Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 06 || Universitas Akhlak

Pada kehidupan yang paling dasar, Allah adalah satu-satunya Dzat yang paling tahu hingga akar.

Desau angin malam yang berasal dari jendela terbuka di aula, membelai jilbab cokelat muda milik Ayas. Kerlap-kerlip hamparan kartika di cakrawala terlihat mengagumkan seolah tersenyum dalam alunan tawa.

Lamat-lamat syahdu suara Kyai Usman-ayah Gus Adam terdengar dari pengeras suara mendikte makna dari isi kitab Tanbihul Mughtarin. Ribuan santri menggerakkan penanya memberi pegon pada halaman sembilan puluh sesuai dengan apa yang Kyai tuturkan.

"Seseorang datang dan bertanya kepada Ibrahim bin Adham, 'Wahai Ibrahim saya merasa berat sekali saat salat malam. Bagaimana mengobatinya?

"Lalu, Ibrahim bin Adham menjawab. 'Berdiri, ruku' dan sujud di malam hari di hadapan-Nya adalah sebuah kehormatan dan orang yang banyak dosa di siang hari tak layak memperoleh kehormatan tersebut." Kyai Usman menuturkan paragraf baru dalam kitab yang ditulis oleh Syaikh Abdul Wahab Asy-Sya'rani itu.

Menit bergulir, saat jarum pendek menunjuk tepat pada pukul 20.30, dengan diakhiri hamdalah, Kyai Usman mulai menutup kitabnya. Sayup-sayup beliau mengungkapan pesan pada para santri di penghujung pengajian.

"Anak-anakku, saat kalian keluar nanti jadilah manusia beragama yang membuat damai sekitar kalian. Jadilah santri yang berguna untuk sesama. Tolonglah orang lain yang membutuhkan tanpa perlu bertanya agama mereka, karena sejatinya Islam adalah agama cinta.

"Jadilah contoh yang baik, beragamalah dengan bahagia. Jangan pernah membenci dan memaki. Junjung tinggi kemanusiaan. Hiduplah sebagaimana seharusnya kalian hidup. Berakhlaklah sebagaimana Rasulullah berakhlak, berkatalah dengan lembut sebagaimana nabi Muhammad bertutur kata.

"Waallahu a'lam bisshawab." Kyai Usman mengakhiri pengajiannya. Nasihat indahnya tak pernah lekang dari bibir alimnya.

Para santri mengumandangkan kalamun qadim. Perlahan, Kyai Usman mulai meninggalkan aula. Setelah Kyai benar-benar sudah pergi, para santri putri mulai membubarkan diri. Santri-santri di sini memang sangat banyak jumlahnya, maka wajar bila ngaji yang digabung dengan putra hanya diadakan ketika malam sabtu dan biasanya hanya sedikit mahasiswa yang ikut.

Masih di aula, Ayas yang duduk di sebelah Silky membuka surat Al-Qariah yang akan disetorkan besok nanti. Mereka ingin menetap di sini barang sebentar.

"Ayas, Silky," sapa Salsa yang baru saja duduk di depan mereka. Perempuan bersarung biru muda itu menatap sahabat-sahabatnya. Silky tampak sibuk dengan murajaah-nya meski sesekali memperhatikan Salsa di sana.

"Al-Fatihah untuk hatiku yang retak, dong." Salsa memeluk kitabnya erat. Kedua matanya terpejam sesaat, tampak memohon.

Dahi Ayas mengernyit. "Kenapa sih, Sa, tiba-tiba." Antara Salsa dan Silky, Salsa jauh lebih terbuka. Bahkan ia tak malu menceritakan semuanya pada mereka berdua.

"Kok bisa ya dari kemarin temannya gus Nabil belum follback aku. Emang sih, dia kelihatannya kaku kayak kanebo kering, tapi aku ikhlas kok jadi istrinya. Bahkan aku nggak papa kalau nggak jodoh sama Zayn Malik, asal jodoh sama dia aja. Aku juga nggak sabar kapan Mas Hadi liburan ya, kan, biasanya nanti beliau ke sini sillaturrahim sama kyai Usman," ucap Salsa, lancar.

Di tengah murajaah, Silky tampak menggeleng-gelengkan kepalanya. Dari kemarin gadis itu memang terlihat sangat berambisi untuk mendapatkan follback dari sesama hamba Allah.

"Emang ya, Sa, dari kemarin nggak latihan mundur aja. Pelan-pelan asal pasti," komentar Ayas.

"Nggak mungkin lah, Yas. Kami itu santri berpegang teguh pada semboyan Kun Fayakun yang berasaskan pada tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk membolak-balikkan hati hamba-Nya. Ya, kan, Sil?" Salsa mengedipkan sebelah matanya.

"Kalau ngaji males-malesan, tapi kalau rindu nggak bisa ditahan," sindir Silky.

"Aneh juga ya. Padahal aku baru lihat sekali lho, tapi kangennya udah sampai pada titik di mana aku nggak fokus selain sama mas Hadi," ungkap Salsa.

Silky mengerutkan dahinya. Seperti sedikit terkejut, lalu kembali fokus pada murajaah-nya.

"Eh, Yas, tahu nggak foto kita berdua yang aku upload di instagram?" Tiba-tiba Salsa mengubah topik pembicaraan. Dia mengeluarkan ponsel melihatkan potret mereka berdua.

"Iya itu, kenapa Sa?"

"Salsa, sekali lagi kalau ngaji bawa hp siap-siap bersihin semua kamar mandi asrama," ancam Silky.

"Iya maaf, aku khilaf," kata Salsa. Gadis itu kembali memandang Ayas.

"Abangku 'kan atasan di Aishe Group, katanya dia tertarik buat ngikutin kamu sebagai model muslimah Fashion Week akhir bulan nanti. Ya itu juga kalau kamu mau. Soalnya fee-nya lumayan, lho. Sembari nunggu pengumuman beasiswa keluar," bujuk Salsa.

Ayas berpikir sejenak. "Emang pesantren boleh, Sa? Kayaknya Gus Adam nggak bakal boleh kalau model-model begitu, ya nggak sih, Sil?" tanya Ayas. Betapa dia tahu bahwa pesantren memiliki peraturan yang sangat ketat.

Silky mengangguk mantap. "Nggak bakal boleh. Ikut Organisasi aja hanya terbatas. Atau misal kamu izin sama Ustazah Kiki juga paling beliau bilang, mending kalian ngekost aja kalau nggak mau terkekang peraturan," ungkap Silky.

"Tapi kan bayarannya lumayan, lho, Sil. Coba misal kamu berada di posisi Ayas. Masa sih harus bergantung terus sama uang Gus Nabil," sergah Salsa.

Silky terdiam. "Masalahnya kita punya peraturan sendiri. Mungkin kalau pemotretannya bisa terjadwal nggak ganggu waktu ngaji bisa. Bareng sama jam kuliah. Tapi aku nggak yakin lho Gus Adam ridho."

"Ayas dipanggil Ustazah Kiki di kantor," seru seorang santri bersarung putih serta berkaus biru lengan panjang yang baru saja berdiri di ambang pintu aula.

Ayas, Silky dan Salsa menoleh bersamaan. "Ustazah Kiki? Asli?" Salsa tersentak.

"Iya. Sekarang, ya." Setelah menjawab, gadis itu pergi.

"Baru aja dibicarain," desis Silky.

Ayas tak mengerti. Perempuan itu memasang wajah penuh tanya melihat perubahan wajah Salsa dan Silky yang tiba-tiba. "Ibu Kiki?" Dahi Ayas mengernyit.

Salsa menoleh. Perempuan itu tersenyum kikuk. "Bagian pengasuhan pesantren. Tapi yang dipanggil Ustazah Kiki itu biasanya hanya santri-santri yang bermasalah, Yas. Tapi nggak ... nggak." Salsa menggeleng-gelengkan kepalanya sembari memegang bahu Ayas.

"Mungkin ada yang mau ditanyakan sama kamu. Kamu, kan, masih baru nih di sini." Salsa mencoba menghibur.

"Coba deh, Yas, cepet ke sana. Biasanya urgent," pinta Silky.

Ayas tak mengerti. Bermasalah kenapa? Bukannya kemarin masalah tentang kasus pencurian itu sudah selesai. Ralat, tetapi Ayas tak terbukti melakukan. Atau mungkin ada kasus lain? Ayas sungguh tak paham.

"Ya udah deh, sekarang aku ke kantor dulu, ya." Ayas menutup juz Amma, lalu berdiri sembari membawa kitab Tanbihul Mughtarin yang dipeluknya.

Gadis itu berjalan keluar aula, memakai sandal, lalu melangkah menuju kantor asrama yang berada tak jauh dari komplek utama An-Nadwah putra.

Di asrama mahasiswi memang tak ada satupun guru yang tinggal di sana. Semua bentuk pelanggaran serta kesalahan para mahasiswi akan dicatat langsung oleh bagian keamanan mahasiswi dan disetorkan pada penanggungjawab di sana.

Dan menurut rumor yang pernah Ayas dengar, Bu Kiki pernah dinobatkan menjadi guru wanita terdisiplin di Nadwatul Ummah. Beliau jarang memberi toleransi pada kesalahan yang sudah fatal. Dalam cemas, gadis itu berdoa agar Allah menetralisir rasa rancu yang hadir tiba-tiba.

Setelah berjalan beberapa menit ke kantor, gadis itu akhirnya sampai di depan bangunan hijau. Dilepasnya sandal jepit, lalu berpijak ke atas lantai untuk mengetuk pintu yang sedikit terbuka.

"Assalamualaikum," ucap Ayas.

"Waalaikumussalam, silakan masuk," sahut seseorang dari dalam.

Ayas menarik napas, lalu mengembuskan pelan berusaha memberi ketenangan untuk diri sendiri. Kakinya mulai terseret masuk, dilihatnya seorang perempuan bergamis cream dan berkerudung cokelat dengan tatap tajam luar biasa.

Di depannya, ada Fahmi yang menunduk dan Ustaz 25 tahun bagian pengasuhan putra. Di sebelahnya ada Kafa dan wakil ketua umum pesantren Nadwatul Ummah. Ada apa ini? Seketika, ketenangannya luruh diterpa ombak keraguan. Dia tak paham.

"Ayas, silakan duduk di sini." Bu Kiki menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Gadis itu tersenyum kecil, kemudian duduk di sana dengan perasaan ragu-ragu. Sekilas, ditatapnya wajah Fahmi yang tak bersahabat. Air muka Fahmi yang muram tak seperti biasa. Pertanyaan-pertanyaan tak bisa direda, menciptakan tanda tanya dalam logika.

"Sebelumnya, maaf bila menganggu waktu belajar kalian, dengan ini maka saya akan bertanya secara langsung pada Fahmi dan Ayas tentang kalian saat di kampus," ucap pria yang sering disapa Cak Yusuf itu. Katanya, beliau merupakan putra dari kepala sekolah Madrasah Aliyah Nadwatul Ummah.

"Untukmu Fahmi, apakah kamu paham apa arti khalwat? Meski baru setahun di sini, saya rasa kamu paham pengertiannya," tanya Dosen muda itu.

Ayas terkejut. Bukankah khalwat adalah berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram, lalu apakah mereka dipanggil karena Ayas dan Fahmi sering berbicara berdua saat di kampus? Tidak, bahkan Ayas baru bertemu Fahmi sekali dan itupun di dalam kelas, di tengah keramaian.

"Cak–"

Pria itu menoleh. "Tunggu Ayas. Nanti kamu pun akan diberi pertanyaan."

Ayas menggeleng pelan. Lagi dan lagi. Ia harus mendapatkan hadiah mengerikan semacam ini.

"Cak, Ayas adalah teman masa kecil saya. Dan waktu pagi saya memang ke kelasnya untuk sekadar bertanya," aku Fahmi.

"Sampai melakukan ini?" Cak Yusuf mengeluarkan sebuah kertas berukuran 3R ke atas meja. Ayas dan Fahmi terkejut, kedua matanya terbelalak sempurna. Itu memang mereka, tetapi kapan dan di mana?

Bangunan-bangunan di atas seakan runtuh menenggelamkan Ayas dalam ketidaktahuan yang sunyi. Apa lagi ini? Ujian mana lagi yang dengan mudahnya singgah tanpa Ayas inginkan. Satu demi satu pertahanan miliknya roboh. O Allah, lagi dan lagi. Ujian itu menyapa tiada henti.



Update!

Teman-teman, bila ada kesalahan sila sampaikan dengan baik ya.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya 😊😊 BTW, Salsa yang pakai kotak-kotak ya :)

Karya SWP Gen 3 yang lain, jangan lupa untuk dibaca juga ya ^^

Salam sayang hallo_milkyway

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro