Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

- valentine -

Taki memegangi ponsel dan menatap dapur berantakan di depannya dengan jantung berdebar lebih kencang dari biasanya. Pemuda itu sedang mencoba membuat cokelat untuk valentine nanti, tetapi entah kenapa hasilnya selalu terasa tidak sesuai dengan apa yang ada di benaknya.

Otaknya panik memikirkan bagaimana nasibnya besok yang telah berjanji akan memberikan salah satu senior di tempat kerjanya cokelat. Siapa lagi kalau bukan Senior Okudera, senior tercantik yang menjadi primadona angkatannya.

Besok valentine, tetapi Taki sepertinya terlalu meremehkan proses pembuatan cokelat. Pemuda itu awalnya sangat percaya diri dapat membentuk cokelat semudah menggambar di atas kanvas. Namun, setelah melakukan praktek sebenarnya, Taki menarik kembali kata-katanya mengenai membuat cokelat merupakan perkara mudah.

Pemuda itu mengacak rambutnya frustrasi. Dia tidak bisa terus-terusan membuang bahan membuat cokelat begini. Semakin banyak cokelat yang terbuang, semakin bingung dia bagaimana cara menghabiskannya. Dia tidak memiliki kenalan perempuan yang dekat untuk dihubungi agar dapat membantunya membereskan semua kekacauan ini. Tidak mungkin juga meminta tolong kepada Jinta atau Tsukasa.

Jemarinya lalu menggulirkan layar ponsel, berharap mendapatkan inspirasi atau bahkan jalan keluar dari kegundahan hatinya saat ini. Indra pengelihatannya kemudian menangkap nama kontak yang baru saja dia tambahkan akhir-akhir ini. Nama seorang kakak kelas yang pernah dia minta tolong dan pernah dia bantu, Senior Miyamizu.

Tanpa sadar jarinya menekan tombol melakukan panggilan ke nomor seniornya itu. Taki spontan panik dan hampir membatalkan panggilan, sebelum mendengar suara Mitsuha bertanya dari seberang sana.

"Halo? Taki-kun? Ada apa? Tumben sekali menghubungi?"

Taki membatu. Meski sekitarnya sangat hening, saat ini kepala Taki dipenuhi umpatan kasar mengenai kecerobohannya hingga menghubungi sang kakak kelas. Namun, bukankah sayang kalau kesempatan ini juga dilewatkan?

"Ah, itu, senpai, apa ... senpai sedang sibuk saat ini?" tanya Taki penuh harap. Kalau Mitsuha menolak pemintaan tolongnya kali ini, Taki tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Hm? Ah, aku sedang memintal benang untuk keperluan kuil. Memangnya ada apa? Kau perlu sesuatu dariku?"

Taki menarik napas panjang sebelum menyampaikan maksudnya. "Aku ... ingin membuat cokelat untuk seseorang, tetapi hasilnya selalu berbeda jauh dari bayanganku. Apa ... kau tahu penyebabnya?"

Tidak terdengar suara apapun dari seberang sana selama beberapa saat. "Senpai?"

"Oh, maafkan aku, Taki-kun. Tadi aku dipanggil Nenek sebentar. Jadi, kau mau membuat cokelat untuk seseorang, tetapi hasilnya selalu berakhir tidak sesuai ekspektasimu?"

Taki mengangguk sebelum menjawab dengan dehaman. Pemuda itu sedikit tersipu lantaran melupakan kalau mereka saat ini sedang melakukan panggilan jarak jauh.

Menit berikutnya dipenuhi oleh instruksi Mitsuha yang menyuruh Taki melakukan hal-hal tertentu selama pembuatan cokelat. Taki mengikuti dengan hati-hati setiap perintah kakak kelasnya itu. Di percobaan berikutnya, barulah Taki mendapatkan hasil yang dia harapkan.

"Ah, terima kasih banyak, senpai! Sekarang cokelatku sudah lebih baik dari sebelumnya!"

Dehaman panjang berirama dapat didengarkan oleh Taki datang dari ponselnya. Diikuti dengan pertanyaan Mitsuha yang datang tak lama setelahnya, "Omong-omong Taki-kun, siapa senior yang akan kau berikan cokelat ini? Seniormu di kafe tempatmu kerja paruh waktu?"

"Ah, ya. Senpai sepertinya tahu juga mengenai orangnya. Okudera-senpai, tahun ketiga, kelas B. Aku yakin Senpai pernah mendengar namanya," balas Taki santai.

"Oh, aku tahu! Ah, rupanya begitu. Kalau begitu, semangat dengan cokelatmu besok! Ah, sepertinya aku benar-benar dipanggil kali ini. Aku duluan ya, Taki-kun! Sampai jumpa nanti!"

Telepon ditutup. Taki mengelap keringat yang masih sedikit tersisa di pelipisnya sembari menatap lelah dapur di hadapannya. "Pasti merepotkan membersihkan noda cokelat seperti ini."

Di tempat lain di saat yang sama, tampak Mitsuha tengah berguling di atas tatami ruang keluarganya, dengan mesin pemintal benang dibiarkan gadis itu tak tersentuh semenjak telepon masuk dari Taki datang.

"Apa tidak usah kuberi saja, ya ...."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro