[26] Arjun Bernyanyi
Hari yang ada di chapter [25] masih berlanjut sampai chapter ini loh^^
Yuk baca hari yang sangaaaat panjang ini.
^^^
Penyesalan memang selalu ada di akhir. Andai penyesalan bisa membuat semuanya kembali dalam keadaan semula yang kita harapkan, tidak akan ada yang namanya ngenes.
^^^
Natusa meminum segelas air putih dengan cepat, berharap rasa nyeri di tenggorokannya mereda. Berkali-kali ia berdehem keras dan marah-marah sendiri pada tenggorokan yang terkena virus itu. Tadi pagi mama pulang membawa seorang dokter untuk memeriksanya. Padahal Natusa sudah bilang untuk dibelikan obat saja, jangan panggil dokter. Ehh ternyata dipanggilin. Untung saja Natusa tidak disuntik. Mama memang benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Setelah diperiksa, dugaan Natusa dan mamanya benar. Ia terkena radang.
Natusa mengecek jam untuk kesekian kalinya. Sudah jam setengah lima tapi Laser belum juga kesini? Tahu gini tadi dia tidur saja, istirahat, dan tidak menunggu Laser yang tak pasti akan datang membawa camilan.
Apa jangan-jangan Laser menanggapi ucapannya dengan serius? Kan dia cuma bercanda pas bilang Laser nggak kesini juga nggak pa-pa.
Sedikit mengerang saat merasakan tenggorokan yang panas, Natusa menutup mata, ingin tidur dan tidak menunggu Laser lagi.
Suara knalpot motor ber-cc tinggi yang berhenti di depan rumah membuat mata Natusa kembali terbuka lebar. Laser akhirnya datang! Natusa kembali memejamkan mata, berpura-pura tidur.
Setelah lama menunggu akhirnya pintu kamarnya terbuka. Suara derap kaki yang memecah keheningan kamar membuat Natusa sedikit mengernyit. Dari suara sepatunya, Natusa merasa janggal. Karena tak kunjung mendengar Laser mengatakan sesuatu, Natusa kembali membuka matanya.
Sontak ketika melihat sosok yang berdiri menatapnya dengan senyum ramah, Natusa sedikit berjingkat kaget membuat kepalanya nyut-nyutan.
"Arjun?" Natusa menyebut nama itu dengan nada tidak percaya. Untuk apa Arjun ke rumahnya? Astatang. Mendadak Natusa ingin sekali menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut, tapi itu hanya akan mempermalukannya! Jangan salah sangka. Natusa merasa bingung akan berbuat apa, akan berkata apa, bukan karena dia suka sama Arjun. Tapi karena Natusa tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah pertemuan terakhirnya dengan Arjun. Masih ingat Natusa menyindir Arjun? Saat itu dia di kantin bersama Laser, lalu Arjun datang, meminta Natusa untuk menonton pertandingannya, dan Natusa menolak sekaligus menyuruh Arjun untuk mengajak Siren saja menonton pertandingan basketnya. Plis, sekarang gue nggak harus lari, kan? Gue nggak kuat berdiri!
"Kenapa kayak nggak percaya gitu gue ada di sini?" Arjun menanyai Natusa yang tatapannya berlarian kemana-mana seperti sedang memikirkan banyak hal rumit. Ia sedikit tersenyum ketika melihat Natusa kaget mendengar pertanyaannya.
Dengan suara serak Natusa balik bertanya, "lo ngapain di sini?" Nada suara Natusa terdengar jengkel. Ia tidak bisa menahannya lagi. Rasa jengkel yang seharusnya diperuntukkan pada Laser akhirnya keluar juga di tempat yang salah. Laser mana? Kenapa malah Arjun yang datang dan membawa buah-buahan untuknya? Natusa inginnya Laser yang datang sambil membawakan camilan enak-enak yang membuat nafsu makan Natusa tumbuh.
Arjun menaikkan kedua alis. Senyum geli segera tercetak jelas sebelum menjawab, "gue jenguk lo lah. Gue tau lo sakit dari wali kelas lo." Benar. Arjun tidak sengaja bertemu wali kelas Natusa di koridor setelah menanyakan keberadaan Natusa pada Laser. Tentu saja wali kelas Natusa tidak akan menyembunyikan keberadaan Natusa. Setelah mendengar Natusa sakit, pulang sekolah setelah memberi parsel buah dia langsung kemari untuk menjenguk Natusa. Siapa tahu masih ada sedikit harapan untuk mendapatkan cinta Natusa lagi.
"Sebenernya gue nggak suka dijenguk," ujar Natusa dengan nada suara datar. Ia berniat menghindari Arjun. Natusa tidak mau menjadi cewek labil yang kembali mencintai cinta lamanya ketika cinta lama itu mulai datang lagi, tepat saat dia sudah memilih untuk pergi. Natusa sendiri tahu dengan jelas perasaannya pada Laser. Tapi ketika melihat Arjun bersikap manis, rasa yang belum hilang sepenuhnya kembali muncul dengan jelas sedikit demi sedikit. Dan Natusa harus mencegahnya.
Arjun hanya menanggapi ucapan Natusa dengan diam. Hening yang terasa mencekam dan suasana canggung yang semakin terasa membuat Arjun kebingungan mencari topik pembicaraan.
Arjun yang melihat gitar di pojok kamar, mendapat ide untuk mencairkan suasana. Diambilnya gitar itu dengan pelan-pelan, membuat Natusa ikut memerhatikannya.
"Lo bisa main gitar?" Tanya Arjun sedikit tidak percaya. Natusa terkekeh. "Cuma tau beberapa chord-nya, tapi nggak bisa genjreng," jawab Natusa jujur. Keberadaan gitar itu di dalam kamarnya sebenarnya cuma dianggurin sama Natusa. Makanya tadi pas Arjun mengambil gitar itu, dia sedikit meniup debu yang menempel di seluruh gitar.
"Itu punya Mas Fadil, kakak kandung gue." Pertanyaan di pikiran Arjun segera terjawab sebelum dia menyuarakan pertanyaannya. Arjun sedikit terkekeh. Mungkin Natusa bisa melihat pertanyaannya dengan jelas ketika melihat ekspresi bingungnya tadi.
Jrengggg
Arjun mulai menggenjreng gitar itu. Suara yang enak didengar segera memasuki indera pendengarannya. Lantunan lagu Andmesh Kamaleng - Cinta Luar Biasa segera memecah keheningan di kamar Natusa. "Terimalah lagu ini dari orang biasa. Tapi cintaku padamu luar biasa. Aku tak punya bunga. Aku tak punya harta. Yang kupunya hanyalah hati yang setia, tulus padamu."
Natusa merasakan jantungnya sedikit berdebar ketika mendengar Arjun menyanyi. Tidak-tidak. Ini tidak benar. Natusa tidak bisa menyukai dua orang sekaligus. Memikirkan Laser, Natusa dibuat jatuh cinta dengan sikap manisnya yang berjuang untuk mendapatkan cintanya. Sedangkan Arjun, Natusa menyukai Arjun sejak lama, lalu dia menyerah karena Arjun tidak pernah menganggapnya ada. Lebih jelasnya lagi, untuk siapa hatinya saat ini? Logikanya berkata sudah seharusnya dia mencintai Laser. Tapi hatinya? Hatinya tidak menyuarakan apa-apa sekarang. Bungkam, tanpa mau membuat semuanya terang.
Arjun yang melihat Natusa melamun segera menjentikkan jari di depan wajah Natusa. Ketika Natusa sudah tersadar Arjun bertanya, "mau request?" Natusa menggeleng. "Terserah lo mau nyanyi apa."
Arjun menggenjreng gitarnya lagi. "Mungkin memang ku cinta. Mungkin memang ku sesali. Pernah tak hiraukan rasamu dulu. Aku hanya ingkari kata hatiku saja. Tapi mengapa cinta datang terlambat." Arjun menyanyikan potongan lagu itu sambil menatap Natusa penuh arti.
Mendengarnya langsung membuat hati Natusa bergetar, apalagi ditambah tatapan Arjun. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Natusa yang tadinya duduk langsung membaringkan diri membelakangi Arjun. Selimut ditariknya sampai menutupi kepala.
Melihat itu Arjun langsung terkekeh. "Ya udah. Lo harus banyak-banyak istirahat. Gue pulang dulu." Arjun mengusap selimut yang menutupi kepala Natusa dengan pelan. "Gue nyesel, Sa. Nyesel kenapa gue baru sadar kalo gue juga punya perasaan yang sama kayak lo."
Natusa menutup telinganya lebih rapat. Laser kemana sih? Coba aja dia ada di sini. Mungkin semuanya nggak bakal kayak gini.
^^^
Laser yang baru memasuki rumah langsung melihat papanya duduk sambil berkutat dengan laptop.
Melihatnya, Laser langsung teringat dengan Natusa. Laser harus berubah. Dia harus berdamai dengan papa. Demi dirinya sendiri, keluarga, dan demi Natusa. Berbicara soal Natusa ... GUE JANJI BAKAL KE RUMAHNYA SAMBIL BAWAIN MAKANAN KAN?
Astaga. Laser benar-benar lupa! Tergopoh-gopoh, Laser berbalik dan melangkahkan kaki keluar lagi sebelum suara Sergio menghentikan langkahnya. "Mau kemana lagi kamu?"
Mulut Laser segera membentuk garis lurus, kernyitan di dahinya terlihat jelas sebelum ia mulai menarik nafas panjang, merilekskan hatinya yang mendadak tersulut marah. Laser berbalik dan menatap Sergio setelah emosinya mulai mereda. "Ada yang ketinggalan. Tapi kalo nggak diijinin pergi juga nggak pa-pa." Laser menjawab suara tinggi Sergio dengan nada suara rendah. Kali ini Laser harus sabar menghadapi papanya.
Laser melangkahkan kaki mendekati Sergio dan mengulurkan tangan untuk menyalaminya. Sergio terkejut. Gimana bisa anaknya mau menyalaminya? Walaupun merasa aneh, Sergio tetap mengulurkan tangannya.
"Laser mau ke kamar dulu, Pa. Capek."
Sergio dibuat terkejut sekali lagi. Pa? Laser panggil dia papa? Ya Tuhan. Laser mau menerimanya kembali? Apa yang terjadi dengan anaknya sampai berubah seperti ini? Apa kepalanya kejedot aspal?
^^^
A/n :
Hayo. Laser kejedot apa? Kejedot cinta macan galak kali ya:V
Udah kayak judul FTV aja😂*Tapi bolelaa bolelaa:'v
Buat kalian yang tanya, apakah nanti ada Natusa-Nindy? Jawabannya adalah iya. Tunggu aja yaa^
Main 'Seberapa gregetnya kamu' yok:v Tapi seputar tokoh dan ceritaku ini yaa^
Contoh :
'Seberapa gregetnya kamu?' = Kemaren aku ketemu Natusa, *cakep* aku tendang deh masa depannya:V
Yokk main yokk buat yang mau ikutan aja deh:')
SEBERAPA GREGETNYA KAMU?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro