Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25° Nenek

"Lala, kamu mau ke mana?" tanyaku saat tiba di kamarnya melihat dia tampil cantik tapi ditutupi topi, masker, kacamata, dan jaket tebal.

"Aku mau ke restauran bertemu dengan saudaraku. Kamu mau ikut?" aku mengangguk sambil tersenyum.

"Nanti setengah jam lagi aku panggil ya," ucapnya membuatku segera pergi saat dia akan mengangkat telepon dari seseorang.

Aku segera melihat pakaianku, pakaian baju kemeja putih dengan lepis biru menjadi minatku, katanya juga pakaian ini menjadi minat para remaja zaman sekarang. Aku segera pergi ke kamar mandi saat merasakan keringat menempel di tubuhku.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Aku menaiki mobil yang dikendarai sendiri oleh Lala keluar halaman rumahnya. Aku menatap beberapa orang yang berada di depan rumah dengan pandangan heran.

"Sudah biarkan saja, mereka hanya wartawan menyebalkan yang ingin mendapatkan info." Aku mengangguk dan segera menyenderkan diriku ke tempat duduk yang sangat empuk.

Perjalanan katanya hanya menempuh waktu 15 menit, aku menengok ke arah kiri menikmati pemandangan jalanan Yogya dengan penuh minat, sampai sesuatu di balik kaca spion merubah segalanya.

"Lala, bukankah mobil itu yang berada di depan rumahmu tadi?" Lala segera mendengus saat menatapnya dari spion dan segera mempercepat lajunya bahkan melewati restauran yang akan dikunjungi.

"Sial, mereka tidak main-main!" dia terdiam menunggu lampu hijau sambil teringat sesuatu.

Aku melihat Lala yang mengendarai mobilnya perlahan membuat mobil di belakang jadi semakin mengikutinya.

"Kenapa kamu memperlambat kecepatannya?"

"Tenang saja." Setelah ucapannya kami berhenti di suatu tempat hingga seseorang mengetuk jendela di arahku.

"Kenapa kalian berhenti di sini?" dia memakai seragam khas polisi membuatku menatap Lala kaget.

"Bisakah bapak ikut dengan kami? Mobil di belakangku terus mengikutiku sejak tadi," ucap Lala mengeluh.

"Apa kalian habis dari bank?" Lala segera membuka kacamata dan topinya membuat bapak polisi itu terkejut.

"Kau artis itu?!" dia mangap tidak percaya membuatku heran.

"Mereka mau menyelidiki kehidupan pribadiku. Apa yang harus bapak lakukan?" tanyanya membuatku menatap Lala dengan pandangan memuja.

Dia sangat keren.

"Kami sudah mendapatkan plat nomornya dari CCTV. Kalian akan aman sekarang." Lala lalu mengucapkan terima kasih dan mengendarai mobilnya pergi. Aku menatap dari arah belakangku mobil yang berada tak jauh dari kami itu dihalangi oleh beberapa aparat kepolisian.

"Jika mereka melakukannya karena uang, aku juga bisa melakukan apapun untuk menghalanginya. Mereka sudah seperti penguntit, aku bahkan kesal beberapa hari ini satpam memarahi mereka karena hampir meloncat dari pagar rumah."

"Apa Aldo tahu?" dia menggeleng. Pantas saja, Aldo kalau saja tahu mungkin mereka itu sudah babak belur.

"Aku sebenarnya sudah ada rencana menjebak mereka, kebetulan karena aku mau pergi, aku memancing mereka dengan mobil yang sering aku pakai." Aku mengangguk paham membuatku segera menikmati perjalanan dengan aman dan tentram.

Setelah sampai di restauran, aku segera masuk ke area restauran sambil menatap sesuatu yang cukup membuatku terkejut.

Ada sosok Yessa dan juga seorang nenek tua yang berada di kursi rodanya. Yessa bahkan sampai tidak sadar aku berada di sampingnya karena tengah mengobrol dengan neneknya itu.

"Hallo!!!" aku mendengus mendapati malaikatnya menyapaku.

"Lala, kamu saja yang pergi. Aku sedang dapat sebuah info saat ini, nanti aku beritahu kalau sudah selesai." Lala mengangguk saja dan aku berjalan pergi saat Lala memintaku menghubunginya nanti sebelum dia masuk ke restauran.

"Sedang mencari info ya? Apa kamu akan ceroboh lagi? " aku mendengus sebal mendengarnya.

Aku menatap sebuah rumah sakit yang
berada di depan restauran ini. Aku segera melangkah menyebrang bersama banyak orang di sini hingga aku melihat mereka berdua masuk ke area rumah sakit.

"Bukannya kamu menghindari Yessa ya?"

"...."

"Hey! Jangan diam saja!"

"Sudah kamu mending diam saja. Aku mau masuk ke rumah sakit dulu." Aku perlahan masuk ke rumah sakit dan mendapati Yessa masih mendorong neneknya menuju ruangan yang cukup memakan waktu untuk mencarinya.

Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya keluar dari sini nanti.

Aku melihat Yessa yang mengobrol dengan seorang dokter dan suster yang membawa neneknya masuk ke dalam kamar.

"Syukurlah kalau dia mau diajak jalan-jalan, jangan sampai nenekmu jatuh lagi. Kejadian di museum itu jangan sampai terulang lagi," tegas dokter itu membuat Yessa menunduk.

"Maaf dokter, aku lalai menjaganya. Aku meninggalkannya sebentar dan nenekku tak lama berteriak dan terjatuh dari kursi rodanya."

"Yasudah, aku permisi." Dokter pergi meninggalkannya dan aku bisa melihat Yessa masuk ke dalam ruang inap.

Aku harus bertanya pada dokter ini.

"Dok, apa aku boleh bertanya sesuatu?" aku melihat dia menatapku aneh, pasti karena aku bersembunyi seperti penguntit di sini.

"Maaf, aku sebenarnya ada hubungan keluarga dengan nenek itu, Yessa tidak mengatakan apa penyakit neneknya membuatku ingin tahu. Apa boleh aku tahu?" tanyaku berbohong.

Ini demi misi yang harus aku ketahui.

"Syukurlah kalau keluarganya menjemput. Nenek itu sebenarnya dirawat di sini karena keseleo saat jatuh dari kursi rodanya. Sebenarnya nenek itu punya gangguan jiwa yang cukup serius. Sebenarnya dia selalu takut pada sesuatu yang bahkan tidak terlihat, saat ingin ditanyai, cucunya berkata kalau semua ini tidak akan berakhir. Karena dia marah-marah seperti orang kesetanan, kami jadi tidak mencoba untuk melakukan pengobatan menyeluruh. Dia di sini hanya untuk pengobatan untuk kakinya saja." Aku mengangguk dalam saat dokter itu berjalan pergi menjauh karena kesibukan lain. Aku terdiam menyender tembok sambil merenung lamat.

Saat mendengarnya, aku langsung saja ingin sekali ke ruang inapnya. Aku segera mengendap-endap menuju pintu ruangan inap itu dan melihat tidak ada Yessa di dalamnya.

Syukurlah ....

Aku segera membuka pintunya dan menatap nenek itu sedang tertidur pulas.

"Sedang apa kamu di sini?"

DEG.

Aku sempat tidak bisa bernapas saat melihat ada kepala jubah malaikat hitam yang menembus pintu ruangan. Untungnya aku reflek menutup mulut agar tidur nenek itu tidak terganggu.

"Aku ... aku sedang melihat nenek—"

"Takdir itu ternyata benar, kamu datang di ruangan dan waktu yang tepat." Dia melayang masuk dan menjangkau nenek itu sambil menepuk-nepuk lengannya.

"Dia sedang tertidur." Malaikat itu melayang menghampiriku dan menepuk kepalaku.

"Kenapa kamu berbicara tentang tempat dan waktu yang sama saat aku datang?"

"Ohh, kamu ingin tahu ya." Aku menatap sesuatu di kepalanya. Itu terasa seperti tanduk hitam yang sangat menyeramkan.

"Kamu mau ikut denganku? Tenang saja, aku tidak akan membawamu untuk mati." Suaranya terdengar menyeramkan. Aku bahkan merasa ingin kabur dari kamar ini.

"Sebenarnya aku memaksa. Ikut denganku, kamu akan tahu segalanya."

"Kamu ... malaikat milik siapa?" tanyaku membuat dia tertawa.

"Apa tidak jelas? Malaikat itu selalu ada di dekat pemiliknya."

Berarti dia milik Nenek itu ....

"Kamu mau ikut tidak? Aku jamin kamu akan mendapatkan banyak info." Dia mengulurkan tangannya membuatku berpikir sejenak.

Apa aku harus ikut dengannya?

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro