Chapter 3
"Otsukaresama."
"Arigatou!" ujar laki-laki bersurai merah itu setelah menerima handuk pemberian Erin dan perempuan itu pun hanya membalas dengan senyuman.
"Ini untuk Yamato-san, dan ini untuk Sogo-san." Setelah memberi handuk untuk Riku, Erin pun membagikan handuk kepada member IDOLiSH7 lainnya, "mana milikku?" tanya Iori tetapi tidak mendapat respon dari Erin.
"Ditanya diam, kau bisu?" ujar Iori yang langsung disahuti dengan tatapan sinis dari Erin, "punya tangan, bisa ambil sendiri kan? Memangnya kau buntung?" balas Erin sambil memasang senyum yang menyebalkan di mata Iori dan member lain, membuat perempatan muncul di pelipis surai raven itu.
"Hah?!" kesal Iori tak terima.
Member lain hanya bisa menghela nafas mereka sambil menonton kegaduhan umum yang terjadi setiap harinya dalam dorm mereka, ya kalau tidak mereka berdua pastinya fly away yang bertengkar.
"Nii-san, lihat adikmu!" teriak Erin sambil menunjuk kearah Iori, "kenapa aku?! Nii-san, dia itu gila tidak usah dipedulikan," ujar Iori lalu Erin pun menyahutinya, "siapa yang kau maksud gila?!"
"Sudah sudah kalian berdua!" teriak Mitsuki yang membuat Erin dan Iori terdiam, "teriakan Mitsu memang yang paling ampuh untuk membungkam duo ribut kita ya," ujar Yamato sambil memasang wajah prihatin.
"Hmph!" ujar mereka berdua sambil memalingkan wajahnya. "Sepertinya agak.. Nostalgia?" Sogo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil mengingat kejadian dimana Iori pertama kali bertengkar dengan Riku dan berakhir sama seperti sekarang ini.
"Aku malah merasa.. Ichi adalah magnet masalah sekarang," ujar Yamato yang mendapat anggukan dari Tamaki dan Nagi.
"Sudahlah, aku mau pergi dulu ya." Erin pun mengambil tasnya yang berada di kursi, "mau kemana?" tanya Mitsuki.
"Mau ke cafe dekat sini," jawab Erin. "Jangan lupa memakai mantel, kau selalu lupa dengan hal kecil seperti itu," ujar Mitsuki mengingatkan, yang dibalas dengan anggukan dan acungan jempol dari Erin.
"Ittekimasu!" ujar Erin lalu pergi,
"Itterashai," balas Mitsuki dan Sogo sambil melambaikan tangan. Setelah Erin pergi, mereka pun kembali melanjutkan latihan mereka.
-: ✧ :-
"Jadi? Ada urusan apa?"
"Kau lupa perjanjian kita?" kesal Erin. Pria yang berada didepan Erin pun memasang wajah bingung, "aku ingat, lalu apa?" ujarnya.
"Cih.." Erin pun sedikit mendecih, "sudahlah, bagaimana kalau kita pesan makanan?" tanya Erin yang berniat mengubah suasana canggung diantara mereka berdua, tetapi Tenn malah berlaku sebaliknya. "Aku sudah makan," jawabnya singkat.
"Begitu.." Erin pun diam beberapa saat sebelum kembali bertanya, "bagaimana kalau minuman saja?" tawar Erin lagi, "awas saja kalau orang ini mematikan topik lagi," batin Erin kesal.
"Boleh," jawab Tenn, senyum cerah pun tercipta di wajah gadis surai kuning tersebut. "Oke!" ujar Erin bersemangat, membuat Tenn bertanya-tanya dalam batin, "ada apa dengan gadis ini?"
"Tenn-san, kau mau minum apa?" tanya Erin yang membuat Tenn menyipitkan matanya, "Tenn-san tte.." Erin pun menyadari kata-katanya dan segera mengoreksinya, "etto.. maksudnya Kujo-san, maaf aku lancang hehe," ujar Erin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Baiklah, aku ingin memesan minuman dulu--"
"Jus apel."
"Huh?" tanya Erin kebingungan, "aku ingin jus apel, Chisaki Erin." Tenn sedikit menekankan nadanya pada kata Chisaki Erin, entah kenapa. "O-oh.. Baiklah, Jus apel ya."
"Ditunggu, tuan," lanjut Erin lalu dia pun pergi ke meja kasir untuk memesan. "Tuan..?" batin Tenn.
Sambil menunggu Erin, Tenn hanya memainkan handphone nya. Beberapa menit kemudian Tenn pun mulai bosan dan mulai mengetuk-ngetuk pelan mejanya.
Tiba-tiba, telinganya mendapati suara tidak asing yang bersuara cukup keras, membuat telinga surai baby pink itu berdengung.
Tenn pun membalikkan wajahnya ke arah asal suara tersebut, dan netranya mencari keberadaan suara itu.
"Ternyata nada dering handphone, kukira ada yang memutar laguku," batin Tenn sambil mengambil ponsel yang terletak di atas meja yang ia tempati sekarang, tentu saja hanya ada satu pemiliknya.
"Dia.. Menggunakan laguku sebagai nada dering?" gumam Tenn, pasalnya lagu yang digunakan oleh Erin adalah lagunya yang berjudul U Complete Me, ya kalian tau sendiri arti lagu itu.
"Kira-kira siapa yang menelpon ya?" batin Tenn penasaran. Ia pun mengambil ponsel milik Erin dan mengecek nama pemanggilnya yang membuat mata Tenn membulat.
"Riku..?" tanpa berpikir panjang Tenn pun langsung mengangkat panggilan itu,
Toh Riku adiknya.
"Moshi-mosh--"
"Erin-chan..!! Sekarang berada dimana? Aku ingin meminta bantuan.."
"Riku terdengar panik, ada apa ya?" batin Tenn lalu ia pun menyahuti Riku, "Riku?" ujar Tenn.
Nada Riku di seberang sana terdengar kaget, hening sementara hingga Riku mulai berbicara, "Tenn-nii..?! Kenapa--"
"Kau ingin minta bantuan? Ada apa?" tanya Tenn. "Tidak, aku hanya ingin memintanya untuk menghubungi Iori karena dia me-reject panggilan ku, hehe.." jawab Riku sambil tertawa kikuk.
Aura di dalam panggilan itupun sekarang terasa agak aneh, "T-Tenn-nii..?" Riku pun mulai merasa aneh di seberang sana, "siapa yang berani menolak panggilan dari adikku?" ujar Tenn sambil tersenyum penuh arti. "A-ah.."
"T-tidak Tenn-nii! Iori hanya.. Mungkin dia sibuk! Aku menghubungi Erin-chan karena aku tidak memiliki pulsa untuk menghubungi Iori hehe.." Riku yang panik pun langsung menjadi aneh dan tertangkap oleh Tenn, "hmm.. Jika kau tidak memiliki pulsa bagaimana kau bisa menelpon anak ini sekarang?" tanya Tenn penuh selidik, "I-itu.."
Skakmat.
"Tidak tidak aku bercanda, jangan panik seperti itu Riku," ujar Tenn sambil tertawa ringan. "Mou.. Tenn-nii!" ujar Riku sambil mem-pout kan bibirnya di seberang sana. "Aku tidak bisa membayangkan betapa lucunya kau sekarang.." Tenn sedikit bergumam tetapi terdengar oleh Riku, walaupun tidak terlalu jelas.
"Ada apa?" tanya Riku bingung, Tenn pun tersadar dan berdehem sebelum mengatakan alasan ala dirinya,
dasar brocon.
Tiba-tiba manik Tenn menangkap Erin yang sedang membayar di kasir, yang membuat Tenn cepat cepat mengakhiri panggilannya dengan Riku, "Riku, sudah dulu ya. Aku ada urusan," ujar Tenn beralasan dan di iyakan oleh Riku, lalu Tenn pun memutus panggilannya dan cepat-cepat meletakkan ponsel milik Erin ke tempat semula.
"Kujo-san?"
Tenn yang merasa terpanggil pun membalikkan badannya dan mendapati Erin yang membawa nampan berisi makanan dan minuman. Tenn yang melihat Erin pun langsung kaget tetapi langsung berusaha tenang kembali agar tidak ketahuan,
orang dia ahlinya.
"Ah, ponselku!" Erin yang melihat ponselnya tergeletak di meja pun langsung menaruh nampan yang ia pegang ke meja lalu mengambil ponsel miliknya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Terima kasih telah menjaga aset berharga ku, Kujo-san!" Erin lalu duduk ke kursi kayu yang berada persis di depan Tenn, "Ya," jawab Tenn singkat.
"Kujo-san, kau menyukai donat kan? Aku sengaja memesannya untukmu," ujar Erin lalu mengambil matcha latte pesannya tadi.
"Aku tidak lapar, bukankah aku sudah mengatakannya?" ucap Tenn. "Kau tidak asik.. Setidaknya satu saja ya? Ya?" ujar Erin memohon, tetapi bagi Tenn kesannya agak sedikit memaksa, jadi dia sedikit kesal.
Beruntung makanan yang Erin paksa adalah donat yang merupakan dessert favoritnya, jika saja Erin memaksanya memakan makanan lain ia pasti sudah pergi daritadi.
Definisi makanan lebih penting daripada human :)
"Satu saja, oke? Aku tidak mungkin menghabiskan satu kotak sendirian," kata Erin seraya mengambil salah satu donat dari kotak yang berisi donat tersebut.
"Memakan donat satu saja sudah manis, apalagi satu kotak? Ditambah melihatmu yang manis membuatku kejang, bisa-bisa aku diabetes nanti," lanjut Erin. Tenn yang sedang menyeruput jus apel miliknya langsung tersedak dan terbatuk-batuk dramatis ala sinetron. g
"Apa maksudmu? Lagipula aku ini laki-laki, jika kau menggunakan kata manis itu agak.." Erin yang mendengarnya pun langsung peka, tetapi pekanya kelewatan jadi tidak bisa disebut peka juga.
Karena dasarannya memang tidak peka jadi sekalinya nyoba peka malah kelewatan.
"Tapi kau lebih ke tampan daripada manis sungguh. Yang manis mah adikmu," celetuk Erin. Tanpa ia sadari ia telah menyebutkan kata terlarang di depan pawang seorang Nanase Riku, sekarang aura dingin ala Kujo Tenn bertebaran di meja mereka dan sekitarnya.
"Apa? Dasar brocon," cibir Erin. Tenn yang tidak terima disebut brocon oleh Erin pun membalas, "orang yang cintanya bertepuk sebelah tangan diam saja," balas tenn sambil tersenyum miring. Erin pun merasa tertohok sekaligus kesal, "padahal dia yang membuat cintaku bertepuk sebelah tangan!" batin Erin.
"Sebenarnya tidak apa-apa kalau memang kau tidak menerimaku, toh ada duplikatmu yang terbuka denganku. Jadi silahkan saja, Riku-san milikku," sosor Erin tanpa rem. Tenn pun terdiam sejenak sebelum membalas Erin lagi, "sejak kapan riku mau denganmu?" Kali ini nada Tenn terdengar tidak terima, entah karena adiknya direnggut atau hal lainnya, entahlah.
Hanya dia yang tau.
"Apa? Kau tidak terima adikmu diambil? Kalau kau se-protektif itu dengan adikmu baiknya kau nikahi saja dia, kasihan loh dia jadi tidak punya pasangan karena kakaknya," ledek Erin lalu ia pun meminum matcha latte miliknya. Kali ini Tenn sedikit merasa emosi, Tenn juga bingung kenapa dia bisa emosi dengan perkataan gadis yang asal-usulnya tidak jelas ini.
"Idol itu harus profesional. Banyak larangannya apalagi berpacaran, jadi kau jangan berharap apapun denganku." Kata-kata Tenn membuat Erin berhenti menyeruput latte miliknya dan terdiam sejenak, "aku tau, aku juga pernah kok," gumam Erin sambil melihat ke arah lattenya dengan tatapan sendu, tetapi karena suaranya yang kecil Tenn tidak terlalu mendengar perkataan Erin dengan jelas.
"Kau mengatakan apa?" tanya Tenn bingung. "Tidak, tidak ada apa-apa. Lupakan saja," jawab Erin.
"Tapi Kujo-san, kau tau tentang dongeng matahari dan bulan?" lanjut Erin. "Tidak, memangnya ada apa di dongeng itu?" tanya Tenn sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Suatu hari, ada sebuah bulan dan matahari yang jatuh cinta, tetapi mereka tidak akan pernah bisa bertemu, kenapa?" ujar Erin yang mulai bercerita, sedangkan Tenn hanya diam sambil menyimak. "Karena ketika matahari datang, bulan sudah menghilang. Ketika bulan datang, matahari pergi, dan terus berlanjut seperti itu," lanjut Erin.
"Kemudian, Tuhan pun menciptakan gerhana untuk memberi tahu kepada semua orang bahwa tidak ada yang mustahil bagi cinta." Tenn pun berfikir sejenak lalu mulai berbicara, "jadi inti cerita ini adalah tidak ada yang mustahil bagi cinta?" tanya Tenn dan Erin pun hanya tersenyum simpul.
"Hahh.. Terserah dirimu, aku hanya memberitahu realita saja." Tenn pun melanjutkan kata-katanya, "jika kau tidak bisa menyadari realita, kau akan jatuh dan sakit pada akhirnya, ingatlah itu."
Setelah mengatakan hal itu, Tenn pun berdiri dan bersiap untuk pergi, "mau kemana?" tanya Erin. "Aku akan pergi, aku memiliki jadwal 30 menit lagi," jawab Tenn dan Erin pun hanya ber-oh-ria.
"Terima kasih atas jamuannya, nona." Setelah mengatakan itu, Tenn pun pergi dan meninggalkan Erin di dalam cafe itu sendirian. "Nona..? Dia membalasku?" batin Erin lalu ia pun sedikit tersenyum.
"Sebenarnya.. Cerita itu belum selesai disana, tetapi kau malah memotongnya, dasar." Erin pun mengambil donat terakhir yang berada di kotak itu dan memakannya.
"Tidak semua cerita berakhir dengan bahagia. Jika memang bukan takdir, mau dipaksakan bagaimanapun juga tidak akan bisa, sama halnya dengan cerita matahari dan bulan." Erin pun tersenyum getir, lalu melanjutkan kata-katanya,
"Tuhan memang menciptakan gerhana untuk memberitahu semua orang bahwa tidak ada yang mustahil untuk cinta, tetapi kita semua tau kalau gerhana bersifat sementara yang membuktikan bahwa cinta itu hanya bersifat sementara dan tidak abadi."
"Karena itulah, cinta tak seharusnya ada di dunia."
To be continued..
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro