
16 🍁 Eunha's Plan
Sudah 3 bulan berlalu, operasi yang Dahyun lalukan berhasil, dan tepat hari ini dokter Kim mengkonfirmasi bahwa penyakit yang Dahyun derita benar-benar sudah sembuh total, setelah menjalani terapi selama 3 bulan ini tentunya. Kini yang terpenting adalah ia harus menjaga kandungan nya sebaik mungkin. Dahyun keluar dari ruang pemeriksaan dengan wajah ceria.
"Bagaimana Dahyun-ah?"Dahyun menatap lelaki dihadapannya dengan senyum merekah dan mata yang berkaca-kaca karena terharu. Sedetik kemudian ia memeluk erat lelaki itu.
"Gomawo oppa sudah menemaniku selama ini hingga akhirnya aku dinyatakan sembuh total." Taehyung menatap Dahyun tak percaya.
"Sungguh? Waah syukurlah aku sangat senang sekali, terimakasih tuhan." Taehyung mengucap syukur berkali-kali sambil balas memeluk Dahyun erat.
"Eomma Ahrin juga ingin dipeluk," gerutunya saat melihat Dahyun asyik berpelukan dengan Taehyung.
"Ahaha baiklaah sini anak eomma sayang." Dahyun mengangkat Ahrin ke dalam gendongannya.
"Kau semakin berat ya,"goda Dahyun Sambil terkekeh. Rasanya ia tak ingin Ahrin cepat-cepat besar.
"Tentu saja eomma! Ahrin kan sudah 7 tahun sekarang!" balas Ahrin bangga, Taehyung ikut memeluk Dahyun, siapapun yang melihatnya pasti akan mengira kalau mereka adalah keluarga bahagia. Dahyun menangis, harusnya Jungkook yang kini ada disini, bukan Taehyung. Semenjak hari itu Jungkook belum pernah mengunjungi Dahyun di rumah sakit atau di rumah nya pun, ya Dahyun harus paham resikonya, toh dia juga yang sengaja mengusir suaminya itu, tapi entah kenapa sesak saja rasanya membayangkan lelaki yang dicintai kini bersama wanita lain.
"Hey kenapa malah menangis?" Taehyung mengusap pipi Dahyun yang basah karena air matanya yang mengalir.
Dahyun tersenyum ke arah Taehyung, "Andai saja kau suamiku." Taehyung terbatuk kaget mendengar ucapan Dahyun barusan. Sungguh jika ia diminta untuk menjadi suami nya sekarang juga, ia siap.
Dahyun terkekeh, "Ahaha sepertinya kau kaget ya, mian Tae, maksudku andai saja kau ini suamiku Jungkook, jadi yang ada disini Jungkook oppa bukan dirimu pasti aku lebih senang lagi bisa ditemani oleh orang yang sangat aku cintai." perkataan Dahyun barusan benar-benar melukai hati Taehyung, seolah-olah keberadaannya disini tidak di anggap spesial oleh wanita di hadapannya.
Tapi sedetik kemudian rasa marah itu sirna karena Dahyun segera mengecup pipi Taehyung sekilas. Ya sekilas namun sangat mengejutkan bagi Taehyung, ia saja sampai memegang pipinya sambil tersenyum salah tingkah.
"Tapi entah kenapa hari ini aku juga sangat bahagia berkat adanya kehadiranmu disini, aku merasa aman, gomawo Tae." Dahyun tersenyum lebar. Taehyung masih memegangi pipi nya yang mulai memerah itu.
"Hanya untukmu Dubu..." Dahyun tertawa dan memukul pundak Taehyung kesal.
"Ish sudah lama sekali kau tidak memanggilku dengan istilah itu! Aku jadi aneh mendengarnya kan!" protes nya, Taehyung terkekeh dan mengacak rambut Dahyun gemas.
"Haha kau memang aneh tapi aku suka,"ujar Taehyung sambil tersenyum lebar.
"Aku tidak dengar." Dahyun menutup telinganya.
Setelah dinyatakan sembuh total kemarin, hari ini Dahyun sudah mulai bekerja kembali, walaupun Taehyung sempat melarangnya, tapi Dahyun seperti biasa selalu memaksakan kehendak nya, ia mengaku sudah rindu sekali bekerja.
"Permisi ada kiriman—"
"Huwaa white! Aku rindu sekali ~" Dahyun berlari menuju pintu tempat Jimin berdiri. Ini juga salah satu alasannya untuk segera berangkat ke kantor, entah kenapa ia berfirasat kalau white akan mengiriminya sesuatu hari ini.
"Gomawo Jimin!—oh iyaa gomawo juga karena sudah menggantikan ku beberapa hari ini, kau tidak mengalami kesulitan kan?" tanya Dahyun memastikan, Jimin menggeleng pelan sambil tersenyum tipis melihat ekspresi Dahyun yang sangat ceria.
"Tentu saja tidak, tenang saja aku benar-benar bisa kau andalkan," balas Jimin.
"Oh begitu baguslah, sekarang pergilah syuh-syuh aku ingin membuka ini sendirian." Dahyun mengusir Jimin dengan isyarat tangannya. Jimin menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari berjalan keluar ruangan Dahyun.
Dahyun bergegas membuka kotak itu dengan cekatan "Huwaa cincin? Eh cincin waah dia benar-benar memberiku cincin?" Dahyun mengeluarkan kotak cincin berwarna merah dari dalamnya. Saat Dahyun membuka kotak cincinnya, rasanya cincin emas itu begitu berkilau sampai-sampai Dahyun kesilauan melihatnya.
"Uhh silaunya..." setelah itu ia mengambil surat dengen kertas lusuh dan tulisan yang acak-acakan itu.
Dahyun mengerenyitkan keningnya, ia jadi bingung apa kini ia harus senang menerima pemberian ini.
"Ya aku tunggu kemunculanmu," ujar Dahyun simpul. Ia memutuskan untuk tidak nengambil pusing keruwetan ini.
Tiba-tiba ada telepon masuk dari Nayeon, Dahyun segera mengangkatnya.
"Hallo? Apa? Ahrin tiba-tiba demam? Baik aku akan segera menjemputnya."
Dahyun segera mematikan teleponnya dan berlari keluar.
"Park Jimin! Tolong antarkan aku ke sekolah Ahrin, dia sakit." Jimin yang sedang fokus terhadap laptop nya pun segera mematikan laptopnya dan berjalan keluar bersama Dahyun untuk menjemput Ahrin di sekolah.
Sudah 3 bulan berlalu, tapi sampai kini Jungkook belum kunjung mendapat pekerjaan baru. Ia sudah melamar ke semua perusahaan di kota ini, semua nya di tolak, sepertinya appa Jungkook memiliki koneksi yang kuat dengan pemilik perusahaan lainnya. Jadi ia menyuruh agar tidak menerima Jungkook sebagai karyawan mereka.
"Aish bagaimana ini, uang simpananku semakin sedikit, kau juga sudah tidak kerja Eunha," ujar Jungkook saat baru kembali dari gagalnya interview di salah satu perusahaan. Ia terduduk frustasi di sofa milik Eunha.
Eunha menghampiri Jungkook dan duduk disebelahnya. Perlahan ia mengelus punggung Jungkook.
"Tak apa-apa oppa kau bisa coba lagi besok ya?" ujar Eunha menenangkan, tapi Jungkook benar-benar sudah putus asa.
"Bagaimana bisa aku begini terus?! Rasanya semua yang aku lakukan akan sia-sia karena seluruh perusahaan di kota ini telah terjangkau oleh appa ku," ujar Jungkook emosi, Eunha terus mengelus punggung nya guna menenangkan nya sekali lagi.
"Sudah sekarang oppa istirahat dulu ya? Mandi air hangat, aku sudah siapkan," ujar Eunha lembut, akhirnya Jungkook pun pasrah dan mulai beranjak menuju kamar mandi.
Selama Jungkook mandi, Eunha sempat memikirkan kembali nasib mereka, tabungan milik Eunha sendiri sudah semakin menipis karena dipakai untuk membayar perawatan eomma nya, sedangkan uang Jungkook dipakai untuk makan sehari-hari dan biaya ongkosnya pulang pergi untuk mencari kerja, dan uang yang dimiliki Jungkook juga tidak banyak. Dalam beberapa hari kedepan juga akan habis. Ditambah ia juga butuh uang untuk membeli segala hal untuk memenuhi nutrisi nya sebagai ibu hamil dan proses persalinan nanti.
Tiba-tiba ponsel milik Jungkook berdering tak henti-henti, Eunha pun menghampiri nakas tempat Jungkook menaruh ponsel nya dan ingin mengangkat teleponnya.
"Siapa yang menelepon?" suara Jungkook mengagetkan Eunha yang baru saja ingin mengangkat telepon itu.
"Eum tidak tau oppa, kau saja yang mengangkatnya." Eunha memberikan ponselnya kepada Jungkook.
"Halo Dahyun?" Eunha terbelalak mendengar nama Dahyun disebut.
"Apa? Ahrin dirawat di rumah sakit?" tanya Jungkook kaget.
Tiba-tiba ide licik terlintas di benak Eunha.
"Oppa! Oppa kemarikan kupingmu!" Eunha menghampiri Jungkook dan membisikan rencana yang tiba-tiba terlintas di otaknya tadi.
Jungkook menyeringai setuju dan mulai berbicara lagi di telepon.
Ini sudah hari ke 8 Ahrin di rawat di rumah sakit. Kalau kata dokter kini Ahrin sedang berada di fase kritis, tahapan kedua penyakit DBD. Selama 8 hari ini demamnya tinggi sekali, selalu kalau tidak 39 ya 40 derajat celcius. Pokoknya belum pernah dibawah itu suhu nya.
Kata dokter seharusnya di hari ke 8 ini suhu tubuhnya mulai turun, tapi sampai sekarang tubuh mungil Ahrin masih demam tinggi, ruam-ruam merah bermunculan di permukaan kulit putihnya. Bahkan sesekali Ahrin muntah darah, membuat Dahyun menangis sedih melihat kondisi putri kecil nya yang sangat memprihatinkan. Setiap malam Ahrin selalu mengigaukan kata 'appa' saat tidurnya. Hal itu juga membuat Dahyun menangis karena belum bisa membawa appa nya kemari. Dokter menyarankan agar penyembuhan Ahrin lebih cepat, ia harus dibuat senang dan tidak kepikiran apapun.
Akhirnya hari ini ia memberanikan dirinya untuk menelepon suaminya yang sudah pergi 3 bulan lamanya itu.
"Hallo Jungkook, anakmu dirawat di rumah sakit."
Jungkook terdengar kaget saat mendengar berita ini, membuat Dahyun sedikit senang setidaknya masih ada kepedulian nya untuk anaknya.
"Dia sakit DBD, dan setiap malam selalu memanggil appa saat tidurnya, bisakah kau kemari? Ahrin sangat membutuhkanmu sekarang—" Jungkook diam saja tapi terdengar sedikit suara bisik-bisik dari sebrang sana.
"Oppa kumohon." Dahyun mulai menangis, apapun akan ia lakukan demi anaknya tercinta.
"Ekhem baiklah, aku akan pergi kesana dan menemani Ahrin."
"Syukurlah oppa aku sangat bahagia—"
"Eitss tentu saja ada syaratnya," potong Jungkook, membuat Dahyun terbelalak kaget.
"Aa—apa Jungkook?" Dahyun mengusap air matanya yang entah mengalir semakin banyak.
"Terima aku bekerja di perusahaan mu."
Uhuuk aku mao nanya dong itu tulisan si white kebaca ga sih wkwk klo mager bacanya atau emang gajelas bisa komen disini nanti aku kasih tau wkwk
Kan Jungkook mulai mengemis bwahahaha 😆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro