24. fajrimjrahmi
Pertama-pertama ingin kusampaikan bahwa menulis itu Hebat dan Berkesan. Menulis dapat membuat yang sedikit menjadi banyak. Menulis bisa mengungkap misteri hati, mengungkapkan segala hal yang tak pernah mampu kusuarakan dan menulis itu sesuatu yang bisa membuatku merasa lebih baik.
Sejak kelas satu SMP sampai sekarang, kemana pun kaki melangkah, aku selalu menyelipkan buku kecil dan pena ke dalam tas. Aku ingin mencatat dan menulis setiap kejadian yang kulewati pada hari itu. Bahkan aku sering menulis sajak-sajak sederhana saat melihat sesuatu dan juga merangkum perjalanan yang sudah dilakukan dalam satu bulan pada malam hari diakhir bulan. Bahkan, saat kelas tiga SMP, diam-diam guru Bahasa Indonesiaku pernah mengirimkan puisi yang kutulis untuk mading sekolah ke sebuah media cetak. Aku baru tahu ketika beliau mengabarkan bahwa puisiku diterbitkan dan mendapat uang saku.
Mendengar berita itu, aku malah tertawa karena merasa tidak percaya. "Bagaimana mungkin puisi jelek itu bisa masuk koran, Bu?" ucapku kepada guru Bahasa Indonesia. "Iya. Besok Ibu bawa korannya, ya. Jangan lupa madingnya di tempel karya-karya hebat lainnya. Ajak teman-teman yang lain menulis juga." ucapnya sambil menyerahkan uang saku kepadaku. Aku sebenarnya masih tidak percaya, tapi ... ya sudahlah, tidak mungkin ibu guru berbohong kepada muridnya kan?
Esoknya aku semakin giat menulis, tapi bukan menulis puisi melainkan hanya mencoret-coret kisah ke dalam catatan harian. Biar nanti bisa menjadi sejarah untuk anak cucu. #hihii
Namun, di suatu hari pada pertengahan tahun 2013, dengan statusku sebagai mahasiswa tingkat akhir, catatan harianku tercecer dan dibaca oleh orang yang tak bertanggung jawab. Dia menyebarkan issue buruk dan memutar balikkan fakta tentang semua yang kutulis. Aku sempat shock dan down. Saat itu kuputuskan tidak lagi menulis cerita apa pun di buku harian. Aku bertekad menghentikan semua kebiasaan tulis-menulis.
Tiga tahun berlalu ternyata tidak mengubah keadaan. Orang-orang yang sudah termakan cerita tidak benar dari isi catatan itu tetap memandang sinis dan menjauhiku. "Kenapa aku harus terpuruk jika aku berada di jalan yang benar? Aku tidak menulis sesuatu yang salah." Aku mulai berpikir ulang atas keputusan yang pernah kubuat.
Akhirnya pertengahan 2016 aku kembali bangkit; Move On! Kuputuskan kembali menulis dan bergabung dengan beberapa grup kepenulisan/literasi. Aku terus melatih diri dengan menulis buku kroyokan bersama teman-teman dan mengikuti workshop serta beberapa event yang masih berhubungan dengan tulis menulis, baik yang diadakan oleh media cetak, penerbit indie maupun penerbit mayor. Meskipun kutahu hasilnya belum memuaskan seperti masa-masa SMP dulu. Lagi-lagi ya sudahlah, yang penting happy to? \^_^/
Sampai detik ini, aku sudah tidak lagi mempedulikan kejadian empat tahun lalu. Biarlah menjadi cambuk agar menjadi lebih baik. Yang aku pikirkan sekarang hanyalah bagaimana caranya mengatasi rasa malas yang selalu muncul ketika hendak menulis segala sesuatu! #aiihh
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro