Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#20

"M-MIN YOONGI?!" Naina berteriak. "S—"

Spontan saja aku melepaskan tangan dari cengkeraman Yoongi dan melesat menghampiri Naina untuk membungkam mulutnya sambil memelotot.

"Naina lo ada di asrama gue! Jangan teriak begini!"

Naina masih mendelik melihat idolanya yang tengah memandang kami dengan raut wajah bingung. Yoongi menggaruk kepalanya.

"Aku... balik saja."

"Sebentar." Aku menyeret Naina memasuki kamar dengan paksa—walaupun gadis itu meronta-ronta sambil memandang ke Yoongi.

"Ssst!" Aku mendekatkan telunjuk ke bibir.

Naina melepaskan tanganku. "Itu beneran Suga, kan???"

Aku mendesis. "Iya, iya. Tapi, please, jangan berisik dulu. Nanti satu asrama pada denger, Na!"

Naina membuka mulut dan menyapukan jemari di bibir. "Wah... wah.... Gue mau minta foto. Mumpung."

"Ish, Naina. Nanti dulu, deh. Situasinya lagi nggak mendukung. Dia harus balik sebelum orang-orang tahu. Dan, awas ya kalau lo laporin ke gerombolan sasaeng itu."

Kutinggalkan Naina yang masih belum bisa memercayai pandangannya. Begitu keluar, aku sudah mendapati Yoongi yang memakai lagi jaket dan lainnya, siap pergi.

"Aku akan memastikan dia tidak membocorkan ini," kataku.

"Sepertinya, wajahnya tidak asing."

"Dia pernah datang ke fansign kalian."

Yoongi tampak mengingat-ingat. "Ah...."

"Yoongi-ssi, lebih baik kau segera pergi sebelum teman-temanku keluar dari kamar masing-masing. Aku mendorongnya menuju pintu.

Yoongi terdorong, lalu memutar badan. "Kasar sekali."

Begitu mendengar suara pintu salah satu kamar teman asramaku hendak dibuka, aku buru-buru mendorongnya keluar dan segera menutup pintu.

"Hai, ada apa, sih? Kenapa kau berisik sekali? Ini sudah malam." Salah seorang seniorku mengutuk kesal.

"Maaf." Aku menunduk minta maaf. "Temanku sedang fangirling.

"Kau dan temanmu itu selalu saja bikin keramaian. Aku sudah berusaha sabar."

Aku menggigit bibir bawah. Tiba-tiba pintu kamarku dibuka dan muncullah Naina yang langsung berteriak,

"Kenapa memangnya kalau aku fangirling, heh?"

"Anak ini." Kakak seniorku memelotot. "Kau bukan penghuni asrama ini. Jangan bikin ulah!"

Dan, akhirnya pertikaian pun terjadi. Naina yang memaki-maki dan kakak seniorku yang tak terima dengan keberisikannya. Mereka berdua bergulat saling menjambak. Aku mencoba memisahkan sambil memanggil seorang teman asrama di kamar lain. Teman asramaku yang berasal dari Jepang pun keluar kamar dan ikut membantu memisahkan Naina serta seniorku.

Aku malah berakhir kena tamparan salah sasaran hingga membuatku terhuyung ke belakang.

"Sialan."

"El!" Naina berseru melihatku mengusap-usap pipi yang panas.

"Kau pantas mendapatkan itu, huh." Kakak seniorku mengusap rambut ke belakang sebelum berlalu gusar masuk ke kamar.

*

"Udahlah lo mending pindah ke apartemen gue!" seru Naina saat kami berdua duduk-duduk berpiknik kecil di Taman Nakseongdae sambil melahap tteokpokki yang kami beli di pinggir jalan.

"Tanggung."

Naina mendecak lidah. "Lo bohongin gue."

"Soal?" Aku mengusap bibirku yang belepotan saus.

"Soal apa lagu kalau bukan Oppa gue!" Naina melayangkan bogem di udara saking kesalnya.

"Gue cuma berusaha jaga rahasia, Na."

"Lo kan nggak usah bohongin gue kalau soal kerja paruh waktu di Big Hit! Gue juga nggak bakal ganggu lo dengan minta tanda tangan Taehyung, kok."

"Bener?"

Ia mengerucutkan bibir. "Gue mau langsung dicomblangin!"

"Cot." Aku mendorong kepalanya. "Tuh, lo aja masih alay begini, gimana gue percaya sama lo?"

"Jahat." Naina mendengus. Ia membulatkan mata. "Jangan-jangan yang lagi santer diomongin sasaeng Yoongi itu lo? Bukan Adora?" Naina membuka mulut. "Lo kudu hati-hati, El. Sumpah. Kalau sasaeng udah tahu identitas cewek yang deket sama Oppa mereka, bakal tamat lo."

"Ih, jangan nakut-nakutin."

"Gue bakal minta tolong teman gue yang jadi mata-mata di grup itu, oke? Lo nggak usah khawatir. Gue bakal ngelindungin lo kalau ada apa-apa."

Aku tersenyum. "Lo baik banget, sih."

"Asal comblangin gue sama Taehyung."

Ekspresiku berubah masam. "Nggak usah ngarep lo."

"Kenapa, sih? Gue nggak masuk kriteria cewek pujaan Taehyung? Gue kan cantik. Gue cocok jadi Y/N di Wattpad."

"Udah nggak usah ngaco, ah. Lo kan udah sering ketemu Taehyung di konser, music show, sama fansign. Dia udah notice lo bolak-balik, Maemunah."

Naina mengusap rambutnya sambil mencebikkan bibir. "Tapi, gue mau deket sama Taehyung. Gue udah jatuh cinta sama dia, El. Kalau nggak bisa dapetin dia, gue main pelet nih."

Aku mengetuk kepalanya cukup keras untuk menyadarkan keedanannya. Naina mengaduh kesakitan.

"Jangan kayak ppasuni, dong. Ngefan sewajarnya aja." Aku menghela napas panjang. "Lagi pula, yang lo rasain ke Taehyung itu cuma obsesi pengen miliki, Na. Bukan cinta."

Wajah Naina memberengut. Ia melahap sisa tteok-nya yang sudah mengeras. Menggigit sangat kuat.

"Kalau lo sendiri?"

"Gue? Kenapa?"

Naina memandangku. "Yang lo rasain ke Yoongi."

"Hah?" Aku tertawa terbahak-bahak, lantas melahap tteok terakhirku sambil terbatuk. "B aja."

"B for bullshit?" Naina memutar bola mata.

Ponselku bergetar. Aku melihat nama Yoongi di layar. Naina yang menyadarinya memekik sambil mengatupkan telapak tangan ke bibir.

"Angkat, El! Angkat! Loudspeaker, dong!"

"Jidat lo."

Aku mengangkat panggilan itu, tapi tak menuruti Naina untuk menekan loudspeaker. "Hm?"

"HM?" Naina memelotot. "Seumur-umur ngefan sama BTS nggak pernah gue nge-ham hem ham hem Oppa gue."

Aku mendekatkan telunjuk ke bibir, menyuruh Naina diam.

"Kau dapat masalah?"

"Tidak."

"Sedang apa sekarang?"

"Sedang...." Aku menatap Naina yang menguping di dekat ponselku sambil cengar-cengir seperti orang gila. "Mencari udara segar di taman."

Aku mendengar suara tawa pelan di seberang. "Kau jujur."

"Memangnya buat apa aku bohong??"

"Aku ada di dekatmu."

Aku praktis celingukan mencari-cari keberadaannya, sama dengan Naina yang ikut celingukan.

"Di mana?"

"Pokoknya dekat denganmu."

Aku menghela napas panjang. "Lokasinya?"

"Di hatimu."

Aku spontan tertawa dan berhenti detik berikutnya. "Jangan main-main denganku."

Ia terkekeh. "Maaf. Itu candaan yang suka dilempar Hoseok."

Oh. Candaan. Haha.

"Aku sedang piknik malam."

"Dengan temanmu tadi?"

"Hm. Dia penggemar kalian."

Naina tersenyum semringah dan menunjukkan ibu jarinya.

"Oppa, kau masih sibuk? Aku perlu bicara denganmu. Bisakah kita mengobrol berdua?" Terdengar suara Adora dari seberang.

"Tuh, dicariin Sooyeon-mu. Aku sudahi."

Tidak memberikan kesempatan Yoongi untuk menjawab, aku pun menutup sambungan. Naina menatapku dan mendengus.

"Kok dimatiin?"

"Ada Sooyeon." Bola mataku berputar ke atas.

"Sooyeon? Adora?" Aku tak membalas. Naina tertawa terbahak-bahak. "Lo jealous sama Adora?"

"Shut up."

Namun, makin ke sini makin jelas saja kalau ucapan Naina ada benarnya.

*

Sejak Naina tahu aku bekerja paruh waktu di Big Hit, ia tak jarang mencoba menitipkan hadiah untuk Taehyung yang selalu kutolak. Karena tak tega melihatnya memohon-mohon, aku pun memberinya kesempatan dengan menerima titipannya.

Seperti hari ini, ia menitipkan jam tangan GUCCI seharga lima belas juta rupiah.

"Taehyung suka GUCCI. Gue sering kirimin dia GUCCI setiap ultah," katanya waktu itu.

Aku bertemu dengan Taehyung di koridor dan segera memanggilnya. Cowok itu berhenti begitu mendengar suaraku.

"Noona! Selamat atas pemindahanmu!" serunya, lalu memelukku.

"Ah... ya. Thanks."

Taehyung melepas pelukannya dan menyadari benda di tanganku. Aku mengamati kotak hadian itu dan mengangsurkannya kepada Taehyung.

"Untukmu."

"Wah. Sungguh? Ini hadiah darimu karena dipindahkan?" Wajahnya berseri-seri ketika menerima kadonya.

"Bukan. Dari temanku. Dia penggemar beratmu."

Spontan, Taehyung menatapku. "Wow. Dia tahu kau bekerja di sini?"

"Tidak sengaja. Tapi, tenang saja. Dia tidak akan membahayakan kalian." Aku tersenyum. "Dia titip salam."

"Siapa namanya?"

"Naina Handoko."

"Na... Naina?" Taehyung mencoba mengingat-ingat.

Aku merogoh ponselku dan menunjukkan foto Naina pada Taehyung.

"Ah! Noona yang sangat cantik ini. Aku ingat wajahnya," katanya.

Wah, senyumku semakin semringah. Coba saja kalau Naina tahu ia sudah dipuji cantik oleh Taehyung. Ambyar pasti.

"Terima kasih!" kataku.

"Aku yang harusnya bilang begitu. Oh ya, sebentar lagi libur Hari Anak. Kau mau ke mana?"

Aku mengedikkan bahu. "Entahlah. Mungkin belajar di asrama."

"Ish. Kau sudah pintar, tidak perlu belajar. Kenapa tidak ikut saja salah satu dari kami? Aku akan pulang ke Daegu bersama Yoongi Hyung. Yang lain sepertinya juga pulang."

"Ah... selamat bersenang-senang kalau begitu."

"Taehyung-ah, ayo rekaman!" Dari kejauhan, Jimin berseru. Ia melambaikan tangan.

"Oh, aku harus pergi." Taehyung mengayunkan kado di tangannya. "Ucapkan terima kasih pada temanmu." Ia lantas melenggang menghampiri Jimin menuju studio rekaman.

*

*

Aku mengambil gambar pemandangan kota dari puncak gedung kantor begitu menyelesaikan jam kerja. Aku sedang tak mau pulang dulu. Kuhela napas panjang. Sejak pindah divisi, aku jadi jarang bertemu Yoongi di sini. Tidak sesering saat masih menjadi asistennya. Ia pun jarang mengabariku lagi. Interaksi dengan Bangtan pun tak sesering dulu, walaupun sebagian dari mereka masih suka mengirim pesan, termasuk Jungkook. Semalam, ia minta ditemani main Overwatch sambil mengobrol—sedangkan aku mengerjakan tugas.

Kudengar suara langkah kaki beserta jepreran kamera dari belakang yang membuatku menoleh. Mataku membulat mendapati Min Yoongi yang sedang membawa sebuah kamera di tangan. Ia mengamati hasil jepretannya.

"Coba berdiri di sana. Biar aku foto," katanya.

Nggak ada angin nggak ada ujan mendadak motoin gue. Kesurupan setan zaman Joseon apa.

"Kenapa kau di sini?" tanyaku.

"Jangan salah sangka. Aku tidak sengaja melihatmu dan angle tadi sangat bagus." Ia mengatakan itu tanpa memandang ke arahku. "Kau suka dengan pekerjaanmu sekarang?"

"Suka. Bayaranku bertambah."

Ia mengangkat kepala dan menyeringai. "Begitu?"

"Kau tidak pernah merepotkan lagi." Aku memasukkan kedua tangan ke saku kardigan. "Penggantiku pasti sangat kerepotan."

Ia hanya mencebikkan bibir. "Kau ada janji liburan nanti?"

"Entahlah."

"Yang lain pulang ke rumah masing-masing. Aku dan Taehyung berencana ke Daegu bersama."

"So?"

"Kau mau ikut?" tanyanya. "Aku ingin memperkenalkanmu pada orang tuaku."

*****

Belakangan ini gw jadi sering mimpiin Yoongi 😔 Tadi malem gw mimpi pacaran ama dia 🙃 Gila, kebanyakan ngehalu jadi ga waras nih gw. Apalagi kemaren liat video shirtless dia bertebaran di Twitter. Bgst 😭

Btw karena ini masih puasa, gw bikin adegannya aman-aman dulu ya gaes. Maap kalo bosenin woi wkwkkwk. Ntar aja yang intens gitu 👉🏻👈🏻

Mau ada bulan gosong? 🌚 👉🏻👈🏻

Ramein dulu 🌝

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro