Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#28

Heyooooo maap baru update karena deadline kantor banyak banget monanges 😭😭😭 Dahlah capek cari duit sendiri. Mau kirim pelet ke Yoon aja biar dijadiin istri 🤧

Baiklah. Sebelum kalian baca cerita ini, gue mau kasih penegasan ya kalau cerita ini FIKTIF yang terinspirasi dari Bangtan dan beberapa kejadian yang gue riset. Jangan dibaperin ya gaesss. Terus gue ga maksud sotoy-sotoy ga jelas soal Bangtan. Gue cuma fans biasa yang ga ngerti kepribadian asli mereka di belakang kamera :( Jadi, anggap aja ini halu semata untuk hiburan dan rileksasi dari ingar-bingar realita yang menyedihkan 🤧

Makasih udah baca note panjang ga jelas ini. Tolong dibaca sampai akhir ya setiap note-ku, kan siapa tahu jadi informasi penting 🤣👍🏻

INI VISUAL EL YA. JANGAN BAYANGIN MUKA GUE LAH ANJER MUKA GUE GA ADA ESTETIK ESTETIKNYA. Kalo ini udah lokal kan? Akwkwkwk. Ga tau kenapa langsung srek aja pas ga sengaja liat muka dia dan kebayang jadi El di sini. Mulai sekarang pisual El dia aja ya gengs. Oke? (jangan tanya namanya, tar malah menjamur di Wattpad ga seru 🤧)

*****

"Kau bisa mendapatkan masalah." Manajer Sejin mendesah panjang begitu mendengarkan penjelasan Yoongi.

"Hyung, ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat."

"Aku tidak ingin mengajakmu berdebat. Aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi."

"Jangan bilang Bang PD."

Manajer Sejin menatapku sejenak sebelum mengalihkan ke Yoongi. "Uang denda jumlahnya besar sekali. Kau tak mau dia dapat masalah, kan?"

"Aku hanya minta bantuan untuk dicarikan bodyguard yang bisa melindunginya."

"Yah, bukankah malah aneh kalau dia ke mana-mana diekori bodyguard?" Manajer Sejin mendecak lidah. Ia mengusap bibir untuk berpikir. "Aku bisa membantu menemukan sasaeng-sasaeng itu. Tapi, aku tidak berani berjanji bisa mengatasinya kalau mereka datang dari keluarga kaya dan berkuasa." Ia menunjukku. "Sebarkan gosip kalau kalian putus, tapi jangan sampai terdengar media."

"Hah?" Sebelah alisku terangkat tak mengerti.

"Harus ada seseorang yang menyebarkan gosip pada sasaeng itu. Mereka lebih percaya informan dari orang dalam daripada pers."

"Aku bisa mengatasi itu," kataku.

Manajer Sejin mengangguk. Ia memandang Yoongi. "Ayo kembali. Besok pagi kau punya jadwal, kan?"

Terdengar dengusan Yoongi yang tampak tak senang. Manajer Sejin melenggang lebih dulu. Yoongi meraih jaket dan memakainya. Ia menggumamkan selamat tinggal sebelum mengekori Manajer Sejin.

Namun, baru beberapa langkah, ia berbalik badan dan menghampiriku. Lalu, kedua tangannya meraih wajahku dan mengecup bibirku dalam sekejap. Kejadiannya cukup singkat sampai aku tak menyadarinya. Jantungku jumpalitan tak keruan. Bahkan setelah ia pergi dari hadapanku sambil terus mengomel bersama Manajer Sejin.

"Ah." Aku mengerang, sadar kalau ada memar di sudut bibirku gara-gara sasaeng keparat tadi siang. Namun, setelahnya aku tak berhenti tersenyum seperti orang sinting.

*

Aku mengamati sebuah lukisan yang sedang dipresentasikan oleh salah seorang profesorku sebagai bahan pembelajaran. Terkadang aku menyimak, terkadang mengecek ponsel untuk berbalas pesan dengan Naina. Misi yang disarankan Manajer Sejin harus dijalankan. Dan, aku memberikan kepercayaan ini pada Naina yang punya kenalan yang bisa berkoneksi dengan sasaeng.

Usai membalas pesan, pandanganku berpindah ke depan lagi. Lukisan besar beraliran ekspresionis itu malah mengingatkan aku dengan Namjoon yang sering membahas soal seni denganku saat ia senggang. Ya... awalnya sih basa-basi, tapi ia malah tertarik lebih dalam dan malah mengajakku kapan-kapan untuk mengunjungi museum.

Naina mengirimkan pesan lagi. Kali ini beserta sebuah cuitan.

Selang beberapa detik, cuitan itu dihapus. Wow. Ada yang secara terang-terangan berkata ingin membunuhku.

Aku mengerutkan dahi. Perhatianku teralihkan saat Profesor Kim mengeraskan suaranya. Melihat ekspresinya, aku pun memilih fokus ke mata kuliah.

*

Membaca pesan Yoongi membuatku senyum seperti kesambet setan. Perutku jadi tergelitik saking gemasnya. Misiku ingin sekali melokalkan dia haha.

Aku mendapatkan panggilan telepon darinya tak lama kemudian.

"Kau di mana?" tanyanya.

"Big Hit. Sedang menyusun konsep bersama yang lain," jawabku seraya membuka tutup buku yang kupegang.

"Tidak ada yang mengganggumu, kan?"

"Tidak... Sepertinya aku tak butuh bodyguard karena sasaeng itu lebih percaya dengan gosip dari informan dalam."

Aku mendengarnya menghela napas panjang. "Aku tidak bisa konsentrasi. Selalu memikirkanmu di sini."

Aku tersenyum. "Jangan begitu. Kasihan yang lain kalau kau tidak bisa konsentrasi hanya karena masalah seperti ini."

"Kita akan bertemu lagi beberapa hari ke depan."

"Hm." Aku bersendang dagu. "Aku merindukanmu."

"Aku tahu."

"Harusnya kau bilang 'aku juga'!" Nadaku naik sentimen, membuatnya terkekeh.

"Aku juga," jawabnya. "Aku harus kembali latihan. Dah."

Sambungan dimatikan. Aku mengetuk pulpen ke meja dan menatap layar ponsel yang hanya menampakkan gambar dirinya. Lalu, tertawa.

*

Aku sedang membaca buku saat Naina sibuk mencatok rambut sambil mendengarkan lagu Bangtan dari ponselnya. Kupandangi dirinya yang mematut diri di depan cermin lipat di meja. Kututup buku, meletakkannya di meja dan mulai membuka suara.

"Kenapa lo ngaku ke Yoongi?" tanyaku.

Naina menengadah masih dengan tangan memegang rambut. "Soal waktu itu? Gue khawatir sama lo, jadi terpaksa hubungi dia dan ngaku kalau gue dapat nomor lo dari sasaeng."

"Bukan karena pengen deket sama dia secara intensif, kan?"

"Maksud lo?" Mata Naina membesar.

"Memanfaatkan situasi buat deket dengan Bangtan."

Ia membuka mulut dan meletakkan alat catok ke meja. "Kok lo malah nuduh gue kayak gini? Gue nggak pernah ada rencana buat deketin mereka dengan cara ini, kali! Sebucin-bucinnya gue sama Taehyung, gue lebih seneng deket sama dia pake usaha buat dateng ke fansign."

"Bukannya lo kemarin bilang iri karena gue bisa deket sama Bangtan tanpa keluar uang?"

Naina mendecak lidah. "Bodo!" Ia lantas beranjak berdiri sambil membawa alat catok, melenggang menuju kamar.

Ponselnya ditinggal di meja, masih memutar lagu. Aku mengambilnya, hendak memberikan padanya, tapi notifikasi di layar ponsel itu menyita perhatianku.

*****

Lanjut kapan nih 😙

BTW gue heran ya. Vote sama comment di sini jumlahnya hampir sama 🤣

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro