Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Angel Vs Alen

Jangan lupa masukkan cerita ini ke reading list kalian ya. Tenang konflik nggak akan berat-berat kok. mereka berdua kan kesayangan akoh. Hehe.

Jangan lupa tap bintang sebelum baca ya...

🌺🌺🌺

Farel bergegas masuk ke jalur ICU begitu sampai di rumah sakit Mount Elizabeth, Singapura. Di depan ruang itu sudah ada Fahmi, salah seorang teman bisnisnya. Lelaki jenius yang merintis perusahaan startup bersama dari perusahaan itu masih berbentuk zygot.

"Fahmi, Angel gimana?" tanya Farel kepada lelaki jangkung yang wajahnya tampak begitu lelah.

Fahmi menggeleng, sebelah tangannya meraup wajahnya. "Hanya keajaiban yang bisa menolong dia."

Farel terhenyak. Angel sudah lebih baik ketika dia pamit pulang ke Indonesia. "Kenapa bisa begini?"

"Perempuan sok kuat itu terlalu meremehkan penyakitnya. Bahkan kemoterapi saja nggak mau."

"Tapi pas aku pamit pulang ke Jakarta, dokter bilang dia sudah bisa pulang."

Fahmi membenarkan. Kondisi Angel selama dirawat Farel memang baik. Tapi begitu Farel balik ke Indonesia, wanita itu drop lagi. Apa lagi saat Fahmi memberi kabar bahwa Farel melamar Alesha. Kondisi Angel makin drop, hingga sekarang masuk ke ICU room.

"Kayaknya dia nggak bisa hidup tanpa kamu deh, Rel," ujar Fahmi, hati-hati. Dia tahu ini tidak benar. Farel sudah punya kekasih, tapi dia tidak punya pilihan lain.

Farel menatap Fahmi tak mengerti. "Maksud kamu?"

"Dia drop saat dengar lamaranmu diterima Alesha. Kamu yakin nggak sadar sama perasaan Angel selama ini?" tanya Fahmi. Angel selalu memberikan perhatian lebih kepada Farel, harusnya Farel paham.

"Tunggu. Sebenarnya ke mana arah omongan kamu? Korelasinya apa aku yang melamar Alesha dan drop-nya Angel?" Farel makin bingung dengan ucapan Fahmi yang bertele-tele.

Fahmi mendesah kasar. "Angel itu suka, cinta sama kamu, Rel. Yakin kamu nggak sadar?"

Farel melebarkan mata. Dia yakin sekarang kalau Fahmi butuh istirahat segera. Ucapan lelaki itu ngawur.

"Kamu jangan ngada-ngada, Fah. Angel memang baik, tapi kan sama kamu juga. Nggak aku doang. Jangan salah artikan sikap dia," bantah Farel.

Selama berteman dengan wanita itu, Farel tidak melihat tanda-tanda Angel suka padanya. Sikapnya terlalu biasa. Oke, Angel memang kerap memberi perhatian kecil. Tapi, demi Tuhan, bukan cuma dia yang mendapatkan itu. Fahmi juga. Rasanya sangat tidak beralasan jika Fahmi menganggap Angel menyukainya.

"Aku nggak ngada-ngada, Rel. Angel sendiri yang ngomong. Dia mungkin selalu memberi masukan atau dukungan hubungan kamu sama Alesha, tapi sebenarnya hatinya sakit. Dia benar-benar suka sama kamu, Rel. Bahkan saat kondisi fisiknya lemah, dia terus menyebut nama kamu."

Farel menelan ludah kepayahan. Dia bergerak mundur dan terduduk di kursi tunggu. Kenapa jadi begini? Farel menyugar rambutnya kasar, pikirannya mendadak kacau.

"Lebih baik kamu temui dia, mungkin kedatangan kamu bisa membuatnya membaik." Fahmi menepuk pundak Farel pelan. Lalu mengangguk ketika Farel menatapnya.

Angel, wanita kuat itu kini terbaring tak berdaya dengan beberapa alat bantu yang menancap di tubuhnya. Dia perempuan sehat dan energik yang Farel tahu. Rasanya tak percaya jika dia memiliki penyakit yang mematikan.

Farel mengembuskan napas berat, berdiri di sisi ranjang wanita itu. "Kenapa malah begini sih? Bukannya kamu bilang akan sembuh dan mulai aktivitas seperti biasanya? Kenapa malah tidur lama-lama di sini? Kamu tahu perusahaan tanpa kamu itu seperti apa, kan? Fahmi akan bertingkah seenaknya. Kalau nggak ada kamu, siapa yang mau negur dia? Dia cuma takut sama kamu."

Farel terus mengajak Angel bicara dengan dada yang terasa penuh dan sesak. Rasanya tidak tega melihat wanita itu mengalami semuanya. Lebih dari sepuluh tahun mereka berteman, sampai tercetus ide membuat perusahaan bersama. Jatuh bangun mendirikan perusahaan mandiri, sampai mendapatkan investor yang percaya dengan karya mereka hingga menjadi salah satu perusahaan startup yang memiliki keuntungan paling besar se-Asia Tenggara. Dan beberapa kali juga mendapatkan penghargaan. Semua pencapaian itu didapat atas kerja keras mereka bertiga. Angel, Farel, dan Fahmi.

"Maaf, kalau aku banyak salah sama kamu. Tapi, aku mohon berjuanglah. Aku yakin kamu bisa sembuh."

Setelah kurang lebih tiga puluh menit berada di ruang ICU, Farel memutuskan keluar. Dia melangkah gontai mendekati Fahmi yang masih betah duduk di kursi tunggu.

"Keluarganya belum ada yang datang?" tanya Farel lemas.

Fahmi menggeleng. "Tapi katanya lusa Alen akan datang."

Farel menatap Fahmi tak percaya. "Lusa? Gila ya, adiknya sudah koma begitu masih lusa dia datang?"

Fahmi menepuk bahu Farel, menenangkan. Dia cukup tahu bagaimana hubungan Farel dengan Alen, kakak perempuan Angel. Mungkin Alen di sana juga enggan bertemu Farel lantaran masa lalu mereka yang tidak berakhir baik.

"Mungkin dia baru dapat cutinya lusa," ucap Fahmi.

"Tapi kamu lihat kan kondisi Angel sekarang gimana?"

"Ya, aku tau."

"Entah apa yang ada di otak si Alen itu." Farel tidak pernah merasa sekesal ini dengan seseorang. Alen pengecualian. Tindak tanduk wanita itu sering sekali memancing emosinya.

Malam ini Farel berjaga di rumah sakit menggantikan Fahmi yang sudah beberapa hari ini menemani Angel. Di Singapura, Angel tidak memiliki keluarga. Hanya Farel dan Fahmi yang dia kenal dekat.

Farel terkesiap ketika tiba-tiba jemari tangan Angel bergerak perlahan. Dia memperhatikan dengan seksama. Itu gerakan nyata. Tatapnya lantas naik ke wajah Angel. Kelopak mata wanita itu tampak bergerak juga. Angel terlihat ingin mengatakan sesuatu. Farel mendekat dan melepas alat bantu pernapasan dari wajah Angel. Dia berusaha menanyakan apa yang ingin Angel katakan.

"Angel, kamu ingin apa?" tanya Farel pelan.

"Haus."

Kata itu terdengar begitu lirih, sampai-sampai Farel harus mendekatkan telinganya.

"Haus," kembali Angel bersuara.

"Kamu haus? Sebentar." Farel menekan tombol emergency untuk memanggil petugas medis. Mereka lebih tahu apa yang harus dilakukan. Tidak lama petugas medis segera datang untuk mengecek kondisi Angel.

***

"See! Kehadiran kamu benar-benar keajaiban buat dia," ucap Fahmi, melirik Angel yang masih tertidur dengan napas teratur.

"Itu karena dia yang masih mau berjuang," elak Farel.

Pasca kejadian malam saat Farel melihat tangan Angel bergerak, wanita itu dinyatakan makin membaik oleh tim medis sehingga Angel dibawa kembali ke ruang rawat inap. Wanita itu lolos dari koma.

"Apa Alen hari ini jadi datang?" tanya Farel. Dia akan pergi sebelum wanita itu datang.

"Katanya sih begitu."

"Pukul berapa pesawatnya tiba?"

"Mungkin sebentar lagi."

"Kalau gitu aku pergi saja. Aku nggak mau ada keri—"

Suara pintu terbuka membuat keduanya menoleh. Seorang wanita  berambut pendek lurus masuk ke ruang rawat inap Angel. Dia melepas kacamata hitamnya dan tersenyum manis.

"Hai, semuanya," sapa wanita bertubuh tinggi itu. Heels lima sentinya terantuk cukup keras saat melangkah.

Fahmi auto melihat jam tangan. "Aku kiran masih dalam perjalanan," ujarnya kemudian.

"Sori ya adikku merepotkan kalian," ujar wanita itu mendekat ke pembaringan Angel. Matanya yang bulat dan bercahaya memperhatikan sosok yang terlelap di atas ranjang. "Sepertinya dia sudah membaik."

"Ya, kemarin dia dipindahkan dari ruang ICU." Fahmi menyahut.

Wanita itu tersenyum, tanpa menoleh kepada Farel, yang tengah menatapnya tajam. "Terima kasih ya, Fahmi. Kamu sudah mau menjaga adikku."

"Dibanding aku, Farel yang lebih sering menjaga Angel, Alen."

Wanita itu Alen, kakak dari Angel sekaligus mantan cinta monyet Farel jaman waktu masih mengenakan seragam biru-putih.

Publish, 31 Mei 2022

Selain Pak Gilang, kira-kira dari pihak Farel siapa nih yang punya kemungkinan besar jadi batu sandungan, Angel atau Alen? Silakan tulis di komentar hehe.

IG @_y.riyadi






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro