dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar.
Niatnya sih hanya memejamkan mata selama beberapa menit, tetapi sekarang Erin malah kehilangan kesadarannya dan telah berada di alam mimpi.
-: ✧ :-
"In.. Rin.. Chisaki Erin..!"
Erin pun tersadar walaupun masih setengah sadar, sebab ia merasa seseorang memanggil manggil nama nya. Maniknya perlahan terbuka, yang menampakkan sosok tidak asing berada di depannya.
"Tenn-- Kujo-san?!" Erin pun langsung mundur dan berdiri tegap saat menyadari wajah Tenn dengan wajahnya yang sangat dekat.
Tetapi apalah daya, karena di belakang Erin itu tembok, ia langsung tertubruk tembok di belakangnya. Saat ia terjatuh, belakang lututnya juga terkena ujung kursi yang membuat sakitnya menjadi dobel, belum lagi malunya.
The real jatuh tertimpa tangga sampai terjungkal jungkal :D
"Shh.." Erin pun memegangi kepalanya yang sakit.
Bentar,
Kan yang kepentok kakinya, kok yang sakit kepalanya?
Hayoloh Chering ngelek 😌
Eh engga, lupa kasih keterangan kalo kepalanya juga kepentok sudut meja, mwehehehe. Maap ya anak tirikuh
/hush
Okeh, sekarang balik ke cerita.
"Kau kira aku akan menyelamatkanmu seperti yang ada di film? Jangan mimpi," ujar Tenn. Erin pun hanya bisa tersenyum prihatin untuk dirinya sendiri, toh dia juga sudah mulai terbiasa dinista oleh Tenn.
Dan juga dia tau kalo ulah si Tenn akan di balas oleh author suatu saat nanti ^^
"Ngomong ngomong.. Kenapa Kujo-san kembali kesini?" tanya Erin. "Kau bilang tujuan kita kesini untuk acara utamanya kan? Dan acara utamanya jam tujuh malam ini." Erin yang mendengar itu pun langsung tersenyum lebar, tetapi senyumnya langsung menghilang seketika ketika ia melihat jam, "SUDAH JAM 17.50, 10 MENIT LAGI! KUJO-SAN AYO CEPAT!" Erin yang panik pun langsung berlari keluar dari cafe tersebut dan Tenn ikut mengejarnya.
"Matte..!"
To be continued..
Hi! Terima kasih karena kalian udah baca sampe habis chapter kali ini, ya walaupun agak sedikit gaje tapi lumayan lah ya /hush
Maaf kalau ada kesalahan seperti typo dan lain-lain, bisa kasih saran juga mengenai kepenulisan, misalnya yang mana yang mau dibenerin atau apa hehe
Okeh sekian, bye bye-!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro