23. mar0699
ILMIAH? NO PROBLEM!
Assalamu'alaikum sahabat pena semuanya,
Perkenalkan, namaku kimizuri. Ngomong-ngomong masalah suka duka di dalam dunia kepenulisan, sejujurnya aku belum begitu berpengalaman di bidang ini. Aku mulai melibatkan diriku dalam dunia kepenulisan sejak aku menginjak sekolah menengah pertama. Yah, saat itu aku yang notebenya masih sangat minim pengetahuan tentang bagaimana cara menulis dan membuat sebuah karya, memantapkan diri untuk mengikuti ekstrakulikuler mading. Terimakasih kepada bu wiwid yang saat itu menjadi wali kelasku semasa kelas 7 SMP, berkat beliau lah aku berhasil tertarik dengan dunia ini. Aku masih sangat ingat, disuatu hari di bulan desember, bu wiwid selaku guru bahasa indonesia ku sekaligus pembina ekstrakulikuler mading, mewajibkan kelas kami – kelas 7 D – untuk mengisi mading edisi desember di sekolah kami. Kebetulan, saat itu kelompok ku mendapat bagian membuat karya tulis berupa cerita pendek. Dan sejak saat itu lah aku merasa aku mempunyai hobi baru, yaitu menulis cerpen.
Semakin hari aku semakin pandai mengembangkan ide dan menuangkannya ke dalam sebuah cerita fiksi, meskipun masih dengan bahasa yang sederhana dan tulisan yang acak-acakan. Selama dua tahun menekuni hobi ini, alhamdulillah sudah banyak karya yang berhasil ku tulis, dua judul yang masih ku ingat sampai sekarang yaitu – Sahabat Venus – dan – Surat Untuk Ibu – yang berhasil membawaku lolos lomba menulis cerpen tingkat sekolah.
Semuanya berjalan dengan lancar sampai pada suatu ketika di adakan lomba mengarang cerpen tingkat kabupaten. Tidak terpilihnya aku menjadi wakil sekolah membuatku seketika down. Posisiku yang saat itu menjadi pengurus tetap mading serta kenyataan bahwa aku baru saja memenangkan lomba tingkat sekolah membuatku menaruh harapan besar sebelumnya, dan kenyataan ini tentu saja membuatku sangat terpukul dan memutuskan untuk berhenti menulis sejak saat itu juga.
Selama kurang lebih tiga tahun vakum, selama itu pula aku cenderung membenci hal-hal yang berbau tulis menulis. Seiring dengan kehidupan masa SMK ku yang tidak bisa di bilang baik, aku sering memandang remeh mereka yang mempunyai hobi menulis. Mereka di mataku tidak lebih dari sekumpulan orang-orang rajin yang mau memusingkan diri dengan kata-kata, laptop dan buku. Jujur saja kejadian empat tahun lalu tepatnya saat aku duduk di bangku kelas tiga SMP itu membawa dampak yang sangat besar. Jangankan untuk kembali menulis, membaca novel, cerpen dan sejenisnya pun hampir tidak lagi pernah. Selain itu, aku juga sangat membenci mata pelajaran Bahasa Indonesia yang membuat nilai-nilai ku hanya sebatas pas KKM.
Yah, rasanya aku perlu berterimakasih pada teman baik ku Lutfianna yang berhasil menumbuhkan hasrat menulisku lagi. Hari itu di awal bulan Februari 2017, aku di kenalkan olehnya tentang dunia oren atau yang biasa di sebut wattpad. Dia menjelaskanku apa itu fanfiction dan bagaimana cara membacanya di wattpad. Aku yang kebetulan nge fans dengan salah satu artis luar negeri pun sedikit tertarik dan kemudian membuat akun wattpad sendiri. Setelah beberapa lama, aku pun mulai berfikir bagaimana caranya untuk kembali menulis. Yah, hasrat itu tiba-tiba saja muncul seiring dengan terbitnya cerita sahabatku itu di wattpad.
Sekitar bulan mei 2017 jiwa menulisku seakan kembali membara. Buku tulis merk SIDU yang dulu ku gunakan untuk menulis berbagai macam cerita semasa SMP kembali ku buka dan ku baca ulang isinya. Di dalam buku usang itu aku menemukan sebuah plot sederhana yang belum selesai penulisannya. Dan dengan bermodalkan sedikit gambaran plot tadi aku pun mulai menghayal ulang, sampai akhirnya aku berhasil memastikan diriku debut di wattpad dengan sebuah fanfiction berjudul Because You Loved Me.
Namun dengan kesibukanku akan Ujian Nasional hingga persiapan masuk PTN membuat fanfiction ku jadi terbengkalai, ceritanya pun di biarkan menggantung tanpa ada kejelasan untuk segera di lanjutkan atau tidak. Padahal, tanpa dilanjutkan pun rasanya tidak akan ada yang protes, hahaha. Aku hanya punya 12 followers di wattpad, itu pun terhitung teman-temanku yang ikut memfollow ku karna kasihan – atau tidak karna ku paksa untuk memfollow :D jumlah readers dan vote nya pun sangat sedikit, apalagi yang komen, haha, sama sekali tidak bisa dibanggakan.
Setelah lulus SMK, alhamdulillah aku bisa melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi di Semarang dengan bermodalkan beasiswa. Yah, menjadi mahasiswa penerima beasiswa tidaklah se enak kelihatanya. Kami di tuntut untuk aktif mengikuti organisasi dan juga berprestasi dalam waktu yang bersamaan.
Pagi itu kami diperkenalkan oleh kaka tingkat yang ganteng-ganteng dan juga cantik-cantik tentunya, tentang LK dan BSO (semacam organisasi ekstrakulikuler di dalam fakultas) yang menjadi salah satu agenda OSPEK. Dari beberapa stand LK dan BSO yang tersedia, aku memilih untuk mendatangi stand KIME yang letaknya paling dekat dari arah ku berdiri saat itu. Namanya mbak Indah, haha rasanya lucu kalau aku kembali mengingat kejadian itu. Saat yang lainnya sibuk berdesakan dan mendengarkan pembicara yang berdiri di depan stand, aku secara eksklusif dijelaskan langsung oleh mbak indah tentang apa dan bagaimana KIME itu. Ya, KIME adalah sebuah organisasi karya ilmiah di lingkup Fakultas Ekonomi univ ku.
Aku ingat aku pernah bertanya seperti ini,
"mbak saya tertarik sama KIME, tapi saya ndak mau nulis ilmiah mbak. Saya mau nulis fiksi aja. Emang nya boleh?"
Dan mbak indah dengan semangat menjawab boleh.
Ya, rasanya aku juga patut berterimakasih kepada mbak indah yang kala itu telah menjerumuskanku ke dalam dunia ilmiah bahkan sampai sekarang. Seperti yang aku tanyakan tadi, aku benar-benar ikut magang KIME hanya dengan bermodalkan niat aku ingin menulis fiksi. Namun, pada kenyataanya semua terjadi di luar dugaan. Harapanku agar aku bisa belajar lebih tentang dunia fiksi tidak pernah terwujud. Karna di sini fokus KIME hanyalah tentang menulis ilmiah.
Selama magang, semua penugasan yang berbau ilmiah aku kerjakan dengan setengah hati bahkan terkesan terpaksa. Jujur saja aku merasa terbebani apalagi tentang kewajiban membuat PKM (Proposal Kegiatan Mahasiswa) yang selama pengerjaannya telah banyak menyita waktu, tenaga maupun fikiranku. Disini aku benar-benar belajar dari nol. Dari awal penugasan membuat blog, autobiography, essay tema ekonomi, lomba english skill competition sampai pada mengajukan diri sebagai ketua PKM, semuanya penuh perjuangan. Aku bahkan rela begadang dan lupa makan saat tiba-tiba kami di beri kabar bahwa PKM harus dikumpulkan dalam waktu empat hari lagi, yang padahal saat itu aku belum mengerjakannya sedikitpun.
Setelah deadline PKM terpenuhi, ternyata hal tersebut bukanlah akhir dari sebuah perjuangan, melainkan awal dari perjuangan itu akan dimulai. Beberapa hari setelahnya, PKM yang ku buat dinyatakan lolos tingkat fakultas dan harus segera mengajukan revisi serta melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing. Semua revisi, bimbingan, pengkodisian ttd dosbing dan anggota, dan segala macam tetek bengeknya harus aku kerjakan dalam waktu kurang lebih hanya dua hari tiga malam, yang harus aku bagi dua dengan kegiatan kuliah dan tentu saja tugas yang menumpuk. Tidak berhenti sampai di situ, setelah menyerahkan berkas revisi, beberapa jam setelahnya kami kembali di himbau untuk melakukan revisi lagi dengan deadline yang terbilang sangat mepet, begitu seterusnya bahkan sampai berkali-kali yang tentu saja menghabiskan banyak biaya. Belum lagi jika dosen yang akan dimintai tanda tangan sedang berhalangan hadir ke kampus atau memang susah untuk ditemui. Kita harus rela nunggu di depan ruang dosen untuk waktu yang tidak sebentar dan itu amat sangat melelahkan.
Namun, seiring berjalannya waktu semua itu terasa lebih menyenangkan, apalagi jika kita mengerjakan dengan ikhlas dan di niatkan untuk beribadah. Tanpa sadar perjuanganku selama ini merupakan kebaanggaan untuk diriku sendiri. Karena tidak semua mahasiswa baru bau kencur seperti ku bisa lolos sampai pada tahap dikti, apalagi dengan posisiku sebagai ketua yang beberapa waktu lalu sempat beredar kabar yang simpang siur mengenai boleh tidaknya mahasiswa semester satu menjadi ketua, dan ternyata bisa berjalan sejauh ini.
Alhamdulillah atas semua perjuangan itu, sekarang PKM ku sedang di proses lebih lanjut oleh ristek dikti. Untuk semua sahabat pena yang membaca cerita abal-abal ku ini, mohon doa nya semoga PKM ku lolos didanai dikti. Aamiin.
By the way, tentang nasib fanfiction ku itu....
Aku udah unpublish fanfiction nya hehe, di karenakan penulis belum mendapat pencerahan untuk lanjut dan juga sedang dalam masa revisi.
Yah seperti inilah kisahku, masih minim pengalaman banget. Semoga setelah ini, aku bisa lebih mengembangkan ide di ranah fiksi maupun non-fiksi, menjadi penulis yang baik, berguna bagi nusa dan bangsa hehe, serta apa yang aku tulis nanti selalu membawa manfaat bagi para pembaca. Aamiin.
– Percayalah, semua perjuangan yang kau lakukan InsyaAllah akan menjadi berkah tersendiri untuk mu. Seberat apapun itu, berusahalah untuk tetap ikhlas dan bersyukur. Sekeras apapun itu, janganlah berputus asa. Karna sesungguhnya, Allah telah menyiapkan sesuatu yang indah di balik setiap tetes peluh yang kau perjuangkan –
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro