Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[7] Arjun's Girlfriend

Now Playing : Kiss The Rain - Yiruma

^^^

Aku punya prinsip, sekalinya aku nanti akan merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, akan ku kejar bahkan jika aku perempuan, lalu mengapa? Memang benar pada hakikatnya perempuan itu dicintai, bukan mencintai. Tapi selama aku berusaha, bukan hal yang mustahil jika aku bisa bersama dengan orang yang kucintai. Bukankah lebih bahagia jika kita dicintai oleh orang yang kita cintai?

^^^

"SA TURUN, SA!"

"IYA, SA! TURUN!"

"KASIAN ORANG TUA LO!"

"PERCUMA SELAMA INI LO DISEKOLAHIN KALO AKHIRNYA LO KOID SIA-SIA!"

Lusi, beberapa murid lain dan guru, menengadah melihat Natusa yang berdiri tanpa menggerakkan seluruh tubuhnya. Bahkan menundukpun tidak.

"Gue kesana ya." Bonong yang ketar-ketir mulai tidak sabar.

Lusi menarik ujung baju Bonong sambil berkata dengan tegas, "janganlah! Kalo lo yang kesana dia bakal langsung lompat tanpa pikir panjang!"

Bonong mengernyit. Kalau seperti itu ... berarti cuma Arjun yang bisa menyadarkan Natusa yang sedang kalut!

Tanpa mengatakan apa-apa pada Lusi dan yang lain, Bonong langsung berlari ke arah koridor kelas.

"What the ... LO MAU KEMANA, NJIR?" Lusi semakin panik. Ia berlari menyusul Bonong guna menahannya menghampiri Natusa.

"ARJUN!!"

Satu nama, namun menjelaskan semuanya. Seperti mantra, Lusi langsung berhenti mengejar Bonong.

Sebenci-bencinya Bonong sama Arjun karena cowok itu yang disukai Natusa, dia akan tetap meminta bantuan pada Arjun jika sudah seperti ini.

Natusa ngapain, sih? Apa segitu bencinya dia sama dirinya sendiri? Jadi dia lebih cinta sama Arjun? Bonong tertawa miris. Memang, mencintai seseorang dengan berlebihan akan menjadi racun buat kita.

"Arjun mana!" Tanya Bonong dengan nada nyolot.

Rena yang ditanyai Bonong juga terlihat panik. Ia menjawab, "gue sama Tim Jurnalis juga cari dia! Cuma dia yang bisa buat Natusa berubah pikiran!"

Mendengar itu Bonong langsung merengut. Tim Jurnalis? Jangan bilang mereka bakal beritain hal ini juga? Ia menggeleng, merasa tidak perlu memikirkan hal itu terlebih dahulu, kemudian berlari menuju lapangan lagi sampai tiba-tiba ia terpikir suatu tempat, yang mungkin Arjun ada di sana.

Khayangan.

Bonong memutarbalik arah larinya. Kalo Arjun nggak ada di sana, ia tidak tahu lagi dimana tempat Arjun biasa nongkrong. Harapan satu-satunya semoga Arjun ada di sana!

"JUN!" Bonong yang baru saja tiba di depan pintu kantin, langsung melihat Arjun. Syukurlah, Tuhan.

Arjun menatap Bonong yang raut mukanya terlihat khawatir, takut, tegas, semuanya bercampur menjadi satu. Ia melihat Bonong mulai membuka suara lagi. "Lo harus bantuin gue. Natusa di atap. Dia mau bunuh diri. Tolong susulin dia. Cuma lo yang bis---"

Tanpa mendengarkan penjelasan Bonong lagi, Arjun berlari meninggalkan kantin. Satu pikiran yang melintas di pikirannya, bagaimanapun juga kalo Natusa bunuh diri, penyebab utamanya adalah dia! Arjun nggak mau jadi penyebab seseorang menghilangkan nyawanya sendiri.

Untuk pertama kalinya, Arjun merasa bersalah pada Natusa.

^^^

"LO GILA YA!"

Natusa terpelanting menabrak dada seseorang yang menarik tangan kirinya dengan keras. Sedetik kemudian, Ia mendongak, menatap seseorang yang ternyata adalah Laser, dengan mata melotot tidak terima.

"Lo ngapain, sih. Sakit tau!" Setelah mengatakan itu, Natusa langsung terdiam sambil menatap Laser aneh. Ngapain Laser tiba-tiba narik gue? Tatapan matanya serem banget lagi.

"Kenapa lo?" Natusa melepas headset-nya kemudian bertanya dengan heran, membuat ekspresi Laser berubah. "Lo ... jangan bilang lo nggak mau bunuh diri?"

Mendengar pertanyaan Laser membuat Natusa terbelalak kaget. Ia langsung menjawab, "BUNUH DIRI? Stress lo? Amit-amit!"

"Kok gue sih? Mereka semua tuh!" Protes Laser tidak terima. Natusa mengikuti telunjuk Laser yang menunjuk pada banyak warga sekolah yang sekarang sedang berdiri di lapangan dengan kepala menengadah.

Natusa meringis, "Ya ampun mereka rame banget ternyata. Gue dari tadi pake headset jadi kuping gue nggak kedengeran apa-apa. Gue cuma dengerin lagu doang. Gue nggak mau bunuh diri! Gila aja. Masa depan gue masih panjang!"

Suara hentakan kaki yang terdengar dari belakang membuat keduanya menoleh.

Arjun. Dia menatap keduanya sambil menarik nafas dan menghembuskan nafas dengan cepat. Seperti telah berlari.

Arjun menatap Laser dan berkata dengan suara dalam, "oh. Jadi udah ada lo."

"Syukur, deh." Arjun mengangguk sebelum lanjut berkata, "orang yang berpikir pendek kayak lo, bisa selamat, itu keajaiban." Setelah mengatakan itu, Arjun berbalik sambil mengabaikan Natusa yang berteriak memanggil namanya terus-menerus.

Kalo tadi gue sempet bilang merasa bersalah pada Natusa, lupain!
Gue nyesel abis bilang gitu!

^^^

Keadaan sekolah sudah kondusif, relatif tenang dari sebelumnya karena Pak Tulus, guru BK, telah menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi. Natusa tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri, dan keadaanlah yang membuat Natusa seakan-akan ingin lompat dari atap sekolah.

Laser berdecak melihat beberapa murid yang tidak dikenalnya, makan sambil membicarakan dia dan Natusa.

"Apa lo liat-liat!" Penyakit Natusa mulai kambuh.

"Gue mau makan sendiri aja." Laser tiba-tiba merasa kupingnya sudah mulai panas. Sudah tidak kuat mendengar semua obrolan yang intinya membicarakan mereka berdua.

"Stop!" Natusa menghentikan Laser. "Lo pikir gue ngajak lo makan berdua mau ngapain? Mau kencan?" Natusa mendengus tidak percaya Laser akan berpikiran seperti itu.

"Terus lo mau apa?" Laser bertanya muak. Demi kalung, dia harus bisa bertahan selama 2 bulan.

Natusa memajukan kepalanya sambil berkata, "lo deketin Arjun."

"GILA LO!" Laser memekik tak percaya. "Gini-gini gue sukanya sama cewek!"

"Woy, kebo! Gila aja gue nyuruh lo pedekatean sama Arjun! Lo kalo mau belok mah belok aja silakan. Tapi jangan ajak-ajak Arjun juga!" Natusa berkata dengan bibirnya yang berkedut, menahan tawa.

"Maksud gue perjanjian no. 2 isinya lo harus memulihkan nama baik gue di depan Arjun."

Tanpa memperpanjang perdebatan, Laser bangkit dari tempat duduknya dengan Natusa sambil membawa mangkok bakso dan minumannya. Ia berjalan ke meja Arjun, duduk di sana, kemudian menyantap makanannya.

Arjun menatap Laser penuh curiga. "Ngapain lo duduk sini?"

Laser menjawab, "Mau tanya aja sih." Ia melirik Natusa yang masih setia menatapnya, memberi kode menyuruh Laser untuk mengajak Arjun berbicara. Ia memutar otaknya, memikirkan pertanyaan apa yang bisa buat Arjun menganggukkan kepalanya.

"Lo suka novel Harry Potter, kan?"

Arjun mengangguk. Berhasil!

"Lo ... nggak mau kesurupan, kan?"

Arjun mengernyitkan alis sambil menggeleng keras.

"Kalo lo suka sama novel Harry Potter, berarti lo suka sama film-nya juga?"

Arjun mengangguk lagi sebelum menanyakan hal yang menurutnya janggal hari ini. "Lo kenapa sih? Sakit? Aneh lo." Arjun beranjak meninggalkan Laser sendirian setelah mengatakan itu.

"Anjir! Gue ditinggalin! Serasa nggak berguna banget gue." Ujar Laser yang mendadak jadi cowok baperan.

"Gimana? Lo bilang apa aja tadi sama dia?" Natusa menghampiri Laser dan mengintrogasinya. "Kok dia ngangguk, geleng, ngangguk, terus bilang sesuatu? Bilang apa?"

Laser menjelaskannya pelan-pelan, "pertama, gue tanyain, lo maafin Natusa, kan?"

"Kedua, gue tanya, apa lo benci sama Natusa?"

"Ketiga, gue tanya, lo tau kalo gue sama Natusa nggak pacaran?"

"Terakhir, gue bilang, Natusa udah hampir gila karena lo jauhin dia. Kata temen gue, di kelas selalu murung. Dia ngira lo benci sama dia. Nah terus dianya jawab, kalo gue bilang gue nggak benci sama Natusa ya berarti nggak. Lagian ngapain gue benci Natusa? Nggak ada alasan buat gue benci sama cewek itu."

"Terus, kenapa dia pergi tanpa liat ke gue sama sekali? Apa jangan-jangan ... dia cemburu sama lo?" Ujar Natusa yang mulai kepedean. "Udahlah. Mending lo nggak usah ngarep. Arjun itu udah punya pacar. Kemaren gue liat boncengan sama adek kelas."

^^^

"Ettt. Lo mau kemana?"

Lusi, merentangkan kedua tangannya untuk menghalangi Natusa yang ingin mencari Arjun di dalam perpustakaan.

"Ngapain lo?" Tanya Natusa heran. "Gue mau cari Arjun. Dia kayaknya marah sama gue."

"Arjun nggak ada di sini!" Lusi mengatakannya cepat-cepat. "Lo cari ke kantin, deh."

"Apaan sih lo. Gue udah ke kantin tapi Arjun nggak ada."

"Minggir!"

Natusa menyingkirkan tangan Lusi dan mendorong badan Lusi pelan agar tidak menghalanginya lagi.

Ketika Natusa melihat ke tempat dimana Arjun biasanya berada, hatinya mendadak panas.

Dengan kesal, Natusa keluar lagi sambil berjalan cepat, mengabaikan Lusi yang terus-menerus memanggil namanya.

^^^

Hai jumpa lagi dengan sayaa^^

Siapa yang udah menduga kalo Natusa nggak bakalan bunuh diri? Alasannya kenapa?😂

Selamat tanggal 1 Maret 2019❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro