ꗃ 𖤘 ::┊Chapter 17 : ❛Her Feel.❜
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈
Ia menahan emosi yang hampir meledak. Itu terjadi karena sesuatu yang sangat sepele, tapi ... begitu penting untuknya.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·
“Hmmm ....”
Gojo mengapit dagu. Ia berdiri tepat di depan rumah sang gadis yang tampak sepi. Lantas ia celingak-celinguk dengan harapan menemukan [Name] di sekitar sini ataupun merasakan aura si gadis. Tangannya terangkat mengusap tengkuk. Tampang malas ia pasang saat tidak mendapat apapun.
“Dia benar-benar tidak ada di sini.”
Gojo menepuk tangannya sekali lagi. Dalam sekejap mata muncul di tempat lain. Sekolah tempat sang gadis mengajar. Si pria melangkah masuk ke dalam sekolah setelah membuka pagar. Senyuman lebar ia pasang saat menjadi pusat perhatian, bahkan ia beberapa kali membalas lambaian para gadis yang menyapa.
“Aku dengar ada keributan di sana!”
“Dua orang berkelahi dari klub musik!”
Hm?
Gojo mendapati anak-anak remaja berlari melewatinya. Ia melihat beberapa dari mereka menunjuk-nunjuk ke arah bangunan tingkat dua sambil berteriak. Itu mengundang kerutan pada kening sang surai putih. Ia hendak mengabaikan kala tak menemukan aura kutukan atau apapun yang sangat berbahaya dari sana. Namun, langkahnya terhenti saat ia merasakan aura [Name] yang perlahan mendekati siswa yang sudah berkerumun.
“Apa yang terjadi?” [Name] menyentuh pundak beberapa anak agar membiarkannya lewat dan melihat apa yang terjadi. Matanya mendapati dua orang murid yang ia kenali dari klub musik sedang berdebat dan saling meneriaki. [Name] mengernyitkan kening, lantas berjalan mendekati.
Pundak sang gadis tetiba disentuh membuatnya berhenti melangkah. Ia menoleh. Menemukan Kuro dan Yaku ada di belakangnya.
“Kurasa Sensei perlu bantuan?” tanya Kuro seraya tersenyum.
[Name] membalas dengan anggukan juga senyuman. Lalu meminta tolong untuk melerai kedua anak murid itu dan menjauhkan mereka berdua.
Gojo bungkam dan masih berdiri di tempatnya seraya memerhatikan dari jauh. Kemudian melangkah mendekat, tapi tetap menjaga jarak dari mereka. Mungkin tidak ingin terlalu ikut campur. Gojo menyandarkan diri pada tiang di belakang, mengamati wajah [Name] dari jarak yang sedikit jauh agar si gadis tidak menyadari kehadirannya.
“[Name]-sensei!!”
Kedua anak murid yang masih saling meneriaki meski telah dilerai menoleh ke arah si gadis yang kini melayangkan tatapan bertanya. “Kalian kenapa?” Raut wajahnya tampak khawatir.
“Dia menghancurkan biola yang sensei bawa!!"
“Eh?”
“Aku sudah bilang tidak sengaja menyenggolnya!”
[Name] mengulum bibir. Lantas mata melihat sekitaran dengan acak, mencari-cari di mana biola miliknya berada. Pandangan langsung berhenti tepat di atas lantai dekat kaki anak muridnya, ia mengejab beberapa kali. Senar yang sudah putus dan badan yang sudah tak berbentuk lagi. Biolanya hancur. Si gadis mengepalkan tangan. Emosi langsung menguasai. Sangat ingin melayangkan protes.
“Lihat! Kau harus minta maaf!”
“Kenapa kau menyuruhku! Ini bukan urusanmu, tau?!”
“Kau pasti bakal kabur kalau tidak disuruh ‘kan?!”
“Apa?!”
Akan tetapi, saat melihat kedua murid yang amarahnya belum reda membuat [Name] menahan nafas. Kepalan tangannya mulai mengendur. Jika ia juga emosi, tidak akan ada yang beres. [Name] mengulum bibir, juga menelan ludah. Perlahan menunjukkan senyuman yang tak mengenakkan.
“Sudah. Jangan berdebat lagi. Sensei tak masalah, kok,” ucapnya.
‘Huh?’ Gojo yang memerhatikan menaikkan satu alisnya ke atas.
“Lihat! Dia juga tak masalah 'kan?!”
“He?! Tapi—”
“Kuro-kun, tolong bawa mereka ke Mori-sensei. Dia ada di ruang guru.” [Name] menoleh ke arah Kuro dan Yaku secara bergantian.
“Ah ... okeh.”
[Name] melambaikan tangan mengiringi langkah mereka yang diseret Kuro dan Yaku. “Kalian juga bubar, ya? Dan ... maaf tolong bisa bersihkan biola itu? Ini ... ah, kelas tiga A. Yang berkelahi tadi teman kelas kalian ‘kan?”
‘Heeee ....’ Gojo meluruskan tubuh. Netra masih memerhatikan [Name] yang sibuk dengan anak muridnya. Memberikan mereka arahan dengan ramah. Si surai putih lantas mengernyitkan kening. Ia mengusap tengkuknya dengan pelan.
“Kalau begitu Sensei pergi dulu, ya? Maaf merepotkan kalian.” [Name] melambai.
“Ha'iii!”
Si gadis lantas melangkah menjauh. Ia sedikit berlari kecil. Entah kemana. Gojo mengikut dari belakang. Mudah baginya untuk tidak ketahuan dalam membuntuti orang seperti ini. Di hadapannya yang cukup jauh, si gadis masih berlari. Kini agak cepat.
Dia ini mau ke mana, sih?
[Name] berhenti tepat di tangga belakang sekolah. Nafasnya tak beraturan. Ia menyentuh dada dan mencoba menstabilkan napas yang masih sedikit memburu. Dia duduk di anak tangga. Meluruskan kakinya ke depan. Setelah kembali normal. Ia mengembuskan napas panjang. [Name] memeluk kedua kakinya, wajahnya di atas lutut seraya memandang sendu rumput hijau yang bergoyang karena terpaan angin halus.
Gojo berhenti melangkah. Cukup berjarak dari tempat si gadis duduk sendiri. Ia mengamati dalam diam, menatap punggung yang mungil. Bahkan rambut panjang yang diurai bebas pun bisa menutupi bagian itu. Tak lama kemudian, tubuh mungil itu bergetar, disusul kedua tangan yang bergerak menyentuh belakang kepala. Mungkin ... sedang menangis.
“Yaa!! [Name]~”
Si gadis tersentak. Lantas mengangkat kepala dari lipatan lutut. Ia mengejab beberapa kali. Agaknya bingung dengan kedatangan Gojo yang tiba-tiba. [Name] tersenyum kecil, lalu melambaikan tangan membalas sapaan ceria Gojo.
“Gojo-san ada perlu apa ke sini?” tanya [Name].
“Aku datang mencarimu, sih. Selain dari itu, tidak ada lagi yang mau kulakukan di sini 'kan?” Gojo duduk di samping [Name]. Tentunya dengan batas yang agak sedikit jauh.
“Kamu perlu sesuatu?”
“Kau ini tipe yang menahan perasaanmu sendiri?”
“Eh ....”
[Name] mengejabkan mata. Menatap Gojo dengan tatapan bingung. Si surai putih melirik agak sedikit tajam dari balik kain hitam. Kemudian, menutup kedua matanya. Bayangan si gadis kala menahan emosi memenuhi angannya. Mencegah amarah agar tidak memuncak itu sangat sulit dilakukan. Dan gadis ini berhasil saat dia lebih mementingkan kedua muridnya dibanding dirinya sendiri.
“Biola itu mungkin sangat penting bagimu, yaa~” Nada suaranya terdengar cukup malas.
“Gojo-san ... kamu melihatnya?”
“Semuanyaaa!!”
“... Begitu, ya.”
“Kau beda dari kemarin, loh, [Name]~ Semangatmu tiba-tiba hilang. Dasar tidak jelas.”
Gojo menoleh. Ia tak mendapatkan balasan apapun. Namun, mendapati sang gadis menunduk dalam. Wajah pria itu perlahan mendatar.
“Ne ... mau dengar ceritaku?” Suara sang gadis terdengar kecil.
Gojo mengapit dagunya. Lantas berkata, “Heee ... aku lebih suka kalau kau cerita tentangku, sih, tapi tidak apa-apa!! Cerita saja!!”
Sekarang, giliran [Name] yang bercerita.
.
.
.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·
Satoru tampan banget di trailer JJK vol. 0 ... aaaa PENGENN DIAA😭
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro