Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23° Kebenaran

"Tumben kamu sendiri?" aku menatap suara yang sangat aku kenali.

Aku tersenyum kepada malaikat yang akhirnya datang kembali, tapi entah kenapa jubahnya berdebu seperti sehabis datang dari sebuah gudang.

"Kalau kangen bilang aja." Aku menggeleng tidak mau mengaku.

Kalau aku mengaku, dia nanti akan kesenangan. Aku tidak mau kalah dengannya.

"Kamu senang tidak tinggal di sini?" tanyanya membuatku mengangguk cepat.

"Walaupun aku datang sepeninggal Ronald, aku merasa bahagia bisa bertemu sepupuku kembali."

Aku merasa tugasku berhasil, aku menyelamatkan Aldo, walaupun semua itu membuat Ronald meninggal.

"Ronald meninggal karena sudah takdir, kita tidak bisa merubahnya." Aku langsung terdiam berpikir kepada malaikat hitam yang selalu ada di sampingnya sejak beberapa minggu sebelum dia meninggal.

"Apa malaikat sepertimu dengan malaikat hitam mempunyai cara yang berbeda untuk melakukan sesuatu?"

Jubah di kepalanya bergerak mengangguk. "Mungkin sangat disayangkan, jika kamu bersama malaikat hitam, mungkin kamu tidak akan hidup hingga saat ini. Dia pasti sudah menyuruhmu untuk bunuh diri sejak seminggu pertama bertemu.

"Jadi Ronald dan Yessa ...."

"Itu sudah kehendak mereka, mereka yang mendatangkan malaikat hitam masuk ke dalam hati mereka. Kita memang bisa berbuat apa?"

Ronald yang bisa membunuh temannya dan Yessa yang ada niat membunuhku membuatku berpikir lebih jeli, mereka termakan omongan malaikat penjaga mereka. Tapi benar kata malaikat ini ... semua terjadi bila ada kesempatan.

Aku harus kembali berhadapan dengan Yessa, mungkin dia akan mencariku secepatnya apalagi berita tentang Ronald akan segera meluas. Dia pasti merasa aku tidak dijaga oleh Ronald dan dia bisa berlaku seenaknya padaku.

"Bagaimana jika Yessa sudah tahu di mana kamu?"

"Apa?"

"Aku hanya menebak saja, kamu tahu Lala itu menjadi tontonan publik karena ini. Ini berita hangat, pasti kamu akan terekam kamera karena ini." Aku memukul kepalaku tidak menyadarinya.

Lala yang berhenti tampil di layar kaca pasti mengundang sensasi banyak kamera yang ingin menanyakannya. Pantas saja setiap pagi selalu ada beberapa orang yang datang mencarinya.

Aku hanya bisa menghela napas panjang, jika Yessa mencariku, aku yakinkan aku sudah mendapatkan info tentang kejadian kebakaran itu.

"Sudah ya, aku mau jalan-jalan." Setelah itu, malaikat pun menghilang.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Aku sedang mengemil kue di ruang tamu sambil melihat Lala yang sedang menelepon seseorang sambil marah-marah. Aku yakin telepon itu dari siaran televisi yang ingin dia diwawancarai.

Aku lalu menatap Aldo yang ternyata sedang duduk di depanku sambil menatapku bingung.

Pasti ada sesuatu yang ingin dia bicarakan. Dia bahkan menyuruh satpamnya untuk melanjutkan mencuci mobilnya.

"Kamu mau ngomong apa?" tanyaku saat dia terdiam dengan memegang dagunya mengingat sesuatu.

"Sepertinya ini tidak terlalu penting, aku ingat saat berumur sekitar 16 tahun, aku pernah melihat ayahmu dengan seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya, aku hanya melihat mereka saling teriak melempar emosi. Aku bertanya pada beberapa orang kalau kejadian itu sudah beberapa kali terjadi di situ." Aku terdiam, apa perempuan itu sama dengan perempuan yang aku lihat waktu berumur 10 tahun?

"Keluargaku waktu itu sedang datang ke rumahmu, kamu pasti ingat kejadian ayahku yang berantem dengan ayahmu? Ayahmu 'kan keluar dari rumah enggak tahu ke mana. Aku sebenarnya mau beli es krim, eh pas itu aku liat kejadian itu." Aku terdiam menghela napas panjang.

Itu adalah suatu hal yang buruk, pertengkaran ayahku dan paman saat itu sangat menguji nyaliku. Bahkan tidak ada yang bisa melerainya. Pamanku saat itu bahkan bilang kalau tidak ada nenekku di rumahku saat itu pasti dia tidak akan datang.

Sebenarnya aku heran dengan itu, memang Aldo sering bermain ke rumahku, tapi ayahnya selalu menjaga jarak alias pergi untuk bermain entah ke mana. Aku jadi ingin tahu apa rahasia diantara ayah dan pamanku itu.

"Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu, sebenarnya kamu pasti tahu keluarga dari ayahmu itu terkenal dengan sikap buruknya. Dulu ayahku bilang itu ke ibuku, ayahku berusaha merubah sifat buruknya hingga akhirnya sampai di akhir hayatnya."

"Apa orang tuamu masih ada?" Aldo menggeleng pelan. "Saat ayahku meninggal, ibuku stres dan berakhir meninggal satu bulan setelahnya. Aku hanya bisa berharap mereka hidup bahagia kelak di sana."

Aldo seketika terdiam sebentar dan melanjutkan pembicaraannya, "sebenarnya ibuku bilang sesuatu sebelum kematiannya datang, ibuku bilang sampaikan ini ke Eyla, kalau ayahku sudah memaafkannya. Ayahku sudah memaafkan semua kesalahan kakaknya." Aku terdiam memikirkan segalanya.

Ayahku pasti punya salah besar pada pamanku, tapi apa itu?

"Aku juga tidak tahu itu apa, tapi ibuku bilang ayahku sudah memaafkannya." Aku mengangguk pelan.

Walaupun semua itu terlambat, aku sangat berterima kasih bahwa ayahku diringankan permasalahannya di kuburannya nanti.

"Ada juga sesuatu hal yang lain ... aku juga tidak menyangka soal ini." Aku melihat Lala duduk di samping Aldo, dia mendengarkan ucapan Aldo yang membuatnya terpana.

"Kebakaran itu ... pasti disengaja oleh seseorang. Saat itu ayahku datang ke sana dan menemukan bahwa kebakaran itu diakibatkan sebuah bensin, mereka menemukan bungkusnya di rumahmu yang sudah rusak termakan api." Aku terdiam tak percaya.

Tidak mungkin ... kami bahkan tidak punya musuh. Aku merasa keluargaku baik-baik saja.

"Yang membuatku tak percaya ... bekas lilin bahkan bungkus bensin itu ada di area kamarmu Eyla, karena itu seluruh orang menyalahkanmu." Aku terdiam sesak, sepertinya kejadian itu sangat membuatku tidak bisa bernapas seiring mendengarnya selalu.

"Aku yakin ada seseorang yang ingin menjebakmu? Saat itu apa yang kamu lakukan?" tanya Lala.

"Aku terbangun dan pergi ke kamar mandi lalu kebakaran itu terjadi. Aku bahkan tidak melihat ada lilin di kamarku, aku tidak mungkin mencelakai keluargaku sendiri." Aku terdiam sesak hingga Lala memelukku erat.

"Kamu bukan pelakunya, iya 'kan, yah?" tanya Lala kepada suaminya yang terdiam tak menjawab.

Aku jadi teringat omongan Ronald kalau keluarga Aldo stres karena omongan orang tentang diriku. Pasti karena ini mereka sampai pindah dari rumah mereka. Aku jadi terdiam sedih.

Aku yakin Aldo ada rasa kecewa denganku, aku sudah membebankan dia masalah yang banyak hingga saat ini.

"Eyla bukan pelakunya, dan tidak akan pernah menjadi pelakunya." Aldo berdiri sambil menatapku datar.

"Kamu tahu, Eyla? Kebenaran pasti akan terbongkar, tunggulah sebentar lagi ...." Aku terdiam sambil tersenyum mendengarnya.

"Aku tahu itu kamu, malaikat." Setelah itu sesuatu yang hanya bisa dilihatku keluar dari sana membuat Aldo pingsan di sofa.

"Apa yang terjadi?" Lala terbangun dari sampingku dan segera menghampiri suaminya yang pingsan.

"Dia tidak apa-apa, malaikat menggunakan tubuhnya untuk berkomunikasi dengan kita." Aku tersenyum sambil menatap malaikat yang menembus pintu utama untuk pergi entah ke mana.

"Malaikat itu memang selalu menggangguku, menyebabkan kejahilan hingga merugikan banyak orang. Tapi dia satu-satunya temanku, yang aku dapatkan hingga saat ini."

Ternyata bukan Ronald yang membuat persahabatan denganku, tapi malaikat yang selalu ada di sampingku yang selalu membuat persahabatan yang baru aku ketahui saat ini.

"Aku minta maaf tentang Aldo, dia akan sadar secepatnya." Lala hanya bisa terdiam mengangguk sedangkan aku segera menoleh ke pintu saat malaikat pergi menghilang tadi.

Pasti dia merasuki Aldo pada saat dia sedang mencuci mobil.

Memang ada-ada saja tingkahnya. Aku terkekeh melihatnya.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro