Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Muthiaccio

"Kerjaannya setiap hari ya gini... Kalau gak nulis, mesti baca. Kayak ga punya kegiatan lain aja. Mau jadi apa?"

Satu dari sekian banyaknya celotehan dan pertanyaan almarhumah mama yang selalu terngiang di benakku saat ini. Setiap kali ia melihatku berdiam diri di rumah, hanya membaca beragam koleksi buku dari komik-komik mini yang kubeli seharga 500 perak di Sekolah sampai kumpulan cerpen yang sengaja ia belikan, mama sepertinya khawatir akan kehidupan sosialku. Mama khawatir aku tidak punya teman dan akan terus-terusan menjadi penghayal dalam hidupku, hingga pertanyaan sederhana itu muncul....

"Mau jadi apa?"

Sejujurnya hingga saat ini aku pun tidak bisa menjawab hendak jadi apa diriku. Aku suka menulis, bahkan aku menikmati waktu-waktu di mana aku harus menuliskan banyak hal dalam ribuan lembar kertas kosong. Lalu karena suka, aku langsung dapat berkata jika aku mau jadi penulis? Tidak! Justru saat ini aku sedang dalam masa-masa gundah gulana apakah hobi menulis ini akan kulanjutkan agar menjadi suatu cita-cita atau biarkan saja sebagai pengisi waktu belaka?

Pengisi waktu, yang membuatku sibuk akhir-akhir ini. Dan membuatku memiliki setidaknya pengalaman dalam kepenulisan.

Sejak di Sekolah Dasar, aku senang sekali menuliskan apapun yang ku khayalkan saat itu. Ya, aku salah seorang yang memiliki hobi menghayal hanya dengan melihat suatu objek lalu kukembangkan menjadi suatu cerita sesukaku. Hobi untuk menuliskan berbagai macam pikiran yang masuk begitu saja dalam pikiranku berlanjut hingga aku duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan. Seluruh ceritaku kutuliskan dalam buku tulis khusus (setidaknya jika dikumpulkan buku itu jumlahnya sudah puluhan) lalu teman-temanku di kelas menjadi jajaran -manusia siap muak- maksudku manusia yang siap sedia membaca karyaku lalu memberikan beragam komentar untuk itu.

Bukan sesuatu yang patut dibanggakan pastinya. Hanya menjadi penulis lokal alias kawasan dalam kelas dan sekitarnya, bukanlah suatu pengalaman yang bisa kulebih-lebihkan di sini. Apalagi orang tuaku selalu marah-marah jika tahu buku tulis sekolah yang mereka beli untukku isinya bukanlah catatan pelajaran yang akan menunjang masa depanku tapi malah kumpulan tulisan cerita berbagai gaya bahasa dari yang bahasanya bisa mereka mengerti sampai banyak istilah yang mungkin saja orangtuaku mengira itu adalah mantra sekte. Hingga akhirnya, buku-buku tulis berisi cerita khayalanku saat sekolah dulu dibakar habis oleh orang tuaku dan hingga kini tidak ada alasan yang lebih rasional untuk menjelaskan apa alasan mereka membakar karyaku selain mereka tidak suka jika aku menjadi penulis pada akhirnya.

Meski begitu, saat aku mewakili berbagai macam lomba sekolah untuk kategori cerpen, puisi, surat untuk Walikota dan lainnya mereka tetap mendukung, namun aku melihat sama sekali tidak ada kebanggaan yang tumbuh di hati orang tuaku. Hanya aku sajalah yang bangga dengan diriku saat itu. He .. he ..

Hingga semuanya berlalu. Aku sudah masuk ke Perguruan Tinggi Negeri dan sempat merasa jika seharusnya aku mulai serius dengan hobiku dalam dunia seni. Yah, selain menulis aku juga sebenarnya menggemari dunia bermusik dari menyanyi, covering dan lainnya sehingga sempat berpikir untuk melanjutkan kuliah di jurusan seni saja. Namun, jelas orang tuaku menolak mentah-mentah pikiran yang dianggap konyol seperti itu. Yang mereka tahu sudah banyak penulis-penulis yang jauh lebih berpengalaman dan lebih mahir daripada aku dan tentu aku tidak bisa bersaing dengan mereka semua hingga hal itu juga menciutkan nyaliku lalu beralih memilih jurusan yang sekarang sedang kujalani, Urban and Regional Planning.

Kupikir cita-cita yang hidup dari hobiku telah mati saat itu juga mengingat cita-cita yang telah kuatur berantakan begitu saja akibat ketidaksetujuan orang tuaku. Nyatanya tidak. Di jurusanku saat ini aku dituntut untuk peka terhadap isu-isu dan lingkungan sekitar (yang artinya aku bisa kembali menghayal) dan juga menulis! Aku dituntut untuk bisa menulis sehingga di kampus aku banyak difasilitasi untuk mengikuti pelatihan kepenulisan, Selain itu, saat ini aku bergabung di banyak grup maupun komunitas kepenulisan serta terpilih menjadi koordinator Bina Literasi di regional asalku yang artinya aku memiliki fasilitas penuh jika ingin menerbitkan buku. Tentu aku banyak mendapatkan ilmu-ilmu baru, mendapatkan berbagai pengalaman dan tahu jika dunia kepenulisan memiliki lingkup yang sangat luas dan jauh dari bayanganku saat ini. Dan yang dikhawatirkan mamaku terjawab sudah, aku malah mendapatkan kehidupan sosial baru dengan menjalani hobiku. Aku mendapatkan teman dan juga pengalaman-pengalaman baru dari hasil rasa ingin tahu lalu bersikap 'kepo' terhadap mereka semua, termasuk dengan Lexie Xu, salah satu penulis favoritku. Bahkan aku berkesempatan di ajak mengikuti project menulis novel yang diadakan kpkers JKT -meskipun tidak terealisasi karena tugas kuliahku meminta porsi berlebih-

Aku juga lebih berani mengikuti lomba-lomba yang ternyata banyak sekali di adakan oleh puluhan penerbit indi. Berkesempatan menjadi pemenang kedua di lomba pertamaku dan berkesempatan melihat namaku terpampang di buku yang diterbitkan untuk pertama kalinya. Selain itu, entah ini bisa dibanggakan atau tidak, karya-karyaku diharagai dan dipilih seperti karya langganan kategori terpilih maupun terfavorit sehingga banyak benefit yang kudapatkan (bisa berupa duit jajan atau pulsa hihi). Memiliki hobi menulis memang tidak merugikan, justru menguntungkan di berbagai sisi. Saat ini, aku tidak secetek dulu yang hanya berani menyimpan rapi karya-karyaku dalam lembaran buku tulis sekolah. Sekarang, aku berani menyumbangkan karya-karya serta opiniku baik fiksi maupun isu-isu perkotaan di koran maupun bacaan online. Aku berani mengirimkan karya-karya abstrakku serta cerita-ceritaku di lomba berskala nasional antar perguruan tinggi dan berkesempatan untuk berangkat ke kota lain karena abstrakku diterima. Aku berani menjadi pengisi cerpen di majalah kampus atau membacakan karya-karyaku di radio lokal, itu semua karena satu dari segelintir keuntungan yang kudapat dari menulis.

Tidak ada yang sia-sia dari sebuah usaha. Dari yang awalnya coba-coba merangkai cita-cita akhirnya aku berani berkarya bahkan mulai mengajak sesama untuk sama-sama menjelajah melalui jendela dunia. Aku berani menggagaskan aksi bernama 'MeWeek' untuk program Bina Literasi yang mengusung ide setiap weekend orang-orang wajib meluangkan waktunya untuk berdiskusi terkait dunia kepenulisan dan memulai karya bersama. Selain itu, komunitas ini juga sebagai wujud kepedulian saya dan kami semua untuk menumbuhkan kembali minat membaca dan menulis sejak usia dini khususnya terhadap anak-anak yang tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan ilmu tersebut di Sekolah.

Jadi, meskipun saat ini aku belum bisa menjawab pertanyaan soal 'mau jadi apa' setidaknya aku telah memiliki gambaran mengenai hal-hal yang kusuka serta dapat memberikan efek yang berguna bagi banyak orang di luar sana. Lalu, bagaimana dengan anda?

Written by Muthiaccio

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro