Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11° Senang

Aku menyangka kalau hidupku itu seperti roda yang berjalan dua kali lebih cepat. Terkadang aku bisa merasakan aku bisa mati sebentar lagi, tapi aku juga bisa merasakan hidupku akan jauh lebih lama daripada yang kurasakan.

Persis seperti kejadian malam tadi, saat aku akan menjatuhkan diriku ke sungai yang agak deras, tapi aku dilindungi oleh seseorang.

Ya seseorang ... seseorang yang bahkan tidak aku kenali.

Dia mengenalkan dirinya sebagai manusia, tentu saja aku selalu membelot kalau dirinya itu sebenarnya malaikat yang selalu ada di sampingku selama 20 tahun.

Tapi saat dia memberitahu kalau dia memiliki motor di pinggir jalan, aku langsung mengantupkan mulutku. Malaikat bahkan tidak pernah mengendarai motor. Dia bahkan pernah bilang kalau malaikat itu tidak bisa membuat sebuah benda, mereka hanya bisa mengubah dirinya menjadi manusia, mereka juga bisa mengubah pemikiran seseorang.

Contohnya seperti saat malaikat putih menjadi paman Adri, ia mengubah pemikiran perempuan gila itu agar mengira kalau Paman Adri membayar uang kontrakanku. Anggap saja semua malaikat itu bisa hipnotis.

Tunggu, aku baru sadar kalau aku tidak membayar uang sewa, malaikat itu 'kan hanya memanipulasi pemikiran perempuan itu ....

Ah, sudahlah! Yang dosa malaikat ini.

Pemikiran aku terlalu dalam sampai lupa merasakan semilir angin yang agak kencang dengan aku yang sedang menaiki motor.

Menaiki motor membuatku teringat pada perempuan gila itu. Aku jadi tidak excited menikmatinya.

Aku sedang menaiki motor milik Ronald, dia memintaku untuk ikut dengannya.

Awalnya aku tidak mau, tapi dia menyakinkanku yang membuat aku mengangguk.

Perjalanan ini cukup lama, bahkan aku sudah melewati kota yang aku tempati menjauh keluar menuju kota lain.

Ronald segera memberhentikan motornya membuatku terpaku sebentar.

Ini taman? Jadi perjalanan dua jam ini hanya untuk ke taman.

Ya ampun ....

"Kenapa kamu membawaku ke sini?" aku menatapnya menyelidik membuat ia segera menggeleng cepat. "Tidak, jangan berburuk sangka dulu. Di dekat sini akan ada tempat tinggalku, aku sebenarnya mencari tempat yang cocok dan kebetulan taman ini cukup bagus untuk di tempati walau malam sekalipun." Aku heran kenapa dia tidak membawaku ke rumahnya.

Di sini bahkan sangat dingin, apa dia tidak peka?

Sret.

"Ini jaket untukmu, aku punya jaket lain di jok motorku." Aku segera menerimanya dan dia berjalan ke motornya. Aku memakainya cepat dan merasakan kehangatan dan bau mint di bajunya.

Aku merasa pernah mengenali bau ini, tapi di mana ya?

"Apa kamu bisa menceritakan sesuatu? Soal kenapa kamu yang bunuh diri dan kenapa kamu berbicara tentang malaikat?" aku terdiam mendengarnya.

Apa orang ini ... bisa aku percaya?

"Sebenarnya aku bertemu malaikat,  malaikat yang memberitahuku kalau aku akan mati dua minggu lagi."

"Apa?" tanyaku heran. Kenapa malaikat bisa-bisanya memberitahukan hal besar semacam itu?

"Kenapa dia membicarakan itu padamu?" Ronald menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, dia tidak memberitahu apapun. Mungkin aku sudah cukup berdosa hidup sampai saat ini, tapi ... aku masih ingin hidup," tekadnya dengan kuat membuatku menghela napas panjang.

Aku bahkan ingin mati secepatnya, tetapi dia masih ingin hidup, persis seperti manusia lain yang sangat menyayangi nyawanya.

Tunggu, aku ingat omongan malaikat putih saat itu ....

"Ronald, kamu masih bisa hidup! Bahkan 2 minggu hingga seterusnya!" aku menyakinkannya membuat matanya berbinar.

"Bagaimana?"

"Bagaimana jika ... kita tukeran nyawa."

"Caranya?"

Saat itulah kesepakatan kami muncul, dan juga aku yang tersenyum bisa mati dua minggu lagi.

Tapi tunggu, apa aku melupakan sesuatu?

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Setelah dari taman, Ronald mengabarkan kalau dia mendapatkan kos-kosan untuk tempat tinggalku dua minggu ke depan. Aku bahkan sangat senang saat dia mengatakan akan membayar uang sewanya.

Ini sangat menyenangkan.

Tapi ketika aku gembira, nyawaku akan berakhir secepat itu ....

Yah, setidaknya aku bisa menambah pengalaman baik yang akan aku kenang hingga mati nanti. Berkenalan dengan Ronald mungkin cukup menambah list pertemananku dengan lawan jenis.

"Aku pulang dulu ya, Ela." Aku mengangguk dan melambaikan tangan pada Ronald yang sudah mengendarai motornya dengan mengebut.

Aku merasa bisa tinggal aman di kos-kosan ini, apalagi aku sudah pindah kota dan merasakan tidak ada gangguan perempuan gila yang akan membunuhku.

Yahh, setidaknya tidak untuk minggu ini.

Hari masih gelap, aku langsung masuk saja ke dalam kos-kosan dan mulai memasuki kamarku yang berada di lantai 2. Saat itu keadaan memang sedang sepi, apalagi kurang lebih jam menunjukkan pukul 4 pagi, mereka pasti sedang nyaman di dalam mimpi mereka.

Aku membuka pintuku dan merasakan sesuatu yang membuatku tersenyum.

Setelah membukanya, tidak lain malaikat putih berada di sana sedang berdiri di sudut dekat jendela. Itu adalah tempat favoritnya sejak 20 tahunan ini. Katanya kalau dipojok bisa cepat menghilang menyusut ke tembok.

"Kematian memang tidak ada yang bisa diprediksi, tapi nyatanya, kamu akan mati sebentar lagi, Eyla. Selamat!" ucapnya membuatku tersenyum senang.

"Kamu sekarang harus sering berada di sampingku, aku akan mati sebentar lagi. Jangan lupa nanti datang ke kuburanku ya ...." ujarku kemudian membuat jubah di kepalanya bergerak naik turun, dia mengangguk pelan.

"Aku pasti akan datang, dimanapun, kapanpun, suatu hal apapun." Aku tersenyum mendengarnya.

Syukurlah ....

"Ohh iya, aku yakin kamu masih ingat. Saat itu kamu pernah bilang kalau kita bisa menukar nyawa kita di bulan purnama," tambahku dan malaikat terdiam tak lama berbicara. "Dua orang di bulan purnama berdiri di suatu tempat, untuk melompati dirinya hingga jatuh." Aku terdiam.

"Maksudmu .... "

"Iya, Eyla. Kamu harus melakukannya di jembatan. Kamu senang, bukan?" aku terdiam mengangguk pelan.

Aku seharusnya senang, tapi kenapa perasaanku seakan tidak baik-baik saja mendengarnya?

"Pergunakanlah waktumu dengan baik 2 minggu ini. Kamu pasti lelah, jangan lupa tidur." Dan setelahnya, dia menghilang seperti debu yang menembus tembok.

Aku segera menidurkan diriku di kasur yang nyaman, bahkan kamar ini lebih bagus dibandingkan kamar kemarin, memang harga kos-kosan ini cukup mahal, aku cuma bisa ternganga mendengarnya.

Dalam keadaan terlentang, aku segera menutup mataku perlahan dan membayangkan sesuatu yang membuatku tak lama membuka mataku perlahan. Aku melihat langit-langit kamar.

"Kamu memang berada di mana pun. Malaikat, aku yakin kamu yang menolongku untuk menutupi sosokku dari Mbak Yessa. Aku sangat yakin dia bukan malaikat hitam."

Setelahnya, aku berjuang ke alam mimpi dan merasakan diriku bahagia di sana.

Aku melihat keluargaku, tersenyum memelukku erat.

Tunggu sebentar lagi. Aku akan segera menemui kalian

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Setelah matahari hampir meninggi, aku bangun dan segera mandi di kamarku, aku mengambil ponselku yang berdering dan mulai menatap pesan yang ditujukan untukku.

"Ada apa dengannya?" ternyata itu Ronald yang memintaku untuk datang ke taman setengah jam lagi, aku mulai mengetik pesan dan menyetujuinya dan segera mandi karena aku sudah tidak mandi selama dua hari.

Mungkin mereka akan pingsan karena aku sangat bau dan bahkan sudah bisa dikatakan seperti gembel.

Setelah aku mandi, aku segera keluar dan menyapa pemilik rumah, dia ibu yang mungkin sudah berkepala lima terlihat ramah menanyaiku akan ke mana.

Aku tak lama mulai membuka pagar rumah dan menutupnya untuk segera pergi ke taman.

Jarak taman ke sini hanya beberapa ratus meter, bahkan dari pagar kos-kosan, aku bisa melihat taman itu, lebih tepatnya taman bermain.

Ini termasuk kawasan yang elit, aku cuma bisa ternganga melihatnya.

Tidak salah aku melihat banyak mobil terparkir di kos-kosan dan sekeliling komplek ini.

Tidak lama, aku bisa melihat Ronald yang sudah duduk di ayunan sana. Aku heran, kenapa dia menemuiku lagi? Ini baru beberapa jam setelah pertemuan tadi pagi.

"Ada apa?" tanyaku membuat dia menyuruhku untuk duduk di sampingnya terlebih dahulu, lebih tepatnya di ayunan.

Aku segera duduk dan dia tak lama berucap, "bagaimana kamu bisa bertemu malaikat?" aku terdiam mendengarnya.

Apa aku harus jujur?

"Aku yakin kamu pasti merasa aku aneh, tapi setelah ini, kamu jangan canggung denganku." Dia mengangguk membuatku segera berbicara. "Aku sebenarnya ditakdirkan untuk hidup lebih lama. Aku ingin mencoba bunuh diri dan ya, ada seorang malaikat yang menolongku saat itu. Sekarang dia selalu ada sisiku karena itu." Dia mulai paham dan segera mengangguk.

"Itu tidak terasa aneh menurutku." Aku disitu segera terdiam menunduk.

"Itu memang bukan hal yang aneh ... karena aku belum menceritakannya."

"Apa maksudmu?"

"Aku mungkin perlu jujur karena sebentar lagi akan mati."

"Lalu?"

"Aku sudah hidup lama sejak dua puluh tahun yang lalu."

"Kamu berarti sudah berumur dua puluh—"

"Tidak! Sebelum itu, aku sudah hidup 17 tahun lamanya. Mungkin kamu harus mengucapkan selamat karena tubuhku masih sama hingga saat ini—"

Dia melongo tak percaya.

"Jangan lupa kamu harus berucap kakak—atau bahkan ibu, karena umurku sudah 37 tahun dan Eyla adalah nama asliku."










Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro