Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[12] Fisika atau Suami?

Now Playing : Charlie Puth - Attention

^^^

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti untukmu, hanya untuk mengetahui bahwa pada akhirnya dia tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi milikmu dan kamu harus melepaskannya kemudian.

^^^

Hal yang paling menyebalkan bagi Laser :

1. Ada orang yang masuk ke kamarnya.

Cukup Farhan saja dan sudah cukup semua barangnya diobrak-abrik.

2. Kalo lagi makan mie ayam diajakin ngomong.

Tahu sendiri, kan mie itu panjang dan melar. Susah makannya. Dia pernah makan mie ayam, diajakin ngomong, tersedak dan ada mie yang keluar dari hidungnya. Dan itu sakit banget.

3. Diajakin muter-muter mall.

Pernah Lalisa ngajakin beli baju buat kondangan. Nggak cocok harga, pergi ke toko lain. Harga lebih nggak cocok lagi, balik ke toko sebelumnya yang jalannya aja udah lupa.

Laser menatap Natusa horor sambil merebut strip obat miliknya dari tangan Natusa. "Mikir apa lo?" Tanya Laser dengan pandangan mata menyelidik.

"Lo---"

Belum sempat Natusa menyelesaikan ucapannya, dengan sangat menjengkelkan, Laser memotongnya. "Stop! Gue nggak sanggup dengernya."

"Gue nggak punya penyakit serius asal lo tau aja. Alhamdulillah gue dikasih sehat sama Allah." Laser tidak membenarkan spekulasi Natusa yang belum diucapkan. Laser menunjukkan strip obat itu tepat di depan wajah Natusa sambil berkata, "baca! Cuma Paracetamol dan Amoxicillin." Natusa menyipitkan mata agar tulisan kecil-kecil itu bisa dibacanya.

Laser meletakkan strip obatnya di tempat semula, kemudian berkata dengan tampang datar, "jangan sentuh apapun! Gue males beres-beres."

"Wiss. Ada posternya Jennifer Lawrence. Ini yang di film The Hunger Games, kan? Gue juga suka."

Laser yang membuka pintu lebar-lebar mengabaikan Natusa yang sudah menjelajahi kamarnya. Laser meletakkan buku latihan Fisika di meja belajar.

"Duduk sini." Perintah Laser langsung diikuti oleh Natusa.

"Lo kerjain dulu, ntar kalo nggak tau bisa tanya." Setelah mengatakan itu, Laser merebahkan badannya ke atas kasur membuat Natusa menatapnya iri.

Enak banget jadi Laser. Nggak usah berjuang dapetin perhatian dari orang yang dia sayang, karena dia nggak suka sama siapa-siapa. Dia bebas. Hari libur santai. Sedangkan Natusa? Libur juga belajar. Resiko suka sama cowok pinter gini.

Natusa mulai membaca soal-soal itu.
1. Berapa rapatan muatan ...
Natus meloncatinya. Lupa rumus.

2. Hitunglah berapa banyak muatan listrik yang melalui sebuah kawat ...
Nah, kalo yang ini Natusa inget!

Natusa terus berkutat dengan 10 soal selama 1 jam. Dia baru menyelesaikan setengahnya. Ia melirik Laser yang menutup mata dan tidak gerak sama sekali.

Bisa ya cowok itu tidur pas ada dia di sini? Natusa adalah tamu. Mana ada tuan rumah tidur dan ninggalin tamunya?

Tok. Tok. Tok.

Pintu yang sedari tadi terbuka lebar, menampakkan Lalisa yang tersenyum menatap Natusa.

"Hai, Tante."

Lalisa mengalihkan pandangan menatap Laser yang nyawanya sudah sampai ke Paris.

"Ya ampun anak ini!" Gerutu Lalisa. Ia mengalihkan pandangan ke arah Natusa dan berkata, "Maaf ya, Natusa. Laser nggak sopan gitu. Biar Tante bangunin."

"Nggak usah, Tante. Nggak pa-pa." Natusa menjawab dengan ekspresi meyakinkan. "Nanti aja Natusa bangunin. Kasian."

"Serius? Yaudah. Tante mau belanja dulu ya. Itu di depan udah ada ojek online. Kamu jangan pulang dulu pokoknya. Tante mau masak enak."

Natusa sedikit meringis saat mengatakan, "Err. Nggak usah repot-repot, Te. Natusa udah mau pulang, kok. Udah mau selesai belajarnya."

Lalisa menatap Natusa agak kecewa sebelum menganggukkan kepala. "Ya udah. Nanti kalo kamu mau pulang, tolong bangunin Laser, ya."

"Iya, Tante."

Tidak ada siapa-siapa di rumah ini.

Detik jam terdengar keras, memecah keheningan. Natusa berdiri sambil menatap Laser dengan mencebikkan bibirnya.

"Woi. Bangun." Badan Laser digoyang-goyangkan pelan, membuatnya mengerang, tetapi tetap tidak bangun.

Karena tidak sabar lagi, Natusa mencengkeram bahu kiri dan menepuk dada Laser keras. "SER. BANGUN!"

"Eh. Bentar, deh." Natusa merasa janggal dengan suhu tubuh Laser, langsung memegang jidatnya.

Panas!

Natusa melihat strip obat yang digeletakkan Laser di atas meja.
Jadi itu strip obat baru? Natusa tadi tidak sempat melihat tanggalnya.

"Berisik banget sih." Laser menggerutu kesal dengan mata yang masih tertutup. "Lo pikir nggak sakit." Lanjutnya sambil memegang dadanya yang terasa sakit karena pukulan Natusa.

"Gedein AC-nya." Suruh Laser yang mulai merasa gerah.

"Nggak! Lo sakit. Nggak boleh dingin-dingin. Lo gerah, kan? Artinya lo mau sembuh!"

Laser diam. Tidak membantah.

Melihat Laser memejamkan mata dengan alis sedikit mengernyit agak membuat Natusa resah. Mau tinggalin pulang nggak tega. Akhirnya, Natusa beranjak meninggalkan kamar Laser dan berjalan menuruni tangga.

Tujuannya bukan pintu keluar. Melainkan dapur.

Setelah berada di dapur, dengan mudah Natusa berhasil menemukan baskom air dan sapu tangan bersih karena dapurnya tertata rapi. Diisinya baskom itu dengan air kulkas.

Natusa berjalan tergesa-gesa menuju kamar Laser. Sesekali air dalam baskomnya tumpah karena terlalu cepat menaiki tangga.

Ketika Natusa memasuki kamar Laser lagi, suhu di kamar Laser terasa sangat dingin.

"Dibilangin jangan main AC!" Natusa langsung mengambil remot dan mematikan AC, membuat Laser mendengus keras. Tapi dia cuma bisa pasrah. Tidak bertenaga melawan Natusa. Rasa kantuk juga mulai melandanya.

Natusa memerhatikan wajah Laser dengan serius. Tidur beneran? Natusa mengendikkan bahu acuh sebelum memasukkan sapu tangan dalam baskom, memerasnya, kemudian mengompres dahi Laser. Gerutuan meluncur spontan dari bibirnya. "Di sini gue belajar Fisika atau belajar ngurusin suami gue kelak, sih?"

^^^

Senin.
Hari yang paling dibenci semua murid, tetapi sangat dinantikan oleh Natusa dan Lusi. Karena setiap upacara, pemimpin upacara selalu ganteng, putih, tinggi, dan keren.

Setiap senin, petugas upacara selalu ganti. Berurutan mulai dari kelas XII IPA 1 sampai X Bahasa 2.

Semacam adat atau kebiasaan, setiap kelas yang menjadi petugas upacara selalu memamerkan 'aset' kelas mereka dengan menjadikannya sebagai pemimpin upacara. Dan suatu kehormatan juga bagi mereka yang terpilih menjadi pemimpin upacara. Karena itu artinya dialah yang tertampan di kelas.

"SIAP, GERAK!"

Mendengar aba-aba dari pemimpin upacara, Lusi langsung berbisik di telinga Natusa, "Sa, nama dia siapa? Kenapa gue nggak pernah ketemu sama dia sebelumnya sih."

Natusa mengendikkan bahu pertanda dia juga tidak tahu. Ia mengalihkan pandangan menuju ke arah sebelah kirinya dan melihat Anas menatap Lusi dengan sedikit sinar kerinduan yang terpancar. Natusa langsung berbisik, "sang mantan melototin lo tuh."

Lusi langsung mencari Anas di barisan kelas XI IPA 4 dan segera berpaling ketika sudah berhasil menemukannya.

^^^

Farhan berjalan santai setelah keluar dari kamar mandi dengan kelegaan yang luar biasa. Dari arah utara, Laser berlari cepat tanpa menoleh ke belakang. Ekspresinya yang sedikit horor, mengundang Farhan untuk segera berlari mengikuti Laser. Takut tiba-tiba sesuatu yang mengejar Laser, malah mengejarnya karena tertarik pada Farhan. Memang. Auranya membuat semua makhluk terpikat.

"LO LARI DARI APA?" Farhan menanyai Laser dengan teriakan. Farhan heran. Sebelumnya Laser tidak pernah seperti ini. Dulu ketika dikejar satpam, Laser lari kegirangan. Ketika dikejar bencong, Laser malah makin ngeledek bencongnya. Ketika dikejar anjing, Laser malah balik ngejar anjingnya.

Tumbenan aja Laser lari ketakutan gini. Tidak mendapat jawaban, Farhan bertanya lagi dengan suara lebih lantang. "LO LARI DARI APA?!"

"KENYATAAN!" Jawab Laser ngelantur. Beberapa detik kemudian dia menjawab lagi dengan jawaban yang benar. "Lari dari Natusa!"

Jawaban singkat tapi jelas, langsung membuat Farhan berhenti. Kalo yang itu nyeremin bagi Laser, tapi gemesin baginya! Ia menatap punggung Laser yang semakin menjauh dengan tatapan geli.

"STOP!"

Natusa mulai muncul. "GUE CUMA MAU MINTA MAAF!" Ia berhenti berlari dengan tangan yang mengepal.

Farhan menoleh ke arah Laser yang juga berhenti berlari, namun tidak berbalik. Farhan menatap Natusa lagi dengan firasat buruk yang mulai memenuhi hatinya.

"Sorry," Natusa memelas, "kalung lo ilang."

^^^

Natusa nggak bisa menjaga amanah:') Sebel sih. Kan kasian Acer{}

Buat yang rindu sama Bonong, tunggu next chapter ya^
Puas-puasin ketemu sama dia di next chapter{}{} Bully jidatnya juga boleh kok:v

Ada yang pengen tau siapa sosok asli dari Mas Cincau? DM aku di wattpad pribadi ya:v @dindaarsb
Kalo ig di @dindarsavina

Next juga ada adegan Natusa sama mas cincaw:V

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro