
Kaki Penyentuh Langit
Ketika bacaan tanpa pengajian, tercecerlah makna berlimpah itu, alasan tawa lebih menggairahkan ketimbang perihal moral yang jelas jelas butuh lebih dari sekadar perhatian. Sebab itulah tulisan ini menjadi tak berhamba, tuannya dianggap gila kata.
Di bilangan tahun dalam sebuah kalander, kaki lelaki nakal menjumpai langit, mengadu tentang isi kepala perempuan yang lebih berharga dari selangkang, meski sebagian menganggap sekalipun kurap, selangkangnya jauh berfaedah dari lenguhan bibir, rafalan yang lahir dari isi kepala.
Perempuan lajang yang memilih jalang itu, ia hilang dari rumah publik, pengaduan pengaduannya tak lagi didengar, menjadi bias dari doa doa manusia pengaku suci. Akankah makna yang pernah tersirat mampu dibaca para hati awam; mereka yang malas berpikir. Menyuap setiap tetesan berita, menjilat, melumat dan terus masuk menuju rongga kepala, dimuntahkan pada bibir yang penuh makian.
Kaki lelaki penyentuh langit dan perempuan lajang yang memilih jalang adalah kolam hitam di antara biru biru, pergumulan mereka bukan tentang kasur, keringat atau erangan yang selalu menarik minat, melainkan hingar gaduh yang dibiarkan lewat hingga dianggap kebenaran. Keduanya sudah ada ketika mulut mulut pernah dirantai, mereka perebut kebebasan yang kini lebih ingin bebas itu mati.
Borneo barat, 20 November 2017
Oleh: Ray Amur
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro