Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[10] Lagi-Lagi Mimpi, Mimpi Lagi!

Now Playing : SHAUN - Way Back Home (Ft. Conor Maynard) Cover by Reza Darmawangsa

^^^


Semua orang dilahirkan dengan cahaya dan kegelapan masing-masing. Dalam hidup ini, jangan terlalu terfokus pada kegelapanmu. Biarkan kegelapan itu menjadi bayang-bayang cahayamu.
Biarkan cahayamu bersinar terang setiap hari. Jangan membuat cahaya itu tertutupi bayangan semu.

^^^

Laser terbangun dari tidur dengan panik. Mulutnya terbuka lebar, berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin. Napasnya tersenggal-senggal sampai keringatnya bercucuran membasahi dahi.

Ia bergidik ngeri mengingat mimpi mengerikan barusan. Laser berdiri di tengah-tengah kuburan pada malam hari. Selain itu, dimimpinya sosok semacam gerandong tak berwajah berusaha mengejarnya, namun disaat yang bersamaan Natusa ada di dalam mimpinya dan tengah dikejar oleh sosok yang sama. Ketika Laser tengah berusaha menyelamatkan Natusa, anehnya Natusa malah berubah wujud menjadi gerandong itu. Apa-apaan! Laser bergidik ngeri.

Itu tadi Natusa yang berubah jadi gerandong, apa gerandong yang nyamar jadi Natusa? Apa Natusa nyamar jadi gerandong?

Apapun itu, semuanya cuma mimpi, dan mimpi hanyalah bunga tidur.Iya. Hanya bunga tidur.

Tok.. Tok.. Tok..

Pintu terbuka perlahan. Laser langsung berbaring lagi sambil menutup kedua matanya.

“Laser. Ayo bangun. Ada temen kamu tuh di bawah.” Mama Laser, Lalisa, menggoyangkan badan Laser keras-keras membuat Laser mengerang.

“Ma. Kan sekarang Sabtu. Sekolah juga libur. Usir aja. Acer nggak ngerasa punya janji sama semua orang. Acer mau tidur. Capek tau Kamis sama Jumat kemaren abis gowes becak.”

Lalisa berdecak, “itu salah kamu sendiri! Makanya, jangan jail! Ayo bangun!”

Laser bergeming. Ia malah memeluk guling rapat-rapat.

Lalisa mendekati telinga Laser dan membisikkan, “kayaknya ... dia cewek becak, deh.” Lalisa tertawa sambil berjalan, keluar dari kamar Laser.

Mendengar kalimat mengerikan yang diucapkan Lalisa, seketika Laser terduduk sambil menatap pintu horor. “ARRGH NGAPAIN DIA DI SINI!”

^^^

“Ayo cepetan!” Natusa menarik baju Laser tanpa rasa sungkan. Yang diperlakukan seenak jidat hanya diam saja. Pasrah, tanpa melakukan demonstasi besar-besaran. Percuma kalo ricuh sama cewek ini. Nanti kalo Natusa udah marah, dia bakalan main tendang. Mungkin inilah wujud cewek rasa cowok. Menurut Laser, dia cocoknya dikasih nama Nathan. Bukan Natusa!

Laser melihat lapangan basket sekolah sudah penuh dengan cowok berpakaian basket. Tidak ada satupun cewek yang ada di sana. Hanya Natusa saja. Laser geleng-geleng melihat Natusa yang terlalu berani. Serius dipikirannya nggak terbesit kalo dia bisa aja diapa-apain di sini?

Ia melirik Natusa yang saat ini menatap Arjun dengan mata berbinar. Laser mendengus. Gara-gara Arjun dia nggak jadi tidur nyenyak di hari libur.

Tadi, dengan muka bantal dan sangat terpaksa, ia menghampiri Natusa dan bertanya apa yang Natusa lakukan di rumahnya. Dengan tampang nggak pedulinya Natusa langsung bilang, “Perintah Ratu. Lo harus memulihkan nama baik gue di depan Arjun. Sekarang, lo ganti baju dan ikut gue ke sekolah. Ada Arjun latian basket.”

Tau apa yang terjadi berikutnya? Laser menolak mentah-mentah dan yang Laser lihat, kaki Natusa mengayun dengan keras menuju ke titik terlemahnya. Yang Laser ingat, Natusa berkata dengan lantang, “TENDANGAN MASA DEPAN SURAM!”

Untung saja Laser langsung menghindar. Gerakannya sudah terlatih sejak latihan futsal dari kecil.

“Lah. Arjun udah selesai.”

Laser melihat raut wajah Natusa yang kecewa sebelum sedetik kemudian, raut wajah itu berubah lagi menjadi ceria. Tck! Laser baru tahu kalo ekspresi Natusa itu susah ditebak. Laser mendengar Natusa berkata dengan riang, “Nggak pa-pa, deh. Itu artinya, kita bisa samperin dia sekarang!”

“Ayo!” Natusa berlari kecil di belakang Laser. Ia mendorong punggung Laser yang hari ini agak mager, supaya tidak tertinggal.

Laser mendengus keras, “Nat. Gue nggak bertenaga banget. Kayaknya energi gue udah diserap sama gerandong itu.”

Natusa berhenti. Ia terdiam sambil menatap punggung Laser yang ternyata menjulang tinggi sekali.

“Ge ... randong?” Natusa bertanya dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca.

“Iya.” Laser mengangguk sebelum bertanya, “takut?” Ia tersenyum miring.

Natusa mengalihkan pandangan ke arah lain sebelum berjalan mendahului Laser. Ia mengabaikan pertanyaan itu. Pertanyaan, yang bunyinya sama dengan jawabannya.

“WOI KAMPRET! KACANG MAHAL.”

Laser mengikuti Natusa sambil menatap Arjun dari kejauhan dengan datar. Kalo dilihat-lihat, Arjun semakin hari semakin songong karena Natusa memperjuangkannya. Bukan maksud mau menjatuhkan Arjun, tapi Arjun semakin berbuat seenaknya pada Natusa. Seperti membuat Natusa lebih berharap padanya, mungkin?

“Kenapa berhenti di sini? Tuh, Arjunnya di sono. Yok.” Ajak Laser, menarik tangan Natusa pelan.

“Nggak. Gue nggak ikut.” Natusa mundur, menghindari tarikan tangan Laser. “Lo sendiri yang ke sana.”

“HAH? Gue?” Laser menunjuk dirinya sendiri dengan tak percaya. Mulutnya menganga lebar, merasa Natusa tidak masuk akal. Ia melihat Natusa yang berkacak pinggang sambil menaikkan dagunya. “Nggak mau? Anggep aja ini sebagai permintaan maaf lo karena lo bohongin gue waktu itu! Gue tau kalo lo bohong, ya!” Natusa mengungkit hari dimana ia menyuruh Laser yang sedang makan, untuk mendekati Arjun. Dikira dia nggak tau kalo Laser bohong? Natusa tau Laser menanyakan hal-hal lain pada Arjun, bukan membahas tentang Natusa!

Laser meringis. Gagal boong, deh.

“Udah sana deketin Arjun! Lo harus berjuang!” Natusa sepertinya berusaha membuat Laser kesal.

Laser menempeleng kepala Natusa. Bisa-bisanya cewek itu ngomong seambigu itu. Kalo ada yang denger pasti salah paham! Astaga. Laser cowok tulen. Dan dia masih suka cewek. Kalo disuruh milih Arjun atau Natusa, ya dia lebih pilih Arjunlah. Orang Arjun dan Natusa sama-sama cowok.

Karena kesel didorong-dorong sama Natusa, akhirnya Laser menurut. Ia menghampiri Arjun dengan ekspresi kesal yang tidak bisa ditahan lagi.

“Mau tanding sama gue?” Tantang Laser sambil tersenyum miring.

“Tanding sama lo? Bukannya lo jagonya di lapangan hijau?” Arjun berdiri sambil melirik ke tempat dimana Natusa berada. Sayang sekali Natusa tidak melihat lirikan itu. Matanya sibuk melotot mendengar Laser, alih-alih memulihkan nama baik Natusa, ia malah menantang Arjun untuk adu kebolehan dalam bidang basket.

Natusa menjambak rambutnya kesal. Kalo sampe kepala Arjun bocor gara-gara dismash Laser, Natusa pasti akan membuat Laser menderita dengan mengubah isi 4 Perintah Ratu, menjadi lebih menyengsarakan lagi.

Tiba-tiba,  Natusa teringat ucapan Laser tadi. “Kayaknya energi gue udah diserap sama gerandong itu.”

Gerandong, ya?
Ah, mungkin gerandong itu yang buat Laser jadi kayak gini!

“Suatu kehormatan bisa duel lawan kapten Tim Futsal dalam permainan basket.” Arjun menyeringai.

Laser berdecih pelan sebelum berkata, “Kalo lo kalah, lo bilang ke Natusa kalo lo nggak cinta sama dia.”

Arjun tertawa keras dan menjawab dengan ekspresi menyeramkan, “kalo lo yang kalah? Lo mau kan tinggalin dia?”

“Tinggalin dia?” Pertanyaan itu untuk dirinya sendiri. Tinggalin dia? Ya udah. Gitu doang mah gampang. Dia juga bisa bebas pada akhirnya. Tapi ... KALUNGNYA GIMANA?

“Oh. Satu lagi. Lo harus kasih kalung itu buat gue.” Arjun menatap Laser meremehkan membuat Laser marah. Mata Laser memerah dan urat di tangannya sudah lama keluar karena mengepal kuat-kuat. Sebenarnya Laser marah bukan karena diremehkan. Tetapi karena Arjun terlalu lancang ingin memiliki apa yang bukan wewenangnya.

“Kenapa diem? Takut? Kalung apa sih itu sebenernya? Kalung dengan masa lalu kelam, kan?” Sudut bibir Arjun sedikit terangkat, menyeringai.

^^^

Hai, ketemu lagi sama aku^^
Ada yang kangen sama Natusa/Laser/Arjun/Bonong/Lusi/Anas?
Ada yang kangen sama aku ngga sih?:v
Wkwkw:v

Jangan lupa tinggalkan vote dan comment ya. Siapa tahu begitu aku liat vote sama comment yang membuldak, aku tambah semangat dan next, bakalan update panjang dan nggak gantung:v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro