Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#18

"Kenapa sih gue sial banget?"

Aku mengembuskan napas panjang sambil membawa dua plastik berisi beberapa gelas minuman. Bibirku sudah mencebik seperti bebek. Terlebih saat masuk ke ruang meeting yang sudah dipenuhi oleh tujuh cowok yang berisik.

"Yooo, El!" Hoseok berseru sambil beranjak menghampiriku dan membantuku membawa minuman-minuman itu. "Kau mimpi apa sampai mentraktir kami semua?"

Aku memandang Yoongi tanpa menghapus ekspresi kesalku. Aku dipalak Yoongi, jingan. "Hm. Ya. Biar kalian ingat sebaik apa diriku setelah aku kembali ke negaraku nanti," jawabku jutek.

Semua berseru bersahut-sahutan, heboh, kecuali dua orang. Yoongi dan Jungkook. Keduanya memandangku dengan tatapan berbeda yang tidak kupahami maksudnya.

Aku meninggalkan ruang meeting—mereka hendak membahas soal comeback bersama tim Big Hit lainnya. Yang, tentu saja, tidak boleh kuikutcampuri.

*

Ini pertama kalinya aku ikut Naina untuk berkumpul dengan beberapa fan Bangtan yang disebut ARMY. Mereka tampak ramah, bahkan padaku yang notabene baru kenal. Aku diajak Naina mengunjungi salah satu rumah mereka dan ikut pesta barbeque.

"Aku benar-benar kesepian karena orang tuaku selalu sibuk. Terima kasih sudah mau datang," kata salah seorang mereka yang bernama Jung Mijin. Gadis berambut sebahu itu sudah menyiapkan peralatan barbeque di pekarangan rumahnya yang luas dan terdapat pohon pinus di beberapa sudut.

Biasanya aku paling tak tahu diri kalau sudah diundang makan dan memilih ikut makan saja tanpa membantu persiapan. Tapi, berhubung aku sedang ada di Korea yang budayanya jelas beda dengan di Indonesia yang serba santuy, maka aku membantu mereka dengan menyiapkan piring ke atas meja.

"Kalian mau menginap?" tanya Mijin pada aku dan Naina. "Areum dan Dahye mau menginap."

"Sepertinya tidak," jawabku. "Aku ada urusan besok seharian." Apalagi kalau tidak mengurus Min Yoongi yang katanya mau pemotretan dan lanjut syuting sampai malam.

"Kau ada urusan? Apaan tuh?" Naina yang belum tahu pun penasaran.

"Ah, urusan kampus. Ada kerja kelompok."

Meja sudah ditata rapi dan siap dihidangkan makanan. Naina membantu Mijin yang selesai memanggang daging. Aroma daging asap menguar di udara, semakin membuat perut lapar. Mereka berempat asyik mengobrol soal comeback Bangtan yang akan segera datang. Di saat itu, ponselku bergetar. Aku segera memeriksa pesan masuk.

Dia benar-benar typing pakai bahasa Indonesia??? 😳

"Kau suka BTS?"

Perhatianku terpecah saat mendengar pertanyaan itu. Aku menatap Areum yang menunggu jawabanku.

"Dia bukan ARMY," Naina menyahut. "Bahkan, tidak tahu...."

"Ya," jawabku, membuat Naina seketika membungkam mulut dan menatapku dengan mata membulat.

"Sungguh?" Nada Dahye meninggi. "Kenapa tidak mengikuti obrolan kami soal Bangtan?"

"Aku baru menjadi penggemar gara-gara Naina."

"Masa?" Naina menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.

"Aku...." Aku mengusap rambut ke belakang telinga. "Suka lagu mereka yang berjudul Butterfly." Dan, tersenyum lebar. Waktu itu Namjoon pernah membahas lagu ini dan memutarnya di studio. Dan, memang enak.

"Siapa biasmu?" tanya Mijin.

Mereka semua menunggu jawabanku, termasuk Naina yang tampaknya terkejut dan pasti menganggap aku membual demi bisa mengobrol dengan mereka.

Dengan perlahan, aku menjawab, "Min Yoongi."

*

"Lo tadi bohong, kan?" tanya Naina ketika kami di dalam taksi menuju pulang. Matanya memicing curiga. "Lo jangan-jangan ternyata masih komunikasi sama Yoongi, ya?"

"Nggak, jir. Gue emang cuma paling tahu dia aja, makanya iseng jawab. Daripada kelihatan bego dan nggak asyik." Aku menyumpal telinga dengan earphone.

Mata Naina masih memicing. Bibirnya terpilin. Ia tampak mencurigaiku, tapi memilih untuk tidak menggali lebih dalam dan membiarkan aku menikmati lagu selama sisa perjalanan.

Setelah menurunkan aku di depan asrama, taksi meluncur lagi mengantar Naina ke apartemennya. Aku membuka ponsel untuk mengecek pesan masuk. Sebelah alisku terangkat melihat nama Jungkook.

Tumben sekali anak ini mengirim pesan. Memanggilku Noona pula.

Begitu sampai di dalam asrama, aku melepas sepatu, masuk ke kamar, meletakkan tas, melepas jaket, lantas berbaring di kasur. Menunggu panggilan teleponnya. Ia benar-benar menelepon selang beberapa menit.

"Jungkookie, are you ok?"

"Apakah aku cukup baik?"

Aku mengerjapkan mata. "Kenapa kau tanya begitu?"

"Jawab aku dulu, Noona." Nadanya mendadak manja. Seperti anak kecil yang ingin meminta sesuatu.

"Kau baik."

"Dalam segala hal?"

"Kenapa perlu ditanyakan? Kau hebat dalam segalanya, Jungkookie." Aku mendecak lidah. "Orang-orang bahkan memanggilmu Golden Maknae. Apa alasannya kalau kau tidak cukup baik? Kau luar biasaaa baik. Sangat berbakat."

Terdengar helaan napas berat. Aku menyatukan alis. Sepertinya, ada yang menganggu pikirannya.

"Kenapa kau bisa tanya begitu? Hm? Jawab aku."

"Aku merasa tidak puas dengan segala hal yang kulakukan. Aku mudah kecewa dan selalu berharap bisa melakukan semuanya sebaik mungkin. Aku terlihat kaku di variety show. Aku merasa orang-orang ini pasti menyesal mengundangku karena aku bukan orang yang menyenangkan."

"Hey, jangan berpikir begitu. Kau mungkin hanya kikuk. Kau bisa melatih dirimu untuk lebih sering berinteraksi dengan orang asing. Selain orang-orang Big Hit."

"Noona, aku takut."

"Takut apa?"

"Mengecewakan penggemarku. Aku takut melakukan kesalahan di depan mereka. Setiap hari aku memikirkan hal ini. Memikirkan ekspektasi mereka terhadapku. Aku takut melakukan sesuatu yang membuat mereka terluka."

"No, Jeon Jungkook. Kau tidak seharusnya berpikir sejauh itu. Kau punya kehidupan sendiri. Please think about yourself before thinking about other people. Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Kau menyayangi mereka? Lakukan sesuatu yang membuatmu bahagia. Itu pasti sudah cukup."

Terdengar kesunyian cukup lama. Hanya ada suara musik samar-samar yang diputar di komputer. Jungkook tak kunjung membalas ucapanku.

"Kau di mana?"

"Di studioku."

"Sampai jam segini?"

"Aku butuh waktu sendirian."

"Kau mau aku temani mengobrol? Akan kutemani sampai kau lelah dan tidur."

"Bukankah kau ada jadwal besok? Yoongi Hyung ada pemotretan dan syuting MV untuk Mixtape-nya, kan?"

"Kau sekarang prioritasku. Aku tidak akan tidur kalau kau belum tidur. Aku tidak mau kau memikirkan masalah-masalah seperti itu dan membuatmu tertekan."

"Noona...." Nadanya begitu lunak. "Seandainya, suatu saat aku melakukan kesalahan, apa yang harus kuperbuat?"

"Jadilah dirimu sendiri. Aku tahu kau anak yang bertanggung jawab."

"Ucapanmu sangat menghangatkan. Pacarmu pasti beruntung."

"Aku tidak punya pacar." Aku tertawa kecil.

"Oh? Sungguh? Orang seperti kau mustahil tidak punya pacar. Apa karena kau menunggu Yoongi Hyung?"

Aku memutar bola mata. "Aku hanya nyaman sendirian, Jungkookie."

Ia tertawa pelan. "Aku mau bermain gim. Overwatch." Ia mulai berceloteh sambil memainkan gim. Aku mendengarnya dengan saksama. Beberapa kali aku mengecek jam dinding.

Jungkook benar-benar betah bermain gim sambil mengobrol denganku di telepon, bahkan sampai pukul empat. Aku terkantuk-kantuk.

"Bae?"

"Ya, Yoongi-ssi?"

"Yoongi? Noona, kau ngelindur, ya?"

Aku membuka mata dan mengucek beberapa kali. "Ah... maaf. Aku ngantuk sekali."

"Aku matikan teleponnya kalau begitu. Kau tidur saja." Nada Jungkook terdengar sedikit kesal.

"A—"

Jungkook benar-benar menutup telepon tanpa pamit. Aku mengembuskan napas panjang. Lalu, memutuskan untuk tidur.

*

Gara-gara kurang tidur semalam, kepalaku pusing sekali. Aku sudah di lokasi pemotretan dengan wajah lecek dan kantung mata hitam. Terlihat seperti zombi. Beberapa staf menanyakan keadaanku yang kujawab aku hanya kurang tidur.

"Semalam tidur jam berapa?" tanya Yoongi begitu memiliki waktu istirahat sebentar sebelum masuk ke sesi selanjutnya.

"Hm. Lupa."

"Kenapa tidak tidur cepat? Kau kan tahu hari ini harus stand by mengikuti jadwalku."

Bibirku mengerucut. Aku tak mau menjawab jujur. "Aku belajar. Sebentar lagi ada ujian."

Ia hanya menghela napas panjang dan menyerahkan ponselnya.

"Tolong bawa."

Aku menerima benda itu dan mengangguk lesu. Namanya dipanggil lagi untuk melanjutkan sesi pemotretan. Aku mengamatinya dari jauh. Ia begitu lihai berpose di depan kamera. Padahal, ia sering mengatakan padaku bukan seseorang yang photogenic. Kalau ia tidak photogenic, lalu aku apaan? Kentang McD?

Wow. Aku betah sekali melihatnya dipotret berkali-kali dengan berbagai pose. Hari ini ia tampak berbeda dengan potongan celana jins dan jaket warna army.

Bro... may I say he's hella hot with those fucking outfits? 😔👉🏻👈🏻

Malah kesel aku tuh kalau lihat cowok ganteng di depan mata yang tampaknya susah untuk digapai. Bayangkan saja, saingan memperebutkan hati Min Yoongi ada jutaan. Pasti, akan ada seseorang yang berhasil mendapatkannya.

Kenapa aku malah memikirkan cara memperebut hati Yoongi? Duh, goblok jangan jadi bucin. 😠

Begitu selesai dengan pemotretannya, Yoongi menghampiriku, lantas mengulurkan tangan. Aku menyerahkan ponselnya. Ia menggeleng.

"Berikan ponselmu."

"Buat apa?"

"Aku ingin memeriksa sesuatu."

Aku menggeleng. "Ini privasiku." Ia membuka mulut, tapi segera mengatup lagi.

"Seokjin memanggilmu." Ia menunjuk ke belakang.

Aku menoleh, tapi sadar sudah ditipu karena dengan cepat Yoongi merebut ponselku. Aku beranjak dari kursi plastik untuk merebut kembali gawai itu.

"Yoongi-ssi, kembalikan!" Aku menggapai-gapai ponselku, tapi ia gesit sekali menghindar. Seperti seorang atlet basket yang berusaha menggiring bola ke ring. Ia tampaknya menikmati menjahiliku karena senyumnya merekah sekali.

"Ada yang kau sembunyikan dariku, huh? Kau berbohong tadi, kan? Kenapa?"

"Bukan urusanmu."

"Kau sudah tahu password studioku, kasih tahu aku password ponselmu."

Aku kehabisan kesabaran.

"Oppa!" seruku hingga menyita perhatian orang-orang, termasuk Yoongi yang menampakkan ekspresi kaget. Aku mencebikkan bibir dan memasang wajah imut. "Oppa, kembalikan. Itu punyaku!"

Haesh... sialan. Baru kali ini aku melakukan aegyo. Jijik anjir.

Orang-orang memandang ke arah kami sambil berbisik dan tertawa. Sebagian bahkan berseru-seru menggoda.

"Yoongi-ah, aduh, jangan jahat-jahat. Kasihan."

Aku menggembungkan pipi sambil memainkan telunjuk. "Oppa tidak mau menyerahkan punyaku?"

"Hentikan. Aku jijik sekali," katanya sambil mengernyitkan hidung.

"Kembalikan." Aku mengulurkan tangan tanpa menghilangkan nada sok imutku.

Alih-alih mengembalikannya, ia malah mengantongi ponselku dan berlalu pergi.

"Yoongi-ah!!!" teriakku lantang. "ASU!"

*

Ya ampun... aku mau pulang dan tidur woi! Tapi, apalag daya. Sampai pukul sepuluh malam, aku harus tetap menemani si berengsek syuting. Sejak tadi, aku kepalaku sudah berputar-putar. Aku mengambil kesempatan untuk tidur walau sebentar, sebelum mendengar suara Manajer Sejin yang memintaku ini dan itu. Belum lagi staf-staf perempuan yang mengerjaiku dengan menyuruh-nyuruhku pula.

Mentang-mentang aku seorang foreigner! Staf-staf yang masih muda itu tampaknya suka menjadikanku babu mereka pula.

Aku tertidur lagi. Entah berapa lama karena kali ini tidurku nyenyak sekali. Rasanya, ini seperti pertama kali aku tidur! Bahkan, aku tidak bisa mendengar suara-suara atau merasakan sesuatu. Terlalu lelap.

"Bae."

Sampai akhirnya, kudengar suara itu. Di antara sadar dan lelap.

"Hm."

"Bangunlah. Aku tidak mungkin menggendongmu sampai ke asrama, kan?"

"Hm."

Ia mendesah panjang. Napasnya terasa di dahiku.

"Kau mau kubawa ke asrama Bangtan?"

"Mau."

"Haesh. Bangun." Dahiku disentil berkali-kali, tapi aku tetap diam. "Kau memelukku sangat erat. Aku tidak bisa napas."

"Hm." Aku spontan membuka mata. "Hah?" Lantas, sadar sedang melingkarkan tanganku di sekitar tubuhnya. Praktis saja aku bergeser menjauh sambil mengucek mata. Dengan mata menyipit, aku memandang Yoongi. Ia seperti terbagi menjadi dua bayangan. "Kenapa kamu memelukku?"

"Harusnya aku yang bertanya, bodoh."

Aku memandang ke sekeliling. Rupanya, aku sudah berada di dalam mobil besar dengan kaca gelap.

"Aku di mana?"

"Aku akan mengantarmu pulang. Tapi, menunggu Manajer Sejin dan sopir kembali ke sini dulu. Mereka mencari sesuatu di minimarket."

Aku mengucek mata dan mengedip berkali-kali. Yoongi memandangku. Ia sudah mengganti bajunya dengan kaus yang dilapisi jaket hitam.

"Bagaimana aku bisa di sini?"

"Kau tidak mungkin jalan sambil tidur, kan." Bola matanya berputar. "Aku yang membawamu."

"Membawaku?" Nadaku naik satu oktaf. Telunjukku mengacung ke diriku. "Maksudmu, menggendongku?"

"Lalu kau berharap apa? Kulempar?"

Aku menggeleng cepat. "Kau sudah berani pegang-pegang!"

Ia mendesah frustrasi. "Harusnya kubiarkan saja kau tidur di gedung terbengkalai itu. Ya, kan?" Ia terkekeh.

Aku menyurukkan jemari ke rambut. Ia menyerahkan ponselku yang langsung kusambar. Aku memeriksa notifikasi. Tampaknya, ia tak membuka semua notifikasi.

Eh?

Aku menatapnya. "Kau membalas chat Jungkook?"

"Dia yang membuatmu tidak tidur sampai pagi?"

Aku mendesah. "Dia sedang membutuhkan seseorang. Kau tidak memarahinya, kan?"

Ia tertawa pelan. "Mana mungkin aku memarahinya."

"Tolong perhartikan dia."

"Kau bicara seakan-akan kami tidak memedulikan dia. Semua orang peduli dan menyayanginya. Dia hanya ingin cari perhatianmu." Ia mendecak lidah. "Aku akan bicara dengan Namjoon."

"Bagaimana kau bisa membuka ponselku?"

"Aku menempelkan sidik jarimu ke sensor home saat kau tidur."

Aku membuka mulut. Berengsek satu ini. Seharusnya aku marah, tapi yang kulakukan hanya mengembuskan napas panjang seolah-olah hal itu tidak masalah.

"Kau membohongiku," lanjutnya.

"Ini masalah sepele. Aku hanya menemani JK main gim."

"Sampai tidak tidur?"

"Kau marah?" tanyaku.

"Menurutmu?"

"Kenapa harus marah?"

Ia terdiam. Aku mendesah panjang sambil mengusap rambut ke belakang.

"Kenapa kau marah?" Nadaku naik, menuntut jawaban.

"Karena aku menyukaimu."

*****

Ini kalo sinetron India pasti dizoom dan dikasih petir bolak-balik.

Ini pada nanyain gw update kapan gegara IUxSUGA ya 🥴 Gw kemarin-kemarin sibuk nemenin JK yang mendadak pengen makan pentol 🤧

Racuni teman kalian untuk ngehalu di bulan ramadan gaes 😌👍🏻

Udah bolong berapa puasanya? 🌚

Nemenin si Bungsu manja keliling Seoul 😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro