[27] Resmi Pacaran?
Say hai dulu dong sama Nindy^^
Ada kata yang mau diungkapin juga nggak buat Nindy?
^^^
Inginku menghapus beberapa unsur dalam cinta. Entah abstraknya luka yang muncul karena patah, buah kecewa yang bercokol ketika rasa mulai berubah, pula temu berujung semu menggantikan sirnanya sosok nyata.
^^^
Pukul 06.15 WIB, sudah belasan kali Laser menelfon Natusa namun semuanya tidak mendapat jawaban. Wajahnya terlihat sedikit resah, takut Natusa marah karena kemarin dia melupakan janjinya. Memang ini salahnya sendiri karena kemarin sibuk mengantarkan Nindy pulang tanpa memikirkan Natusa lagi. Karena semakin merasa tidak nyaman, Laser akhirnya mengirim pesan.
Laser : DON!
Hari ini belom sekolah, kan?
Laser : Aku mampir bentar, ya
Donat : Lo kayanya salah orang deh. Gue bukan DONI!
Donat : Gue sekolah
Donat : Hari ini ada ulangan fisika. Gue ga bakal bisa mikir kalo ulangan sendirian
Donat : Dan jangan jemput gue karena hari ini lo libur. Gue pusing + pengen cepet-cepet sampe sekolah
Laser : Kalo belom sembuh total
ya jangan sekolah, Nat!
Donat : Gue pengen sekolah!
Laser : Okelah oke. See you😙
Donat : Apasi jijiq emotnya😕
Laser : Serius jijik?
Kok senyum-senyum?😆
Donat : Dasar buaya
Laser : I love you too❤
Laser memasukkan ponsel ke dalam saku seragamnya sambil terkekeh. Apapun kalimat yang ditulis Natusa, walaupun selalu menunjukkan sifat juteknya, entah mengapa semuanya terasa lucu bagi Laser.
Setelah mengambil jaket navy dan helm birunya, dia langsung menaiki motor. Tujuannya adalah rumah Natusa. Masa bodoh Natusa melarang Laser untuk menjemputnya. Tadi Natusa bilang sekarang dia libur, kan? Libur sebagai tukang becak. Kalo dia jemput pake motor? Beda lagi urusannya. Pokoknya dia harus jemput Natusa. Dia juga mau minta maaf soal kemaren. Apalagi dia juga khawatir sama Natusa. Masih sakit tapi maksa banget buat sekolah. Dia berangkat sama siapa? Naik motor sendiri? Laser menggelengkan kepala keras. Dia tidak bisa membayangkan jika saat berkendara, Natusa pingsan dan terjun ke aspal. Lebih baik Natusa sama dia. Aman terkendali.
^^^
"Serius kamu mau sekolah?"
Natusa memejamkan mata setelah mendengar pertanyaan itu keluar lagi dari mulut mamanya, Ratna. Setelah mengunyah nasi gorengnya dengan halus, Natusa menjawab, "iya, Ma. Aku ada ulangan."
Ratna mengangguk paham. Walaupun dia sangat khawatir dengan kesehatan anaknya yang belum pulih sepenuhnya, dia juga tidak bisa melarang Natusa untuk tetap di rumah. Anaknya itu tidak akan bisa berpikir ketika dalam keadaan tegang. Apalagi jika sendirian. Ratna sangat tahu Natusa tidak akan mau jika harus ulangan susulan. Melihat kesehatan Natusa yang memang sudah hampir sehat, Ratna akhirnya mengijinkan. "Mama nanti harus ke Surabaya. Ada masalah yang memang harus mama sendiri yang selesaikan."
Natusa langsung mencebikkan bibir ketika mendengarnya. Rasanya tidak enak ketika ditinggal sendirian di rumah. Bi Yul juga pulang kampung. Tinggal Pak To, tukang kebunnya saja yang ada di rumah. Apalagi Pak To cuma dateng ke rumah sewaktu-waktu. Dengan sedikit memelas Natusa berkata, "Mas Fadil sama Mbak Melly suruh tinggal di sini, Ma."
Ratna mengangguk setuju. "Mama juga khawatir kalo harus ninggal kamu sendirian di sini."
Natusa tersenyum girang. Natusa juga khawatir kalo tinggal sendirian di rumah. Takut melihat penampakan penghuni rumah ini.
Tok. Tok. Tok.
"IYA BENTAR!" Ratna bangkit dari duduknya dan berjalan sedikit cepat untuk membukakan pintu.
Pintu dibuka. Suara sapaan hangat segera terdengar di telinga Ratna. "Hai, Tante."
"Ahh, kamu!!" Ratna memekik senang ketika melihat Laser, Abang becak anaknya itu kembali muncul di hadapannya. Senyum anggun terpampang di wajah Ratna yang terlihat awet muda. Melihat ada pemuda tampan yang menjemput Natusa, ia tidak bisa tidak tersenyum. Anaknya yang terkenal galak akhirnya ada juga yang berani deketin!
"Natusa masih di rumah?" Ratna mengangguk mengiyakan. Ditatapnya cowok yang terjebak masalah kutukan tidak masuk akal yang diajarkan Fadil pada Natusa sambil menjawab, "Masih, kok. Masih. Ayo masuk." Ratna akhirnya mempersilakan Laser masuk.
"Loh!" Natusa berseru. Mulutnya menganga ketika melihat Laser berdiri dengan tegaknya menghadap Natusa dengan senyum paling lebar yang dia punya. "Kan gue bilang sekarang libur!" Natusa menyerocos. Sendok di tangannya ikut bergerak-gerak mengikuti irama tangan.
Mendengar Natusa berkata libur, libur, dan libur, Laser merasa Natusa menghindarinya. Firasatnya benar. Natusa marah karena kemarin dia tidak jadi kesini. Dengan nada pelan Laser menjawab, "becak kan yang libur?" Natusa mengangguk. "Yaudah. Sekarang kita naik motor," ujar Laser final.
Natusa tidak mengomel lagi. Walaupun kelihatannya Natusa masih saja cuek bebek, tak bisa dipungkiri dia juga merasa senang ketika melihat Laser di sini. Ternyata Laser tidak benar-benar melupakannya. Rasa kesal karena kemarin Laser tidak jadi datang, perlahan terkikis ketika melihat senyum Laser. Tapi dia juga harus tahu penyebab Laser tidak jadi datang. Dia juga masih kesal ketika mengingat Arjun yang kembali, berusaha membuat hatinya porakporanda lagi.
"Ayo makan juga." Ratna mengambilkan Laser piring dan hendak mengambil nasi ketika dengan tampang cueknya Natusa berdiri sambil berkata, "Ma. Natusa berangkat sekarang, ya."
"Loh. Baru aja Laser mau makan."
Laser menelan ludah sejenak sebelum menyahuti, "nggak usah repot-repot, Tante. Laser udah makan tadi di rumah." Laser berdiri dan menyalami tangan Ratna.
Natusa yang sudah berada di luar langsung heran sekaligus takjub melihat motor Laser. "Motor lo baru?" Tanyanya ketika Laser sudah berada di sampingnya. "Nggak, kok. Ini motor udah lama. Cuma nggak pernah dipake aja. Tadinya mau bawa motor yang biasanya. Tapi boncengannya udah tercemar. Aku pengennya kamu jadi orang pertama yang naik boncengan aku."
"Lebay." Natusa menjulurkan lidahnya ke arah Laser. Ia memandang motor Laser sejenak sebelum berjalan untuk menaikinya.
Setelah Natusa memakai helm yang diberikan Laser, motor berjalan perlahan. "Pegangan." Laser yang telah melirik Natusa melalui spion tak tahan untuk menggoda karena Natusa berpegangan pada tasnya. "Udah!" Natusa menjawab dengan jengkel. Laser tertawa karena melihat Natusa mencebikkan bibir kesal.
"Jadi ... kapan kita resmi pacaran?" Laser bertanya dengan ekspresi tengil terpampang jelas di balik helm.
BUGGG
Natusa memukul belakang helmnya dengan keras. Enak banget Laser ngomong gitu. Laser tidak tahu gimana jantungnya bereaksi mendengar kalimat sakral itu. Hampir saja jantungnya melompat karena terlalu kencang berdetak. Apalagi setelah mendengar Laser tertawa, Natusa malah dibuat blushing. Ia langsung menepuk kedua pipinya keras-keras, takut Laser melihatnya. Bisa-bisa dia malah ditertawakan apabila ketahuan oleh Laser.
Faktanya, Laser tidak melihat Natusa. Ia malah memerhatikan cewek yang cukup familiar, berdiri sambil melongok ke kanan-kiri. Setelah memperlambat laju motornya, Laser membunyikan klakson untuk menyapa cewek itu.
"Siapa?" Natusa bertanya ketika melihat Laser menyapa cewek bermata lebar dengan seragam yang sama, menatap Laser kaget.
Laser balik melihat Natusa dari spion ketika menjawab, "Nindy. Adek kelas kita."
Natusa mengangguk mengerti. Ia mengalihkan pandangan lagi untuk melihat Nindy yang melambaikan tangan sambil menunjukkan fake smile yang dapat dilihat jelas oleh Natusa.
Natusa mengernyit. Fiks cewek ini cemburu lihat dia boncengan sama Laser. Karena tiba-tiba merasa panas, Natusa memegang kedua pinggang Laser, mengabaikan Laser yang tersenyum senang sekaligus mengabaikan jantungnya sendiri yang meronta-ronta seakan ingin dikeluarkan. Natusa menengok kearah Nindy yang sudah ada di belakangnya. Rasain! Mamam tuh cemburu!
Dari arah kejauhan, tanpa Laser dan Natusa sadari sebuah truk kontainer melaju kencang dari arah yang berlawanan. Klakson yang berbunyi keras dan panjang mengagetkan Laser yang sibuk memerhatikan spion, mengagetkan Natusa yang sibuk melihat ekspresi Nindy. Ketika Laser menatap ke depan, truk yang seperti kehilangan kendali itu sudah siap menerjang kearahnya.
"AWASSSSSS!!" Nindy berteriak histeris. Matanya ditutup rapat-rapat, takut melihat kejadian yang akan terjadi berikutnya.
^^^
A/n :
Jangan lupa vote dan comment yaa{}{}
Makasih banyak kalian udah bantuin aku terus{}{}
Komentar kalian dong buat chapter ini
Sama satu lagi. Apa yang buat kalian suka sama cerita aku?
Kalau ada masukan, silakan aja. Aku menerima semua kritik dan saran kalian semua kok{}
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro