Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[14] Laser Resek

Tragedi dalam cinta bukan ketika suatu hubungan berakhir lebih cepat, tetapi ketika kita menunggu lama untuk memulainya.

^^^

Siapakah abang supir ini?:v

^^^

Sekolah hempar. Adegan Laser menyatakan rasa sukanya pada Natusa segera merambat di seluruh penjuru sekolah. Kali ini desas-desus yang terdengar dilebih-lebihkan itu tersebar bukan karena tulisan Fairsya. Namun karena saksi mata yang ada di tempat kejadian menyebarkannya.

Berbeda dengan Laser yang cuek bebek, Natusa dibuat kelimpungan. Tadi setelah Laser mengatakan hal yang menurutnya tidak masuk akal, Natusa langsung speechless. Matanya melotot lebar pada Laser yang juga menatapnya. Menganga lebar, Natusa hampir saja meneteskan air liur.

Setelah beberapa detik akhirnya dia tersadar. Sambil menggertakkan gigi, ia berjalan menghampiri Laser di lapangan dan menarik tangan Laser keras, hendak menampol kepala Laser kalau bisa menusuk jantungnya dengan pulpen di tempat yang sepi.

Namun ketika Natusa menarik Laser menjauh, kaki Laser menancap kuat di tanah lapangan. Seberapa keras Natusa membuat kaki Laser bergerak, tetap saja tidak bisa. Dengan kemarahan yang semakin membuncah Natusa berkata dengan gemas, "gue pengen ngobrol berdua sama lo!"

Laser mengangkat kedua alisnya ketika menjawab, "berdua? Kenapa nggak di sini aja? Biar semua orang tau kalo gue suka sama lo."

Sorakan beserta siulan segera terdengar dimana-mana. Wajah Natusa langsung merah padam antara malu, putus asa, bercampur marah. Dengan wajah yang terlihat konyol karena matanya hampir keluar, Natusa berkata, "bercanda lo nggak lucu!" Ia langsung pergi dari sana dengan langkah kaki yang dihentakkan keras.

Laser tak kuasa lagi menahan tawa. "Siapa yang bercanda, sih?" Jawab Laser dengan pertanyaan setelah menetralisir tawa.

Natusa menggeleng keras saat mengingat kejadian tadi. Mengingatnya membuat Natusa semakin frustasi. Ia menutupi pipinya yang kembali merah padam.

Walaupun tidak ingin mengingatnya, Natusa tetap merenungkan semuanya. Dia merasa bingung. Laser bercanda? Tapi kenapa ... Ah, nggak! Natusa tidak habis pikir. Untuk apa Laser mengatakan hal sebodoh itu di depan banyak orang? Pengen Natusa dibully habis-habisan sama para fansnya? Tidak mungkin! Tidak ada yang berani dengannya. Tak kunjung mendapat jawaban pasti, ia mengenyahkan bayangan wajah tengil Laser dalam pikirannya.

Laser emang biang masalah! Jangan-jangan Laser berniat balas dendam padanya? Apa Laser berniat membuat dia baper terus pas lagi sayang-sayangnya, Laser mau ninggalin? Haha. Natusa bukan tipe cewek yang gampang baper!

"Sa," Lusi yang duduk di sampingnya memanggil dengan nada penasaran. "gue yakin Laser beneran suka sama lo." Natusa diam saja. Alisnya sedikit mengernyit mendengar ucapan Lusi yang membuatnya lagi-lagi teringat.

"Hai para cecan-cecan kelas." Bonong datang, mengalihkan pikiran Natusa. "Udahlah, Sa. Nggak usah dipikirin! Mending lo dengerin puisi gue aja."

Lusi menyahut dengan ketus. "Nggak! Gue menolak." Kupingnya dibuntu dengan telunjuknya.

"Boleh."

Ijin yang diberikan Natusa sungguh membuat Lusi tercengang. "Wah. Wah. Laser udah buat lo gila, nih." Natusa memutar bola matanya. Ia menatap Bonong yang kegirangan dan menunggu puisi yang dia sendiri tahu, absurd-nya luar bisa. Nggak pa-pa, deh. Itung-itung buat pengalih masalah.

"Natusa.
Badan langsingmu, selangsing batang mawar yang berduri.
Jemari lentikmu, selentik gigi kingkong yang lembap.
Jika kulihat dari kejauhan, bibir keringmu butuh vitamin.
Rambutmu, kau perlu keramas seminggu enam kali.

Natusa.
Aku pernah kesleo dan itu sakit banget.
Aku tahu patah hati lebih sakit daripada kesleo.
Diabaikan olehmu, rasanya tidak lebih buruk dari cacing kelaparan yang bersemayam di kebanyakan perut.

Natusa.
Jikalau kau menerima cintaku, aku akan mencukur habis bulu kakiku.
Jidat yang katamu seluas bandara ini,
aku rela menggusurnya sebagian untuk dijadikan mall.

Mengapa lagi kau tidak kunjung jatuh cinta padaku?
Gigiku tidak berkarat, juga tidak berjamur.
Tanganku tidak bau, juga tidak wangi.
Aku tahu mataku tidak indah.
Namun jika dibandingkan dengan mata badak, mataku yang paling indah.

Kal---"

"Cukup!" Natusa memotong. "Bulu kuduk gue udah merinding, Nong!"

Bonong berdehem. "Oke. Cukup sekian. Kakanda mohon ijin karena masih ada urusan yang harus kakanda siapkan di medan perang. Jangan galau." Tanpa menunggu jawaban, Bonong berbalik dan berlari keluar kelas. Sepertinya memang ada urusan penting.

Lusi menatap Natusa yang mulai merenung lagi. Ia menyenggol lengan Natusa pelan dan melanjutkan perkataannya yang sempat terpotong karena kedatangan Bonong. "Nih ya. Gue bilangin. Sejak pertama masuk sekolah dulu, Laser nggak pernah pacaran. Bukan gara-gara nggak ada yang suka. Banyak kok yang deketin dia. Cantik-cantik malah. Tapi dianya nggak mau karena gue denger-denger, rumornya dia nggak suka dikejar. Pengennya ngejar. Nah cocok kan sama lo. Lo nggak kejar dia. Jadi, dia yang ngejar lo."

Mendengarnya membuat Natusa terdiam. Berbicara soal dikejar atau mengejar, ia teringat Arjun! Sudah lama dia tidak melihat Arjun.

Mengabaikan Lusi yang masih ingin cuap-cuap, Natusa berdiri dan dengan gerakan cepat dia menghindar dari tarikan tangan Lusi. Ia berjalan menuju pintu kelasnya.

"WOI. Mau kemana lo? Gue belum selesai ngomong!" Lusi bertanya dengan kekesalan yang mulai melanda. "Lo mau terima cintanya Laser sekarang?"

Natusa berhenti berjalan untuk melototi Lusi. "Laser nggak bilang cinta ke gue!"

"Iya. Bilang suka, kan? Bentar lagi juga bilang cinta!"

^^^

Natusa berjalan menuju khayangan. Ia sudah hafal jam seginian pasti Arjun ada di sana. Ia ingin menemui Arjun. Ingin tahu bagaimana reaksinya ketika mendengar Laser menyatakan suka padanya, agar Natusa bisa menentukan sikap yang tepat untuk menghadapi Arjun.

Natusa berjanji, jika nanti Arjun cuek saja, Natusa akan menyerah. Berusaha menghapus jejak rasa yang bahkan Natusa bingung bagaimana cara menghapusnya.

Jika nanti Arjun menunjukkan sedikit kecemburuan, Natusa akan bertahan sampai suatu saat Arjun menyatakan hal-hal yang ingin Natusa dengar.

Natusa mengedarkan pandangannya setelah sampai. Ia langsung menemukan soaok Arjun yang baru saja berdiri dari mejanya, hendak pergi dari kantin. Cepat-cepat Natusa menghentikannya. "JUN!" Arjun menoleh, menatap Natusa yang berjalan mendekatinya dan duduk tepat di hadapannya.

Arjun duduk lagi. "Baru aja gue mau cari lo."

Natusa terbengong-bengong. Cari dia? Buat apa? Natusa mendesiskan pertanyaan itu dalam hati.

Keheningan melanda cukup lama sampai mas cincau datang membawa minuman tetap Natusa.

"Kan gue belom pesen, Mas." Natusa menatap mas cincau geli.

"Alah bentar lagi juga lo pesen." Natusa terkekeh mendengar jawaban mas cincau. Setelah membayar, mas cincau pergi sambil tersenyum geli melihat kecanggungan antara Natusa dan Arjun.

"Jadi ... Laser bener-bener suka sama lo?"

Natusa menatap Arjun tajam. Mungkin ini saatnya Natusa memperjelas hubungan mereka. "Kenapa? Lo keberatan? Bukannya lo juga lagi deket sama adik kelas?" Tanya Natusa dengan nada suara ragu.

Arjun mengenyit. "Siapa? Maksud lo Siren?" Ia memperjelas, "dia itu cuma minta gue bantuin dia belajar aja. Nyokapnya sering titip dia ke gue karena kita tetanggaan, jadi gue sering berangkat-pulang bareng dia."

"Buat apa lo jelasin semuanya ke gue?"

Mendengar pertanyaan Natusa, Arjun terdiam. Dia juga bingung mengapa tadi menjelaskan semuanya pada Natusa. Ketika Arjun hendak menjawab, datanglah Laser dengan kehebohan tak biasa.

"DOR!! Tumben berduaan aja?"

Natusa menatap Laser dengan tatapan maut. Kilat matanya seakan berbicara -Pergi nggak lo dari sini.-

Laser mengabaikan tatapan Natusa dan merampas es cincau di tangan Natusa. "Gue haus."

"NO! BALIKIN! Jangan coba-coba ya lo!" Natusa berhasil merampasnya kembali.

Laser melirik Arjun yang menatapnya dan Natusa secara bergantian. Sedikit tersenyum miring, Laser berpindah tempat duduk dari yang awalnya di samping Arjun, menjadi di samping Natusa.

Laser merangkul bahu Natusa seenak jidat membuat Natusa melongo. Belum sempat Natusa menyuarakan protesnya, Laser mengacak rambutnya gemas. "Lo lucu kalo lagi salting." Ujar Laser sambil tertawa pelan.

"Ih! Males gue sama lo!" Natusa menyingkirkan tangan Laser dari bahunya. "Tuh liat!" Natusa menunjuk semua anak yang ada di kantin. "Mereka semua jadi liatin gue terus gara-gara lo tadi!" Setelah mengatakannya, Natusa berdiri, melototi Laser sebelum pergi meninggalkan Laser dan Arjun.

Laser melirik Arjun yang menatapnya datar. "Apa lo liat-liat!"

Arjun mendengus menjawabnya.

"Heh!" Laser memanggil Arjun dengan tampang songongnya. Setelah Arjun menoleh, Laser berkata lagi, "lo sebenernya suka sama Natusa atau suka buat Natusa berharap lebih?"

^^^

Haiii^^
Yuk join Grub Wa 'FAWtMH Readers' ada Natusa, Arjun, Laser, dan Bonong loh^
Ikutan ramein yuk.
Bakal ada event pembukaan awal loh😆

Kalian bisa hubungi :

Catatan dari aku, nanti kalo kalian udah chat ke salah satu admin, jangan chat ke admin lain ya kasian ntar bingung:'){} Dimohon sabar oke;)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro