9° Pergi
"Aku sedang banyak tugas akhir-akhir ini, kamu mau 'kan bantu aku buat beres-beres kos-kosan?" saat itu tubuhku tidak bisa digerakkan, dalam hati aku meloncat kegeringan. Aku langsung saja mengangguk kencang dan berterima kasih pada Mbak Yessa yang telah memberikanku pekerjaan.
"Makasih, Mbak. Aku janji pas Mbak pulang kuliah, rumah ini kinclong seperti baru," ucapku mengacungkan jempol membuatnya tertawa.
"Kamu bisa beresin rumah ini mulai besok. Mbak mau beli sapu ijuk sama serok dulu kebetulan udah rusak. Kamu mau ikut?" aku mengangguk setuju dan mulai mengikuti Mbak Yessa yang sedang mengambil helm di teras.
Aku merasa bahagia bisa berkenalan dekat dengan pemilik kos-kosan ini.
Siapa sangka rezeki bisa datang di tempat yang tak terduga.
Aku berharap semoga pertemanan kita bertahan lama, saat itu aku ingin membalas semua jasanya.
"Mbak Yessa, terima kasih," ujarku pelan segera menyusulnya yang tengah menyalakan motornya sembari memberikan helm satunya kepadaku.
Aku segera menaiki motornya dan kendaraan roda dua itu mulai berjalan menyingsing jalan raya yang agak ramai di matahari yang mulai meninggi ini.
Setelah sampai di toko, Mbak Yessa segera memilih barang dan aku menunggu di depan toko sembari menjaga motornya yang terparkir di pinggir jalan.
Takut hilang, barang mahal soalnya.
Aku menunggunya sambil menatap jalan raya yang aku kenali, sepertinya di dekat sini ada SD dan juga ada SMP yang saling berjajar. Aku pernah mampir ke sana beberapa hari yang lalu untuk melihat bagaimana anak-anak dengan wajah berseri bahagia di masa sekolahnya.
Tak berselang lama, Mbak Yessa telah membawa belanjaanya dan aku segera memegang sapu ijuk dan serok dengan erat.
"Maaf ya, Mbak jadi ngerepotin kamu," ucapnya membuatku menggeleng. "Santai aja, Mbak. Kayak sama siapa." Aku tersenyum sambil memegang lebih erat sapu itu dan menatap sesosok malaikat hitam yang berada di seberang jalan. Entah mengapa dia terasa menyeramkan saat tangannya menunjuk ke arahku.
PERGI?!
Motor itu melaju dan aku masih menatapnya di belakang saat dia masih ada di sana menunjuk ke arahku.
PERGI?!
Suara itu bahkan terdengar jelas olehku, tidak untuk Mbak Yessa yang berada di depanku tak mendengar apapun. Bahkan seluruh orang di sana tidak bisa mendengarnya.
Kenapa dia menyuruhku pergi?
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Keesokan harinya, aku mulai membersihkan kos-kosan dengan riang. Kebetulan keadaan sedang kosong karena mereka sedang kuliah, itu tidak menyurutkanku untuk membersihkan bagian dalam kamar mereka tanpa malu untuk berucap karena telah membuka kamar milik mereka.
Setelah mengepel bagian dapur, aku teringat akan malaikat hitam yang berada di sana dengan suasana penuh kengerian. Aku ingin sekali bertanya pada malaikat putih, tapi akhir-akhir ini dia pergi entah kemana membuatku hanya bisa memendam keingintahuan yang ada.
Aku segera mengepel kamar di lantai satu, terdapat sepuluh kamar termasuk kamarku dan Mbak Yessa. Aku segera mengepel kamar depan dahulu, kamar Mbak Yessa yang pintunya terbuka.
Lantainya sudah bersih, aku tidak perlu capek menyapunya dan segera aku pel hingga bersih.
Tapi sesuatu mengusikku, setelah melihat ada foto di mejanya.
Itu aku?
Aku bisa melihat foto masa laluku, sepertinya ini foto saat aku lulus SMP, sekitar umur 15 tahun.
Tapi mengapa dia bisa memilikinya?
Aku mulai memegangnya dan membaliknya, tulisan di belakangnya membuatku tanpa sengaja menjatuhkan foto itu.
'Kill'
Aku bahkan tahu arti dari tulisan mengerikan dengan tinta merah darah itu. Aku tidak menampik untuk segera menaruhnya kembali dan menutup pintunya agak kencang dan segera masuk ke dalam kamarku.
Aku merasakan jantungku berdetak cepat.
"Pergi?! Cepat pergi dari sini!" suara teriakan kembali menggangguku membuatku segera membereskan bajuku cepat dan mengambil beberapa snack yang aku sempat beli sebelumnya.
"Ela?! Kamu udah beresin rumah?" aku menatap suara horor itu ....
"Ela? Apa kamu udah bersihin kamarku?"
Kenapa dia pulang lebih cepat? Aku yakin dia bilang akan pulang sore nanti ....
Tok
Tok
Tok
"Eyla, apa kamu di dalam?" tanyanya membuatku ketakutan. Aku tidak ada pilihan lain selain kabur lewat jendela setelah mendengar suara pintu yang akan terbuka.
Aku berlari ketakutan keluar menuju gerbang yang terbuka. Aku menerobos keluar setelah melihat tidak ada penjagaan. Entah di mana satpam yang menjaga, aku berlari kesetanan keluar dari kos-kosan menjauhi hidupku yang mungkin akan dibantai oleh seseorang.
"Arghhhhh!!!!!!"
Aku segera bersembunyi dibalik rumah warga saat melihat perempuan itu berteriak dengan mata menajam mengeluarkan motornya dan segera mengendarainya dengan kesetanan.
Aku ketakutan setengah mati.
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Aku tidak lama sampai di pohon beringin yang entah mengapa menjadi tujuanku kali ini. Ini untuk kedua kalinya aku ke sini. Aku telah berlari agak cepat melewati jalan tikus untuk sampai ke sini. Semoga saja dia tidak mengejarku.
Tapi tidak mungkin dia ke sini! Apalagi di sini tempat yang penuh dengan orang pemberhentian manis untuk bersenang-senang, tidak sepertiku yang ketakutan.
Aku butuh pertolongan ... tapi di mana malaikat putih yang selalu menolongku?
Dia menghilang tanpa jejak, aku tanpa sadar menangis ketakutan, aku tidak punya siapapun di dunia ini. Ternyata hidup bergantung pada seseorang menyebabkan sakit hati.
"Kumohon datanglah, aku berjanji akan menjadi pribadi yang lebih baik .... "
Aku tidak mau mati terbunuh, itu akan membuat seseorang yang membunuhku bahagia. Aku tidak menyukainya. Lebih baik aku mati bunuh diri daripada mengorbankan diriku untuk dibunuh.
Setelah itu aku merasakan telingaku berdenging kembali, aku merasakan diriku tidak bisa bergerak saat ada langkahan kaki yang mendekatiku.
Tidak, ini tempat ramai! Kumohon jangan ambil nyawaku hari ini ....
Puk
Bahuku ditepuk dan aku merasakan kehangatan, sayangnya saat aku berbalik, aku tidak menemukan siapapun di sana. Hanya ada orang yang sedang berpiknik.
Aku yakin malaikat putih yang menemuiku tadi, tapi kenapa dia tidak menyapaku bahkan menolongku sekarang?
Apa dia ingin aku cepat mati?
Aku merasakan sesuatu hal dari jarak jauh, ada sesosok perempuan yang baru saja memakirkan motor vespanya di tempat parkir.
Tidak?! Mengapa dia bisa di sini?
Aku kelabakan dan segera berlari kelimpungan untuk keluar dari area ini.
Aku yakin bisa menjauhinya, aku tahu sisi jalan yang tidak pernah diketahui siapapun.
Setelah melewati beberapa tempat di sana, aku menemukan pangkalan ojek yang tidak jauh dari tempatku. Aku segera beranjak berlari karena tahu perempuan itu akan menyadari keberadaanku secepatnya.
"Pak, antar aku ke mana pun jauh dari sini, aku akan bayar mahal setelah ini!" lelaki itu mengangguk dan segera menyalakan motornya dan aku yang segera duduk di belakangnya. Motor pun berhasil jalan dengan kecepatan sedang menuju ke arah yang jauh dari tempat ini.
Masa bodoh dengan uang, aku yakin diriku akan mendapatkannya secepat mungkin—atau bahkan tidak sama sekali karena suatu hal.
Aku berusaha yakin, perempuan itu tidak akan mengikutiku hingga sejauh ini. Beberapa alasan yang aku ketahui karena dia sedang ada mata kuliah siang hari.
Tapi kalau dia memaksa mengikutiku, aku tidak tahu harus apa, menurutku orang yang sudah malas aku sebutkan itu mempunyai tekad yang kuat.
Tapi ini pilihan terakhirku, pilihan untuk menuntaskan segalanya. Kalau dia masih mengikutiku, aku bisa melakukan apapun untuk melindungi diriku.
Apapun ... termasuk menceburkan diriku nanti.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro