Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#42

Sebenernya surprise ultah tae tahun 2017 ga begini, tapi ga apalah ya diubah. Kan cuma FF

———————————

"SELAMAT ULANG TAHUN TAEHYUNGIE!!!" Seokjin mendobrak kamar Taehyung yang tidak dikunci dan langsung menyibak selimutnya.

Anak itu bertelanjang dada. Sudah menjadi kebiasaannya tidur seperti itu. Sama seperti JK.

Taehyung yang kelelahan mengucek mata. Jimin muncul dengan sebuah tart yang ia dekorasi sendiri dengan stroberi di atasnya, kesukaan Taehyung.

"Ah, Hyung!" Taehyung merengek. "Seharusnya kalian kasih surprise saat aku kelihatan tampan biar bisa masuk Bangtan Bomb." Ia meraih piyama yang digeletakkan di dekatnya dan memakainya.

"Tenang, nanti kan ada sesi surprise ala Bangtan Bomb. Kau hanya pura-pura terkejut lagi," balas Seokjin enteng sambil mengeluarkan ponsel dan memotret Taehyung.

Ia tertawa melihat hasilnya. Berhubung yang lain sudah tidur, hanya kami yang memberikan kejutan dan ucapan langsung.

"Sudah, ya? Aku mau kembali," kataku sambil mengucek mata.

"Ish, kita baru juga masuk," balas Seokjin.

"Tae, happy birthday," lanjutku sambil menepuk puncak kepalanya.

"Bilang I love you dulu." Taehyung menahan tanganku.

Aku mengernyitkan hidung. "Tidak."

"Bilang, ayo. Kau tidak boleh pergi sebelum bilang kau mencintaiku."

Aku mendesah panjang. "I love you." Aku menggumam nyaris tak terdengar. Barulah Taehyung melepas tanganku. Jimin dan Seokjin tertawa.

"Aku akan menemani Tae Tae di sini." Jimin naik ke ranjang sambil mencomot krim kue tart.

"Taruhan, berapa jumlah hadiah yang akan diterima Taehyung dari penggemar?" tanya Seokjin sambil ke luar kamar Taehyung.

"Entahlah."

"Btw, BH akan melarang fans mengirim hadiah untuk kita. Januari akan menjadi bulan terakhir." Ia mengomel panjang lebar soal kebijakan itu.

Namun, di sisi lain aku menyetujuinya. Sebab, hadiah yang kami dapatkan dari penggemar setiap tahun datang dalam jumlah banyak dan bernilai tinggi. Aku khawatir hal itu berujung tak sehat. Manajer penggemar akan mengadakan meeting dengan kami untuk pembahasan ini.

Begitu masuk ke kamar (kami sudah mendapatkan kamar sendiri-sendiri, sehingga aku sudah tidak sekamar dengan Seokjin), aku kembali duduk di depan laptop. Sesekali menuangkan wine ke gelas berkaki. Kadang pula mengecek ponsel.

Tak ada apa pun.

Aku meregangkan tangan. Sebelum beranjak, ponselku bergetar.

El.

*****

"Punya waktu luang untuk... well, merayakan tahun baru?"

Aku memandang ke luar jendela.

"Belum tidur?" Suaranya terdengar berat.

Aku tersenyum. "Belum. Baru saja mengirim voice note ke Taehyung. Ucapan ulang tahun." Aku memandang gelas di genggamanku, lalu menyesap isinya sebentar. "Well?"

"Entahlah. Aku khawatir aku tidak punya waktu. Kami sangat sibuk sampai tahun depan. Sangat-sangat sibuk sampai tak punya waktu untuk diri sendiri."

Aku mengedipkan mata beberapa kali. "Sepertinya ada yang butuh tempat bersandar untuk bercerita, huh? Atau puk-puk?" Aku terkekeh.

"Aku tidak bisa datang, Bae."

"It's okay. Kita masih bisa bertemu di kantor. Itupun kalau kau mengizinkanku mendatangimu."

"Aku tidak bisa janji."

Aku menghela napas panjang dan meletakkan gelas ke nakas, lalu duduk di pinggiran ranjang.

"Sibuk sekali, ya? Tidak ada waktu istirahat sebentar? Kalian berhak istirahat setelah kesibukan promosi di Amerika setahun ini."

"Maaf, Bae...."

"Tidurlah. Terima kasih sudah bersedia menjawab panggilanku." Aku mematikan sambungan tanpa mengucap penutup.

Aku menoleh ke nakas, memandangi foto yang terpajang di sana sejak kemarin.

*

Ini pertama kalinya aku mulai memimpin setiap rapat tim Divisi Perencanaan. Sejak Seojun dipindah sebagai Manajer Pemasaran, aku yang memegang kendali divisi ini. Walaupun kuakui, tak ada seorang pun dari anggota tim yang menyukai ide Bang Sihyuk. Aku tidak peduli.

Hari ini, kami menyempatkan rapat bersama Bangtan. Aku sengaja mencari celah sekadar menyeret mereka bertujuh untuk mendengarkan presentasi tim Divisi Perencanaan untuk konsep baru mereka.

Ketujuhnya datang dan siap mendengarkan dengan saksama. Aku profesional. Jadi, aku tetap fokus dengan rapat sampai ada kesempatan istirahat sebentar untuk coffee break.

Sebelum melangkah mendekati Bangtan, aku melihat salah seorang anggota divisiku yang diam-diam memotret mereka. Spontan, aku menghampirinya, menarik ponsel di genggamannya.

"What the hell...." Ia memandangku, protes. "Dengan sangat hormat, kembalikan ponselku."

Aku tersenyum simpul dan membuka galerinya. Tanpa permisi, kuhapus foto-foto yang ia ambil.

"Pertama, kau memotret artis tanpa izin." Aku menyodorkan ponselnya. "Kedua, tunjukkan respect di depan ketuamu."

Cewek itu mendesah kesal dan melenggang gusar.

Namjoon yang melihat keributan kami tersenyum. Ia mendekatiku sambil mempertahankan senyum, menampakkan lesung pipitnya yang manis.

"Wow. Padahal baru berapa hari, kau sudah berani menunjukkan cakarmu, El?" Ia menepuk pundakku. "Terima kasih."

"Aku tidak suka ada bawahanku yang tidak punya sopan santun dan tidak menghargai privasi artis di sini." Aku tersenyum.

"You're a good leader."

Aku tertawa. "Namjoon, kalimat itu lebih cocok untukmu."

"Jadi, kau lebih tertarik konsep yang... gelap untuk kami? Kenapa?"

"It's beautiful, Joonie. It's an art. A masterpiece."

"Ya, well, sangat kebetulan karena kami sedang mengalami overwhelmed. Kami punya Outro yang bagus. Aku mau saja memberikan bocoran. Tapi, aku rasa Hyung lebih senang melakukannya untukmu. Itupun kalau dia tidak sibuk." Bibirnya mengatup membentuk garis lurus. Ia melipat tangan.

Aku memandang Taehyung dan Jimin yang sibuk dengan ponsel mereka. Hanya tersisa mereka bertiga karena yang lain mungkin ke luar sebentar.

"Hm. Sampai tak punya waktu pribadi, huh?" Aku melipat tangan depan dada seraya duduk di pinggiran meja, menyilangkan tungkai yang terbungkus bot sepanjang di atas lutut. "Aku dengar dari Yoongi, kau bahkan memutus pacarmu. Kenapa? Karena fokus dengan karier?"

"Percayalah, El. Ini bukan kemauanku. Ini risiko yang harus kuambil atas jalan yang aku pilih. Sebagai idol. Saat pertama kali menandatangani kontrak, aku tahu itu artinya aku menjual waktuku. Menjual kebebasanku."

Aku terkekeh. "Kau terlalu berdedikasi dengan pekerjaanmu, Joonie." Pandanganku berpindah ke Jungkook yang masuk sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana cargo-nya. Aku memiringkan kepala, menyadari banyak hal.

Ia tumbuh semakin dewasa.

"Well, aku tahu apa yang aku pilih." Namjoon menepuk pundakku. "Dan, kau, malah memilih terjun ke dunia ini. I mean, you know, having relationship with someone who supposed to be a slave of Korean music industry (Maksudku, berhubungan dengan seseorang yang menjadi budak industri musik Korea)...."

"A slave?" Aku tertawa geli. "You're all not slaves in this economy. You're all kings who will rule this fucking industry, mate (kalian semua bukan budak di industri ini. Kalian raja yang akan memimpin industri ini)." Aku mengusap pipi Namjoon. Pandanganku berpindah ke Jungkook lagi. "Kalian semua. Kalian akan menjadi orang yang tak terkalahkan di sini."

*

Aku memotret pemandangan Seoul dari rooftop Big Hit. Saat melihat hasilnya, seseorang mengagetkanku di samping. Aku mendapati Jungkook yang sudah berdiri di sebelahku.

"Akhir tahun yang dingin, kau malah memotret pemandangan di luar alih-alih menghangatkan diri?" tanyanya.

"Bukannya kakakmu yang datang, malah kau yang ke sini, Jeon." Aku memotretnya.

"Dia sibuk."

"Hm, ya, dan kau pasti juga sama sibuknya. Tapi, kau yang datang ke sini."

Ia merebut kamera di tanganku untuk melihat hasil jepretanku. Ia mengutak-atik kamera itu.

"Aku merindukanmu," gumamnya. Ia mengangkat kepala. "Kau tidak?"

"I missed you."

Ia terdiam selama beberapa saat, kemudian memotretku. Ia menyerahkan kameraku.

"Aku sudah 21 tahun."

"Dua puluh tahun usia internasional," ralatku. Ah, sama saja. Ia sudah legal. Aku tersenyum. "Jadi, butuh teman minum?"

Ia mendekat dan memelukku, membuatku mengerjapkan mata kaget. Tangannya melingkar erat.

"Sekarang, jangan anggap aku sebagai adikmu, Eri. Biarkan aku menyukaimu. Sebagai seorang pria."

*******

Mau ngingetin Eri itu panggilan kesayangan JK ke El. 🤣🤣🤣

Gimana ujiannya guis? Gw ga paham sama sistem ujian anak sekolah zaman sekarang 😭 ternyata udah berubah banget ya.

Setelah baca komentar-komentar kalian, aku jadi makin tergelitik bikin plotline cerita ini wkwkkwk. Ini panjang banget plis. Udah kayak webtoon 🤣

Btw, ada yang ingat sama pertanyaan buat Bangtan yang intinya "Kalau kalian menyukai cewek yang sama, apa yang akan kalian lakukan?"

Nah, kalau kalian inget jawaban asli Yoongi sama Jungkook, pasti tahu spoiler plot berikutnya 👀

Selamat ulang tahun Mas Ganteng, walaupun telat :") Berhubung timeline cerita ini udah akhir Desember jadinya ga bisa kasih scene ultah Seokjin 😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro