Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19° Selamat Tinggal

Saat ini aku menatap jalanan yang lenggang karena sudah larut malam. Aku tidak tahu sekarang jam berapa, tapi aku yakin sebentar lagi jam akan menunjukan pukul 12 malam. Ronald akan menjalankan kehidupannya kembali dan aku mungkin akan ditemukan dengan tubuh yang sudah tinggal tengkorak di lautan lepas.

Aku terdiam menatap Ronald yang mengendarai mobilnya sangat cepat, di sampingnya ada malaikat hitam yang selalu menjaganya. Aku duduk di belakang dengan keadaan tangan terikat erat tanpa bisa melepas.

Aku benci kedua orang tuaku.

Di saat perkataan itu hadir, aku yakin Ronald menyalahi takdirnya.

Aku merasa sedih karena mungkin kehidupan ini bukan tempat yang terbaik baginya.

Tapi dia salah, Ronald sudah besar dan tahu apa yang baik dan buruk baginya.

"Jika kamu menyalahkan hidupmu pada orang tuamu, kenapa kamu malah ingin nyawaku?" tanyaku yang memandang Ronald mengendarai mobil ini dengan kecepatan penuh. Aku bahkan sampai terbanting ke segala arah saat dia beberapa kali mengerem mendadak karena jalanan terhalang kendaraan lain.

Laju mobil mulai menurun dan dia menoleh menatapku sambil menyeringai. "Kau bisa dengar itu nanti, Tanteku sayang."

Cih, menjijikan.

Aku tidak mau tahu alasannya lagi. Sudah, lebih baik aku diam memenangi jantungku yang mulai berdetak cepat.

Aku takut, tapi inilah akhirnya.

Aku memilih untuk merebahkan kepalaku di kursi yang lumayan empuk ini, ini adalah hari terakhirku untuk rebahan. Aku bahkan sudah tidak tahu bagaimana bisa meloloskan diri dari Ronald.

Aku yakin malaikat di sebelahnya akan menolongnya, aku jadi malas membuang tenagaku untuk itu.

Tapi aku memikirkan bagaimana jika aku beralih untuk berenang saat kami berada di laut nanti.

Tapi sayangnya aku sadar kalau aku tidak bisa berenang.

Sebenarnya aku tidak mengerti bagaimana cara kerja pertukaran nyawa itu. Aku tidak diberitahu oleh siapapun bahkan malaikat putih itu sekalipun. Sepertinya hanya orang seperti Ronald yang tahu bagaimana caranya. Tapi semuanya tampak ajaib buatku. Aku bahkan tidak menyangka sebenarnya nyawa bisa ditukar-tukar.

Aku kembali menatap jalanan dengan pandangan aneh. Aku seperti pernah melewati jalan ini, tapi di mana?

"Sekarang sudah jam setengah dua belas," ucapnya dan aku menatap mobil yang berhenti membuatku terbelalak.

Jembatan ini ... inilah jembatan saat aku pertama kali bertemu dengan Ronald.

"Kita kembali, tapi bukan untuk menolongmu tentu saja." Dia membuka pintu mobilnya sambil mengutak-atik ponselnya entah untuk apa. Aku merasa malas melihatnya dan mulai bergeser ke pinggir kiri menatap laut yang sedang pasang. Ombaknya bergelung menyeramkan, aku yakin jika ada yang terjebak di sana, hanya akan ada doa yang menolong mereka.

Aku hampir tertidur kalau saja suara pintu tidak dibuka kasar, aku bahkan merasakan tubuhku tertarik hingga aku merasakan kepalaku kesakitan karena bergesekan dengan jalanan beraspal.

DASAR TIDAK PUNYA HATI?!

"Cepetan jalan?!" aku meringis dan mulai berdiri kaku sambil menatap dia yang menendang kakiku untuk segera berjalan ke pinggir jembatan.

"Ada kata-kata terakhir?" aku menatap ke langit bagaimana bulan purnama yang tertutupi awan hitam tak lama mulai terlihat jelas.

"Aku hanya ingin kamu tidak melakukannya."

"Ckckck, pernyataan yang bodoh!" aku mulai menatap ke bawah yang entah bagaimana air itu mengenai kakiku.

Aku bisa melihat gelombang besar yang sangat dahsyat. Gelombang itu menggulung setiap apapun yang dia lewati.

"Sepertinya takdir mendukung kita kali ini." Aku menatap jam yang berada di pergelangan tangannya.

Sisa 5 menit terakhir.

"Aku hampir lupa, kau ingin tahu 'kan apa alasanku ingin punya nyawamu?" aku terdiam saja tidak peduli.

"Sebenarnya niatnya aku ingin bunuh diri, kau pasti tahu kita pertama kali bertemu di sini." Aku menatapnya tak percaya.

"Tidak mungkin ...."

"Itu mungkin, hingga aku bertemu denganmu. Aku bahkan tidak mengerti aku sebaik itu menghampirimu sedangkan aku ingin mati di jembatan yang sama." Dia kemudian tertawa lepas entah karena apa. "Kau mengatakan malaikat, aku merasa tidak percaya pada awalnya. Pertukaran nyawa? Wah ... itu hal yang mengasyikkan." Aku bisa melihat wajah sedihnya tadi terganti dengan tawa kebahagiaan.

"Kau tahu? Aku memang seharusnya berterima kasih padamu, tentu saja karena aku bisa menjalankan siasatku hingga akhir nanti."

Tinggal beberapa menit lagi ....

"Aku ingin mati karena orang tuaku, dia tidak pernah ada di sisiku. Aku dibully di sekolah, rasanya sangat menyakitkan saat dibilang anak buangan oleh satu angkatan." Dia kemudian kembali tertawa.

Sangat menyakitkan, menertawakan kesedihan sendiri dengan tawa yang memuncak. Aku bahkan bisa melihat setitik air mata yang mengalir dari sebelah matanya.

"Sampai akhirnya ... aku mencari tahu semuanya ... dan membunuh mereka." Aku terdiam tak percaya dengan semua ini.

Aldo ... apa yang terjadi pada anakmu?

"Aku membunuh tiga orang yang menyebarkan berita jelekku lewat pesan berantai. Sebenarnya aku punya niat membunuh semua orang di sana. Yahh, tapi aku merasa malas, tidak ada tantangan yang menyenangkan. Aku merasa harus punya alasan untuk membunuh mereka—"

"Tapi thanks udah ngasih nyawanya." Aku mendengus kasar mendengarnya.

"Aku jadi bisa ... membunuh orang tuaku," lanjutnya pelan.

Ini tidak mungkin ... Aldo akan selamat, Ronald tidak boleh menyentuhnya barang sejengkal pun!

Aldo ... kamu tidak boleh mati ....

Ronald tertawa kesenangan sambil meraih tangannya untuk menatap jamnya.

"Satu menit lagi ...."

Dia melepaskan ikatan tanganku dan mulai menggenggam tanganku erat, aku bisa merasakan ikatan yang tak bisa terlepas saat dia berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti.

"Aku akan memulainya."

Tak.

Suara itu terdengar kuat dan aku menatap sesuatu di sebelahku. Sebuah kapak dengan sosok malaikat hitam yang membawanya dengan erat.

Gesekan kapak di aspal membuatku meringis kesakitan saat dia berjalan mendekatiku.

Dia berada diantara kami, aku bisa merasakan tangannya menyentuh tanganku yang membuatku terkejut.

"Ronald ada sesuatu di—"

"Jangan berbohong?! 30 detik terakhir." Aku merasa perasaan aneh tapi sosok malaikat itu bergerak melepas tangannya ke belakang membuatku menoleh saat dia mengangkat kapaknya.

CTAK!

Kapak itu terbelah bersamaan dengan jembatan yang bergoyang dan kami yang memegang pegangan jembatan.

Kami terjatuh dan aku bisa melihat jalanan yang habis dikapak tadi mulai terbelah dan kami yang terpisah jarak dengan tangan yang masih saling menyatu. Dia membawaku bangun dengan tangan satunya sambil menghindari jalanan yang terbelah.

"Sepuluh detik terakhir!"

Aku mulai terdorong beberapa langkah olehnya saat ia bersiap akan berlari ke arah gelombang laut yang sudah aku rasakan percikannya hingga ke tanganku.

"Aku akan berhasil."

"Tiga."

"Dua."

"Satu."

Jembatan itu mulai rubuh dengan Ronald yang mengajakku berlari menuju gelombang yang seketika melahap kami seperti makanannya.

Aku menutup mataku dan merasakan pergelangan kami terlepas dan tubuhku masuk ke dalam gelombang besar.

"AKU HIDUP!!!!!" suara itu hanya membuatku berkecil hati. Aku menutup mataku dan mulai melayang ke bawah hingga ke dasar entah di mana.

Sebelum itu, aku minta maaf kepada semuanya.

Maaf aku tidak bisa hidup seperti apa yang malaikatku inginkan. Terima kasih telah hidup bersamaku hingga selama ini.

Aku juga minta maaf kepada Aldo, kamu mungkin sebentar lagi akan segera menyusulku. Aku hanya bisa memohon pada Tuhan untuk terakhir kali, biarkanlah Aldo hidup untuk merubah kesalahannya.

Ibu .... aku akan menemuimu. Menemui kalian semua ....

Ayah ....

Kakak ....

Adek ....

Aku akan menantikan senyuman kalian.

Semoga setelah ini, kita mendapatkan kebahagiaan di kehidupan selanjutnya.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Dah👋





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro