Kisahku, Bumi dan Angkasa
Ketika Matahari terbenam
Senyum akan berubah kelam dengan berjuta tangisan
Tangisan perih penuh luka yang menyakiti hati
Aku sakit, hati ini sakit! Bumi menghunuskan pedangnya tanpa henti
Aku dipaksa bertahan! Meski hati ini lemah tak berdaya
Aku ingin pergi menuju Angkasa, tapi Angkasa menolak!
Aku berontak dan mengangkat pedang
Inginku hancurkan Bumi
Atau hancurkan hati ini hingga tak bernyawa lagi
Tapi semua selalu sia-sia! Karena Angkasa selalu menolong bak perisai penghancur rencana
Angkasa menghancurkan pedangku! Dan akulah yang kembali terluka, hati ini kembali jatuh
Angkasa kau tau?
Bumi adalah alasan dari setiap tangisku
Laksana duri yang menusuk ke dalam dagingku
Hancurkan jantungku hingga rasanya sakit sekali
Aku marah tapi aku tak bisa hancurkan Bumi
Aku sakit tapi aku tak bisa berontak karena aku kesakitan di setiap malamnya
Angkasa kumohon berhenti melindungi Bumi
Atau berhenti untuk menolak kehadiran ku
Angkasa aku meminta padamu dengan hati ku yang telah dirusak Bumi ini
Angkasa, jemput aku
Angkasa, terima aku dalam duniamu
Angkasa, jadilah rumah dan tempat ku bersandar
Beri aku Bumi tanpa kesakitan
Angkasa pertanyaan terakhirku untukmu
Maukah kau menerimaku?
Menjadi rumahku?
Angkasa, aku lelah
Aksara ini mewakili perasaanku
Kutulis dengan segala kesakitan dan air mataku
Teruntuk kamu Angkasa, dari Wanita yang membenci Bumi
(Muara Teweh, 14 November 2017)
Karya : Sabila Fauziya Fasya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro