Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Dijemput

Halo, halo, halo, ketemu lagi sama Alesha. Kali ini Alesha mau bertemu seseorang. Siapa kah dia?

Yuk, lanjut. Eits! Sebelum itu pastikan follow Author-nya ya dan juga tap bintangnya.

❤️❤️❤️

Satu mangkok es teler baru saja Alesha habiskan. Dia melirik mangkok Iren juga sama, bersih. Berhadapan dengan Pak Gilang memang membuat tenggorokan kering serta kepala mengepul. Jadi, jangan heran kalau satu mangkok es teler bisa cepat tandas.

Tiba-tiba Alesha menepuk dahinya pas ketika Iren berencana memesan makan siang.

"Ada apa?" tanya Iren heran. "Lo jadinya pesen apa?"

Alesha buru-buru menyandang tas. "Duh, sori kayaknya gue nggak makan siang di sini. Gue udah dijemput. Hampir lupa gue."

Iren yang akan beranjak memesan makanan urung. "Dijemput siapa? Baba lo?"

"Enggak, Farel."

Seketika mata Iren melebar. Dia tahu siapa yang Alesha maksud. "Farel cowok lo? Dia jadi pulang?"

Alesha mengangguk. "Iya. Gue duluan ya."

"E-eh, tunggu!" Iren segera menangkap tas Alesha dan menariknya. Hingga tubuh Alesha ikut tertarik ke belakang. "Gue ikut. Kenalin cowok lo ke gue ya. Penasaran wujud aslinya."

Alesha tampak menatap Iren sejenak, yang dibalas tatapan memohon cewek itu. Dan tak lama Alesha mengiyakan. Selama ini Iren cuma kebagian cerita Alesha tentang Farel. Alesha belum pernah mengenalkannya bahkan meskipun lewat panggilan video.

Keduanya segera meninggalkan kantin dan bergegas menuju tempat parkir. Sesampainya di sana pandangan Alesha mengedar mencari sosok Farel. Namun yang dia temukan adalah ...

Alesha menahan langkah Iren dengan pandangan lurus ke depan. Menatap sosok lelaki tinggi yang bersandar pada badan depan mobil. Wajahnya sangat tak asing. Alesha menyipitkan mata memastikan tidak salah mengenali seseorang.

Namun, tiba-tiba lelaki itu mengangkat wajah. Tatapnya langsung bertemu dengan tatap Alesha. Dia tersenyum kecil sambil melambaikan tangan.

"Ebuset! Itu cowok lo? Ganteng banget!" seru Iren. Dan belum juga Alesha menyahut, temannya itu langsung saja melangkah cepat mendekati lelaki itu. Astaga!

"Iren, tunggu!" Alesha mengejar langkah Iren sembari sesekali kerepotan dengan tali tas punggungnya yang terus melorot.

"Hai, Farel ya?" sapa Iren percaya diri, yang mana tidak bisa Alesha cegah lagi.

Lelaki itu tersenyum menatap Iren lalu Alesha yang baru berhasil menyusul perempuan itu. Alesha menarik lengan Iren dan berbisik seraya mendelik. "Dia bukan Farel, tapi adiknya."

"Hah?!"

Ya, lelaki tinggi yang bersandar pada badan depan mobil itu adalah Nevan.

"Sori, ya, Nev. Kok lo ada di kampus gue?" tanya Alesha bingung. Alih-alih Farel dia malah menemukan adik lelaki itu.

"Farel ada urusan mendadak, jadi dia minta gue buat jemput lo."

"Ooh, tapi kok dia nggak bilang," gumam Alesha menggaruk belakang lehernya.

Iren di sampingnya menyenggol lengan Alesha, membuat cewek itu menatap dengan pandangan bertanya. Alesha tahu kode yang Iren berikan. Dia pun mengenalkan Iren kepada Nevan.

"Sori ya, tadi gue salah menduga," ucap Iren nyengir.

"Nggak masalah." Nevan kembali menatap Alesha. "Bimbingannya udah selesai kan?" tanya dia kemudian.

"Udah."

"Kalau gitu, ayo pulang," ajak Nevan, berbalik dan mengarah ke pintu mobil.

Alesha hendak beranjak mengikuti Nevan ketika Iren menarik ujung tasnya. "Gue nebeng dong," bisik cewek itu.

"Enggak, lain kali aja deh," tolak Alesha langsung.

"Ahelah, maruk amat lo. Masa kakak adik lo embat semua?"

"Sembarangan. Gue nggak mau aja lo bikin masalah di depan Nevan. Udah, ah. Gue cabut dulu. Lo balik sama Pak Gilang aja. Tuh orangnya lagi ke sini," ujar Alesha terkikik lantas segera masuk ke mobil.

Iren secara refleks menoleh, dan dia memang melihat Pak Gilang sedang berjalan ke area parkir dengan wajah lempengnya.

***

"Emang lo nggak lagi sibuk skripsi?" tanya Alesha melirik lelaki di sampingnya yang tengah berkonsentrasi menyetir.

Selama ini Nevan kuliah di Jogja dan kemungkinan jarang pulang. Sejak upacara kelulusan waktu itu Alesha tidak pernah melihatnya lagi. Nyaris empat tahun. Pantas jika Alesha melihat banyak perubahan pada diri cowok itu.

Nevan masih sama gantengnya seperti dulu, hanya saja tubuhnya lebih berisi dan berotot. Alesha bisa tahu itu karena sekarang ini Nevan mengenakan kemeja lengan pendek yang memamerkan sebagian lengannya. Dan Alesha juga merasa cowok itu makin tinggi saja.

"Gue udah lulus sidang. Sekarang lagi revisi dan persiapan buat wisuda bulan depan."

"What?!" Alesha melotot. Seharusnya Alesha tidak perlu terkejut. Bukan kah dari dulu Nevan memang pintar?

"Kenapa? Lo juga bakal wisuda kan?" tanya Nevan menoleh kepada Alesha sekilas.

"Ya doa kan saja skripsi gue lancar. Lo kok bisa gercep gini sih?"

"Sebenarnya dari semester lalu gue udah selesai skripsian, tapi ikut yudisiumnya semester ini."

Alesha curiga otak cowok itu terbuat dari emas. Sementara Farel pasti terbuat dari platina. Dua kakak beradik itu memang tidak diragukan kecerdasannya. Saat bermain ke rumah Randita, ibu dari Farel itu menunjukkan pada Alesha sederet prestasi yang pernah diraih anak-anaknya. Yang paling banyak Farel, disusul Nevan dan Sivana.

"Enaknya sudah bebas dari skripsi."

"Belum selesai. Gue sudah mulai penelitian buat tesis gue."

Mata Alesha kembali membulat. "Secepat itu?"

"Lo juga bisa kok kalau lo mau," sahut Nevan santai dan langsung mendapat gelengan dari Alesha.

"Makasih. Gue nggak mau kepala gue meledak."

Nevan terkekeh. "yang kayak gitu dibawa santai aja, Sha. Jadi kamu enjoy belajarnya."

Tunggu, memang ada belajar yang enjoy dan santai? Yang selama ini Alesha rasakan malah tambah mumet. Dia cuma bisa manyun mendengar ucapan Nevan. Volume di kepalanya tidak akan pernah sepadan dengan cowok di sampingnya itu.

Alesha kembali ikut memperhatikan jalan. Dia baru sadar kalau Nevan tidak membawanya menuju rumah. Jalan menuju rumahnya sudah kelewat jauh.

"Loh, Nev. Kita mau ke mana? Ini kan bukan jalan ke rumah gue?" tanya Alesha bingung.

"Ya emang bukan. Gue disuruh abang gue bawa lo ke suatu tempat," sahut Nevan malas. Kalau tidak karena suatu hal, Nevan tidak mau melakukan ini. Menjemput pacar abangnya yang pernah dia taksir.

Kedua alis Alesha menyatu. "Tempat apa?"

"Entar lo juga tau." Nevan memutar kemudi ke arah kiri. Sekitar dua ratus meter mobil melewati sebuah jembatan, dan kemudian berbelok lagi ke kanan.

Alesha masih belum bisa menebak ke mana Nevan akan membawanya. Hingga dia melihat sebuah gapura restoran. Nevan mengarahkan mobilnya ke sana. Lalu berhenti tepat di depan restoran tersebut.

"Turun gih. Farel udah nungguin lo di dalam," perintah Nevan seraya mengedikkan dagu.

"Lo nggak turun juga?" tanya Alesha yang bingung karena tidak ada tanda-tanda Nevan berniat turun.

"Enggak, gue mau langsung balik. Udah ditunggu nyokap."

"O-oh. Oke. Thanks ya," ucap Alesha sebelum turun dari mobil Nevan. Tapi ....

"Shasa, tunggu!" Nevan mencekal lengan Alesha.

Cewek itu menoleh dan memandang Nevan dengan tatapan bertanya.

"Selamat ulang tahun," ucap Nevan lirih, lalu melepas cekalannya pada lengan Alesha.

Alesha yang sempat tertegun karena Nevan tiba-tiba menarik lengannya pun tersenyum. "Terima kasih."

Nevan mengangguk. "Ya udah, turun gih."

Begitu memastikan Alesha memasuki restoran, Nevan baru memutar balik mobilnya. Dia merasa aneh. Perasaannya kepada Alesha sudah lama kandas, tapi melihat cewek itu jalan sama Farel, masih saja hatinya merasa tidak nyaman.

Nevan memiliki perasaan terpendam kepada Alesha sejak dia masih menjadi junior di putih abu-abu. Dan, ketika dirinya mulai memiliki celah untuk bisa dekat dengan cewek itu, malah abangnya yang mencuri start lebih dulu.

Publish, 22 Mei 2022

Part ini masih ada lanjutannya ya, Gaes. Yang ingin tahu gimana Farel melamar Alesha. Yuk silakan ke Karyakarsa. Part tambahan bab ini udah ada di sana.

Link :
https://karyakarsa.com/IceCoffe/first-love-additional-part-5





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro